Pramoedya Ananta Toer - Perjuangan Tanpa Henti Tokoh Sosialisme Indonesia
Kita sering sekali mendengar kisah hayati dan pemikiran para tokoh sosialisme nan menjadi panutan banyak mahasiswa. Berbagai pemikiran itu menjadi perdebatan tiada ujung, bercampur dengan falsafah hayati nan memiliki persfektif beragam. Tokoh sosialisme berdiri dibelakang itu semua.
Pemikiran para tokoh sosialisme ini mengacu kepada pemberontakan terhadap penindasan kaum borjuis (orang-orang kaya) terhadap kaum buruh tani dari abad ke 19. Penindasan itu merupakan akibat dari sistem ekonomi kapitalis, hasil pemikiran Adam Smith.
Dalam ekonomi kapitalis terdapat pemikiran bahwa peningkatan produksi bisa dicapai lewat pembagian kerja dan pasar bebas. Karena dengan pasar bebas (ekonomi liberal), pengusaha (non pemerintah) lebih bisa memproduksi barang dengan kualitas dan jumlah nan disukai oleh konsumen. Hal ini berbeda dengan apa nan ada dipemikiran para tokoh sosialisme.
Dalam perkembangan ekonomi kapitalisme ini, terjadi sekat dan disparitas status sosial antara golongan pengusaha dengan buruh tani. Dan persaingan bebas nan terjadi antar pengusaha membuat kepentingan produksi lebih diutamakan daripada kesejahteraan pekerja. Maka terjadilah kontradiksi antara genre libralis-kapitalis dengan sosialis-komunis.
Berbicara tentang keberadaan tokoh sosialisme di global ini niscaya akan terus melahirkan sebuah pemahamanan-pemahaman baru. Berkat berbagai pandangan para tokoh sosialisme itulah berbagai pemahaman baru lahir. Keadaan nan terus berkembang baik politik, budaya maupun kehidupan sosial nan dijalani oleh masyarakat ialah hal nan juga merupakan penyebab berkembangnya pemahaman seseorang.
Harus diakui bahwa Indonesia merupakan negara nan juga menganut paham "perubahan". Perubahan di dalam tubuh Indonesia juga meliputi hal-hal seperti budaya, ekonomi, politik dan sosial. Tokoh sosialisme atau mereka nan menganut paham sosial merupakan orang-orang nan berdiri di balik ini semua. Mereka ialah para pemrakarsa nan berperan atas segala macam perubahan sosial di Indonesia.
Tokoh Sosialisme Dunia
Komunisme merupakan sebuah ideologi atau faham nan berasal dari Manifest der Kommunistischen, karya Karl Marx dan Friedrich Engels. Di mana isinya merupakan analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan. Faham ini kemudian terus berkembang hingga sekarang dan menjadi salah satu gerakan paling berpengaruh dalam global politik.
Sosialisme akhirnya dipengaruhi oleh kehidupan sosial masyarakat menengah ke bawah. Banyak sekali tokoh-tokoh sosialisme nan muncul setelah Karl Marx. Sebut saja Vladimir Ilyich Lenin nan mengenalkan ajaran Karl Marx di Rusia, sekaligus pemimpin politik nan paling bertanggung jawab atas lahirnya partai komunis di Rusia.
Kemudian, ada Che Guevara pejuang revolusi Marxis Argentina dan pemimpin gerilya Kuba. Deng Xiao Ping, Mahmoud Ahmadinejad dan masih banyak tokoh lainnya nan memperjuangkan nasib para kaum buruh dari penindasan kapitalisme. Mereka ialah para tokoh sosialisme nan hayati diatas nama sosial.
Pada akhirnya, para tokoh sosialisme itu menjadi sangat terkenal di kalangan masyarakat berkat berbagai pemikiran. Pemikiran mereka memang terbilang kontroversial. Setidaknya selalu menimbulkan berbagai persepsi serta pro dan kontra di masyarakat. Tetapi kenyataannya jauh setelah kepergian mereka, mereka justru meninggalkan sejarah nan tak dapat dilupakan saja oleh masyarakat.
Tokoh Sosialisme Indonesia
Para tokoh sosialisme juga banyak bermunculan di Indonesia. Namun, pemikiran mereka dianggap bisa menimbulkan pemberontakan masyarakat. Maka, tak sedikit dari para tokoh sosialisme ini nan dianggap berbahaya. Seperti Francisca C. Fanggidaej, Widji Thukul, Sutan Syahrir, Pramoedya Ananta Toer dan masih banyak lainnya.
“Pena lebih tajam dari pada pedang,” salah satu kutipan Soe Hoek Gie itu sangat mencerminkan perjuangan tokoh sosialisme ini. Sebagai sastrawan, Pramoedya selalu mengemukakan pemikiran dan kritiknya terhadap pemerintah lewat berbagai berbagai karyanya.
Pramoedya Ananta Toer - Perjuangan Tanpa Henti Tokoh Sosialisme Indonesia
Pramoedya lahir di Blora, Jawa Tengah 6 Februari 1625. Pada masa kemerdekaan tokoh sosialisme ini mengikuti kelompok militer di Jawa dan di tempatkan di Jakarta. Sepajang karir militer itulah, dia sering produktif menulis buku dan cerpen.
Pada 1950, tokoh sosialisme ini mengikuti program pertukaran budaya di Belanda. Ketika kembali ke Indonesia, dia menjadi anggota Lekra, salah satu organisasi sayap kiri di Indonesia. Selama itu, tulisannya sering menyudutkan pemerintahan Soekarno. Ditunjukan dalam karyanya berjudul Korupsi, fiksi kritik pada pamong praja nan jatuh di atas perangkap korupsi.
Pram juga mulai mempelajari penyiksaan terhadap keturunan Tionghoa di Indonesia. Ia berhubungan dengan para penulis di Tiongkok, dan menerbitkan rangkaian surat-menyurat mereka nan membicarakan sejarah Tionghoa di Indonesia, berjudul Hoakiau di Indonesia.
Karena pandangan pro-Komunis Tiongkoknya, pada 1960, tokoh sosialisme ini ditahan, tanpa pengadilan di Nusakambangan dan bukunya dilarang beredar.
Selama 14 tahun Pram merasakan menjadi tahanan politik di Nusakambangan, Pulau Buru, dan Magelang. Walaupun bukunya dilarang beredar, namun tak menyurutkan semangatnya buat menulis. Bahkan, di Pulau Buru tokoh sosialisme sekalligus sastrawan ini menciptakan tetralogi novel semi-fiksi sejarah Indonesia nan fenomenal, berjudul Bumi Manusia.
Novel karya tokoh sosialisme tersebut menghadirkan tokoh primer Minke, bangsawan kecil Jawa nan mencerminkan perjuangan RM Tirto Adisuryo, seorang tokoh pergerakkan pada zaman kolonial dan pendiri organisasi Sarekat Priyayi. Jilid pertama buku ini dibawakan secara berkaitan dengan mulut oleh para mitra sepenjaranya. Sisanya diselundupkan ke luar negeri buat dikoleksi pengarang Australia, kemudian diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia.
Salah satu karya terkenal miliki tokoh sosialisme ini, yaitu buku dokumentasi berjudul Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer. Menceritakan kisah menyedihkan para wanita Jawa nan dipaksa menjadi wanita penghibur selama masa pendudukan Jepang. Mereka mengalami penyiksaan seksual dan dibawa ke Pulau Buru. Rasa malu membuat mereka tak kembali ke kampung halaman dan menjadi tua di sana.
Pramoedya dibebaskan 21 Desember 1979 dan mendapatkan surat pembebasan secara hukum tak bersalah dan tak terlibat G 30 S PKI. Namun masih menjadi tahanan rumah hingga 1992, serta tahanan kota dan tahanan negara hingga 1999.
Pada 1995 tokoh sosialisme ini mendapat Hadiah Ramon Magsaysa buat Jurnalisme, Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif 1995, serta Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000. Dan tahun 2004 sebab sumbangannya pada Sastra Dunia, Pram dianugrahi Norwegian Authors’ Union Award.
Pram tetap aktif menulis di usia tuanya nan sakit-sakitan. Tokoh sosialisme Indonesia ini telah menghasilkan lebih dari 50 karya, dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing. Pram akhirnya meninggal di Jakarta tanggal 30 April 2006 dalam usianya nan ke 81 tahun. Namun, karya-karyanya tetap hayati hingga sekarang.
Ditengah maraknya pelanggaran hak-hak atau nilai-nilai sosial di masyarakat, tokoh sosialisme Indonesia menjadi salah satu tokoh nan cukup diperlukan. Pemikiran mereka, para tokoh sosialisme memandang bahwa keadilan sosial ialah hal nan memang harus ditegakkan.
Tokoh sosialisme percaya bahwa pemikiran-pemikiran nan berkenaan dengan pelanggaran kehidupan bersosial merupakan hal nan bertentangan dengan kehidupan. Pandangan-pandangan kapitalis ialah musuh terbesar bagi mereka.
Mereka memiliki sebuah ideologi eksklusif tentang kehidupan, kewajaran tentang kehidupan lebih tepatnya. Kehidupan nan berkaitan dengan apa saja, ekonomi dan negara. Tokoh sosialisme atau orang-orang nan memiliki ideologi sosialis seringkali mengacu pada pengikut doktrin Saint-Simon.
Hampir bisa dipastikan jika gerakan dari kaum sosialis atau tokoh sosialisme awalnya ialah merupakan pemikiran serta konvoi dari kaum buruh industri dan buruh tani nan terjadi pada abad 19.