Filsafat dan Agama

Filsafat dan Agama

Hakikat perjuangan setiap orang dilandaskan pada cara pandangnya terhadap dunia. Tentunya berbeda antara cara pandang seorang pengamat dengan pengamen, antara mahasiswa dengan tukang becak. Masing-masing memiliki kacamatanya sendiri dalam menjalani hayati di global ini.

Bahkan sikap ini berlaku juga pada kelompok atau organisasi. Cara pandang inilah nan kemudian disebut dengan visi, paradigma, faham, isme, ajaran, falsafah hidup, worldview, weltanschauung, vision de monde atau ideologi.



Ideologi

Ideologi berisi tentang gagasan-gagasan, nilai-nilai dan ide-ide besar nan disistematisasi menjadi pengetahuan ilmiah. Di dalam ideologi juga termaktub citra masyarakat nan ingin dibentuk dan dicita-citakan. Cita-cita ideal inilah nan kemudian diyakini sahih dan menjadi hakikat perjuangan bagi setiap penganut ideologi.

Contoh-contoh ideologi antara lain adalah: sosialisme, kapitalisme, komunisme, liberalism, neoliberalisme, demokrasi, nasionalisme, fasisme, nazisme dan di Indonesia dikenal ideologi Pancasila sebagai etos bangsa. Dalam konteks tertentu, agama dapat juga menjadi ideologi, utamanya agama nan ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan seperti, Islam.

Seseorang mungkin dapat hayati tanpa menganut ideologi tertentu. Karena, toh, ada kondisi nan membuat makhluk (harus) tetap bergerak mempertahankan hidup. Ketika lapar, praktis ia harus mencari makan sedangkan makan didapat dari bekerja, maka pekerjaan menjadi wajib buat memenuhi kebutuhan.

Akan tetapi, kondisi demikian menjadi sangat rentan ketika menemui situasi sulit nan menuntut makhluk buat bersikap memilah dan memilih. Di sinilah kemudian peran ideologi sebagai hakikat perjuangan diperlukan. Agar manusia tahu apa nan sebetulnya ia cari dan perjuangkan dalam hayati ini.



Filsafat dan Agama

Dengan adanya filsafat maka daya kritisnya terbangun, analisisnya tajam dan wawasannya terbuka. Pencerahan terhadap pengetahuan nan sahih membentuk keyakinan nan tak mudah digoyahkan meski menghadapi situasi dan perubahan monoton nan terjadi di lingkungan sekitarnya. Karena kebenaran nan didapatnya telah melampaui proses pencarian panjang nan mengakar.

Sedangkan agama memberikan bimbingan nan utuh dan meliputi. Agama memberikan dimensi lain nan mungkin belum tuntas dikupas oleh pisau filsafat. Tidak hanya kehidupan saat ini, ajaran agama tentang kehidupan setelah wafat memberikan pengaruh tersendiri bagi cara pandang manusia dalam bersikap, beretika dan berbuat antar sesama.

Agama juga berperan krusial dalam memberi rambu-rambu tentang nan halal dan nan haram, dosa dan pahala, surga dan neraka serta nilai-nilai lain nan wajib ditaati.

“Religion without science is blind. Science without religion is paralyzed” , begitu kata Albert Einstein.