Rakaat Kedua

Rakaat Kedua

Pada suatu pagi di tahun kesepuluh Hijriyah, Ibrahim bin Muhammad, putra Rasulullah SAW dari istri beliau Maria Qibtiyah, meninggal global pada usia 18 bulan. Sore harinya terjadi gerhana matahari pertama setelah Rasulullah SAW diutus.



Tentang Sholat Gerhana

Pada waktu itu, Rasulullah SAW bergegas menuju masjid di mana para sahabat telah berkumpul. Para sahabat nan menyaksikan peristiwa tersebut menghubung-hubungkan gerhana matahari dengan kematian putra Rasulullah SAW. Mereka berkata, "Sungguh, gerhana matahari terjadi sebab kematian Ibrahim."

Setiba didalam masjid, Rasulullah SAW memerintahkan kepada salah seorang sahabat buat menyerukan kalimat, "Ash-shalaatu jami'ah," panggilan buat mendirikan shalat secara berjamaah (HR. Muslim dan Nasa'i). Demikianlah kisah dibalik aplikasi shalat gerhana matahari atau shalat khusuf pertama nan terjadi dimasa Rasulullah SAW.

Berbeda dengan shalat wajib dan shalat sunnah lainnya, shalat gerhana matahari dikerjakan dalam dua rakaat dengan empat kali rukuk; terdapat dua kali rukuk dan dua kali sujud dalam setiap rakaat. Berikut tata cara shalat gerhana matahari nan dicontohkan oleh Rasulullah SAW:



Rakaat Pertama
  1. Membaca takbir (HR. Ahmad dan Baihaqi) .
  2. Membaca surat al-Fatihah dilanjutkan dengan surat nan panjang dalam al-Quran seperti panjangnya surat al-Baqarah dengan suara nan dikeraskan (HR. Abu 'Awanah).
  3. Rukuk pertama nan dilakukan lebih lama daripada rukuk pada shalat biasa.
  4. Bangkit dari rukuk (i'tidal) dengan membaca: sami' allahu liman hamidah, rabbana wa lakal hamdu (HR. Bukhari, Muslim, Nasa'i, dan Baihaqi).
  5. Kembali membaca surat al-Fatihah dilanjutkan surat nan panjang dalam al-Quran, tetapi lebih pendek daripada surat pertama.
  6. Rukuk kedua nan juga dilakukan lebih panjang daripada rukuk pada shalat biasa, tetapi lebih pendek dari rukuk pertama.
  7. Bangkit dari rukuk kedua.
  8. Sujud pertama. Sama seperti pada rukuk pertama, sujud pertama dilakukan lebih panjang daripada sujud pada shalat biasa.
  9. Duduk di antara dua sujud.
  10. Sujud kedua nan juga dilakukan lebih panjang daripada sujud pada shalat biasa, tetapi lebih pendek daripada sujud pertama.
  11. Bangkit dari sujud dan berdiri.


Rakaat Kedua
  1. Sama dengan rakaat pertama namun dengan bacaan surat, rukuk, dan sujud nan lebih pendek, kemudian diakhiri dengan duduk tasyahud dan membaca salam.

Setelah selesai memimpin shalat gerhana matahari berjamaah, Rasulullah SAW naik ke atas mimbar dan memberikan khutbah kepada para sahabat nan hadir pada waktu itu.

Salah satu isi khutbah Rasulullah SAW ialah sabdanya "Sesungguhnya matahari dan bulan ialah dua di antara tanda-tanda kekuasaan Allah, tak terjadi gerhana keduanya sebab kematian atau kelahiran seseorang. Apabila kalian menyaksikan salah satu dari keduanya, bertakbirlah, berdoalah kepada Allah, shalatlah, dan bersedekahlah". (HR. Muslim).

Itulah nan menjadi dalil shalat gerhana matahari sekaligus shalat gerhana bulan.

Saat ini, ketika ilmu astronomi sudah mencapai kemajuan nan luar biasa, jauh-jauh hari kita sudah dapat memprediksi kapan akan terjadi gerhana matahari dan bulan (baik total maupun sebagian). Dengan demikian, kita dapat mempersiapkan diri lebih awal buat melaksanakan shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan secara berjamaah di masjid-masjid.