Dua Puisi

Dua Puisi



Nyanyian Ombak

Kahlil Gibran

Pantai nan kuat ialah kekasihku

Dan saya ialah kekasihnya

Kami akhirnya dipersatukan oleh cinta

Lalu bulan menarikku darinya

Aku bergegas kepadanya dan enggan berangkat

Dengan mengucap selamat tinggal

Dari cakrawala biru saya tiba-tiba muncul

Membuang buihku nan keperakan ke atas pasirnya nan keemasan

Dan kamu pun berpadu pada kecermerlangan

Kupuaskan dahaganya dan kuselami hatinya

Ia lunakkan suaraku dan ia jinakkan kemarahanku

Menjelang fajar saya ucapkan cinta ke telinganya

Dan ia merangkulku dengan penuh kerinduan

Menjelang malam kunyanyikan untuknya nyanyian pengharapan

Lalu kebelai kuncup-kuncup lembut di wajahnya

Tapi ia tenang, sabar, dan penuh pertimbangan

Dadanya nan lebar menyejukan kegelisahanku

Ketika pasang kami saling mencumbu

Ketika surut saya jatuh ke kakinya dalam doa

Sering kali saya menari di sekeliling ikan duyung

Ketika mereka bangkit dari kedalaman

Dan berdiam di atas puncakku buat memandangi bintang-bintang

Seringkali kudengar para pencinta mengeluh atas kekerdilan mereka

Dan kubantu mereka menghela napas panjang

Seringkali kugoda bebatuan besar dan kuusap mereka dengan senyumku

Tetapi tak pernah kuperoleh tawa ria dari mereka

Seringkali saya angkat jiwa-jiwa nan tenggelam

Dan kubawa mereka dengan lembut ke pantaiku terkasih

Ia menerimanya tanpa suara, tetapi saya tetap memberikannya

Sebab ia selalu menyambutku

Di dalam keheningan malam

Ketika semua makhluk mencari hantu tidur

Aku bangkit, terkadang menyanyi, terkadang mengeluh

Aku selalu terjaga.

Tak pernah tidur melemahkan aku

Tetapi saya ini seorang pencinta dan kebenaran cinta itu kuat

Aku mungkin letih, tetapi tidak akan pernah mati.

Puisi lautan nan berjudul nyayian ombak karya penyair besar dunia, Kahlil Gibran ini menggambarkan betapa penyair sangat mencintai lautan, sehingga ia berempati pada perasaan ombak.

Ia menganggap bahwa pantai ialah kekasihnya, setiap saat mereka bercinta dalam sahdunya alam.

Kupuaskan dahaganya dan kuselami hatinya adalah sebuah frasa nan menggambarkan betapa ombak sangat mencintai pantai. Ombak akan memberikan nan terbaik buat kekasihnya.

Kahlil Gibran mengambil dispersonifikasi manusia buat menggambarkan alam.

Ia lunakkan suaraku dan ia jinakkan kemarahanku

Menjelang fajar saya ucapkan cinta ke telinganya

Dan ia merangkulku dengan penuh kerinduan

Tiga frasa di atas ialah citra tingkah laku manusia dalam membina sebuah hubungan. Mungkin dalam kasus interaksi suami istri.

Ia lunakan suaraku dan jinakkan kemarahanku ialah cara istri nan baik dalam menyikapi suaminya nan sedang kalut. Lalu seorang suami akan membisikan kata cinta pada sang istri dan sang istri akan merangkul sang suami dengan kerinduan.

Hal hal seperti ini nan menjadikan Kahlil Gibran menjadi penyair dunia, dia sanggup membalikan global sekunder ke dalam global primer.

Jika para penyair lain sering membuat personifikasi alam sebagai citra kelakuan manusia, lain halnya dengan Kahlil Gibran nan membuat dispersonikasi manusia buat menggambarkan tingkah laku alam.

Dia sanggup memutarbalikan global imajiner ke global realitas. Tidak semua penyair sanggup mencapai metafora nan luar biasa seperti Kahlil Gibran. Dia ialah seorang maestro puisi dunia.



Dua Puisi – Tandingan Puisi Lautan, Nyanyian Ombak

Kahlil Gibran dikenal sebagai penyair nan kaya akan karya. Tidak hanya sebatas dari puisi lautan nan berjudul Nyanyian Ombak. Masih banyak karya terkini lainnya dari sang maestro puisi cinta ini. Seperti nan dapat kita lihat dalam karya-karya puisinya berikut ini.



Dua Puisi

Berabad-abad nan lalu, di suatu jalan menuju Athens, dua orang penyair bertemu.

Mereka mengagumi satu sama lain. Salah seorang penyair bertanya,

"Apa nan kau ciptakan akhir-akhir ini, dan bagaimana dengan lirikmu?"
Penyair nan seorang lagi menjawab dengan bangga, "Aku tak melakukan hal
lain selain menyelesaikan syairku nan paling indah, kemungkinan merupakan
syair nan paling hebat nan pernah ditulis di Yunani. Isinya pujian tentang
Zeus nan Mulia."

Lalu dia mengambil selembar kulit dari sebalik jubahnya dan berkata,

"Ke mari, lihatlah, syair ini kubawa, dan saya bahagia bila bisa membacakannya untukmu.
Ayuh, mari kita duduk berteduh di bawah pohon cypress putih itu."
Lalu penyair itu membacakan syairnya. Syair itu panjang sekali.
Setelah selesai, penyair nan satu berkata, "Itu syair nan latif sekali. Syair itu
akan dikenang berabad-abad dan akan membuat engkau masyhur."

Penyair pertama berkata dengan tenang, "Dan apa nan telah kau ciptakan
akhir-akhir ini?"

Penyair kedua menjawab, "Aku hanya menulis sedikit. Hanya lapan baris buat
mengenang seorang anak nan bermain di kebun." Lalu ia membacakan
syairnya.

Penyair pertama berkata, "Boleh tahan, boleh tahan."
Kemudian mereka berpisah.

Sekarang, setelah dua ribu tahun berlalu, syair lapan baris itu dibaca di setiap
lidah, diulang-ulang, dihargai dan selalu dikenang. Dan walaupun syair nan
satu lagi memang sahih bertahan berabad-abad lamanya dalam perpustakaan,
di rak-rak buku, dan walaupun syair itu dikenang, namun tak ada nan
tertarik buat menyukainya atau membacanya.

***



Persahabatan

Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.

Dan dia? menjawab:
Sahabat ialah keperluan jiwa, nan mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, nan kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.

Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”.
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam?
persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Kerana nan paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya,
bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Kerana cinta nan mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta ,
tetapi sebuah jala nan ditebarkan: hanya menangkap nan tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah nan terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika? kau sentiasa mencarinya, buat sekadar bersama dalam membunuh waktu?

Carilah ia buat bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah nan dapat mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.

***



Puisi Anak

Anakmu bukanlah milikmu,
mereka ialah putra putri sang Hidup,
nan rindu akan dirinya sendiri.

Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.

Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
karena pada mereka ada alam pikiran tersendiri.

Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tak bagi jiwanya,
karena jiwa mereka ialah penghuni rumah masa depan,
nan tiada bisa kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.

Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
karena kehidupan tak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.

Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.

Sang Pemanah membidik target keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.

Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
karena Dia mengasihi anak-anak panah nan melesat laksana kilat,
sebagaimana dikasihiNya pula busur nan mantap.

***



Nyanyian Sukma

Di dasar relung jiwaku bergema nyanyian tanpa kata;

sebuah laguyang bernafas di dalam benih hatiku,

Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;

ia meneguk rasa kasihkudalam jubah yg nipis kainnya,

dan mengalirkan sayang, namun bukan menyentuh bibirku.

Betapa bisa saya mendesahkannya?

Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana

Kepada siapa saya akan menyanyikannya?

Dia tersimpan dalam relung sukmaku

Karena saya risau, dia akan terhempas

Di telinga pendengaran nan keras.

Pabila kutatap penglihatan batinku

Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,

Dan pabila kusentuh hujung jemariku

Terasa getaran kehadirannya.

Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,

Bagai danau tenang nan memantulkan cahayabintang-bintang bergemerlapan.

Air mataku menandai sendu

Bagai titik-titik embun syahdu nan membongkarkan rahsia mawar layu.

Lagu itu digubah oleh renungan,

Dan dikumandangkan oleh kesunyian,

Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran,

Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,

Dan difahami oleh cinta,

Dan disembunyikan oleh kesedaran siang

Dan dinyanyikan oleh sukma malam.

Lagu itu lagu kasih-sayang,

Gerangan 'Cain' atau 'Esau' manakah nan mampu membawakannya berkumandang?

Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:

Suara manakah nan bisa menangkapnya?

Kidung itu tersembunyi bagai misteri perawan suci,

Getar nada mana nan mampu menggoyahnya?

Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?

Siapa nan berani membandingkan deru alam, dengan desah bayi nan nyenyak di buaian?

Siapa berani memecah sunyi dan lantang menuturkan bisikan sanubari

Yang hanya terungkap oleh hati?

Insan mana nan beranimelagukan kidung kudus Tuhan?

***