Senjata Tradisional Riau
Riau, satu dari sekian banyak provinsi terkaya di Indonesia ini memiliki luas wilayah 87.023,66 kilometer persegi. Penduduk Riau kebanyakan berasal dari Suku Melayu, Suku Bugis, Suku Minangkabau, Suku Batak, Suku Jawa, dan Tionghoa. Sisanya merupakan suku pendatang nan mendiami beberapa daerah tertentu.
Senjata tradisional Riau berbentuk pedang nan dahulu sering digunakan oleh para panglima perang. Ada pula senjata nan dinamakan sekin , yaitu homogen keris namun berukuran lebih kecil. Senjata ini banyak disimpan dan dipakai oleh masyarakat pada umumnya.
Senjata Tradisional Riau
Terdapat dua kategori besar senjata tradisional khas Riau, yaitu senjata berukuran pendek seperti keris, belati, badik, jembia, sabit dan beladau. Bentuk lainnya yaitu senjata berukuran panjang seperti kojou, tombak, pedang, sundang dan seligi.
Sosial dan budaya Riau banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu. Oleh sebab itu, bahasa nan paling sering digunakan ialah bahasa Melayu. Bahasa Melayu sendiri merupakan cikal bakal lahirnya bahasa Indonesia. Sejak zaman dahulu sudah digunakan di seluruh Nusantara.
Musik Riau juga mendapat sentuhan khas Melayu. Lihat saja alat musik tradisionalnya seperti Selodang, Gambus dan Marwas. Dengan menggunakan alat musik seperti ini, bisa dipastikan irama lagunya akan mendayu-dayu hampir menyerupai dangdut.
Hampir semua seni kebudayaan daerah Riau merupakan Melayu. Bentuk seni dan budaya nan berkembang di Riau terdiri dari majemuk budaya nan dibedakan dari faktor sosiologisnya. Kesenian Melayu Riau ialah sebagai salah satu produk kebudayaan nan ada di daerah Riau.
Di provinsi Riau ada beberapa bentuk kesenian seperti pertunjukkan seni teater, seni tari musik, naynyian dan juga seni sastra. Untuk seni teater terdapat banyak macamnya seperti teater Bangsawan atau kalau di masyarakat Riau lebih dikenal dengan Wayang Persi, Berdah, Mendu, Nandai, Randai Kuantan, Surat Kapal, Berbalas Pantun, Dul Muluk, Anndung, Mak Yong, Mamanda.
Sejarah Senjata Tradisional Riau
Senjata tradisional Riau nan dipergunakan masyarakat Melayu Riau sebenarnya sudah dikenal lama baik nan dibuat dengan sederhana sampai senjata-senjata nan dikenal sekarang ini, seperti pedang Jenawi dan Lumbuk Lado. Senjata tradisional Riau tersebut juga dikenal sebagai senjata buat menyerang, mempertahankan diri, termasuk juga senjata nan bisa dipergunakan buat memenuhi kebutuhan hayati seperti buat berburu.
Menurut Muhammad Usman dan kawan-kawan (1987/1988: 13), senjata ialah homogen alat nan dibuat oleh manusia buat keperluan dalam menghadapi lingkungan di mana manusia itu berada. Bisanya senjata dipergunakan buat membela diri, kepentingan berperang, menyerang versus serta berkenaan memburu binatang.
Konon ketika masyarakat Melayu Riau belum mengenal logam buat bahan membuat senjata tradisional Riau, bahan nan dipergunakan ialah batu nan dibentuk sedemikian rupa, sehingga pekerjaan pembuatan senjata tradisional itu sangat sederhana. Tetapi kemudian seiring berjalannya waktu, memeasuki masa kerajaan Sriwijaya dan kemudian Majapahit, senjata tradisional Riau dibuat dan digunakan oleh masyarakat Melayu sudah majemuk dan lebih baik buatannya.
Senjata tradisional nan dibuat kemudian sudah menggunakan bahan dari logam seperti tombak, golok atau parang, keris, pedang, dan sebagainya. Masuknya kebudayaan islam di tengah kehidupan masyarakat Melayu pada abad ke-15 menyebabkan masyarakat Melayu mengenal senjata seperti pedang.
Bentuk senjata nan diciptakan pada dasarnya dipengaruhi oleh keperluan manusia itu sendiri, buat tujuan apa dan bagaimana menggunakannya. Di samping bentuk, senjata juga dipengaruhi oleh taraf pengetahuan dan teknologi manusia pada saat senjata tersebut dibuat. Oleh sebab itu terdapat berbagai ragam bentuk senjata dengan segala kegunaannya menurut lingkungan di mana manusia tersebut bertempat tinggal.
Masing-masing senjata tersebut terdiri dari beberapa unsur baik dari segi jumlah unsur nan terkandung di dalamnya, maupun dari segi mutu nan menyangkut pada bahan, cara pembuatan, ragam hias dan sebagainya.
Masyarakat Melayu Riau mengembangkan bentuk-bentuk senjata tradisional Riau nan khas sinkron pula dengan kebudayaan nan dimiliki. Bentuk senjata nan dibuat disesuaikan dengan tujuan nan hendak dilakukan atau dicapai. Misalnya keris, senjata buat menyerang ini dibuat runcing dan matanya tajam. Bentuk ini dibuat supaya mudah mengenai target dan bisa mematikan atau melumpuhkan lawan.
Demikian juga senjata nan dibuat buat manfaat keperluan hayati seperti parangdan pisau. Bentuknya dibuat pipih dan matanya diasah sampai tajam supaya bisa memotong atau membelah hewan, kayu, buah-buahan, sayur-sayuran dan benda lainnya.
Adakalanya senjata tradisional Riau nan dibuat masyarakat Mellayu Riau bentuknya sederhana. Dikatakan sederhana sebab memang terbuat dari bahan serta cara pembuatannya nan sederhana, seperti panah, sumpitan, bahkan lastik atau ketapel.
Di samping senjata tradisional sederhana, ada juga senjata tradisional nan bentuk da cara pembuatannya rumit. Selain itu juga dilengkapi dengan sarungnya. Hal ini dilihat dari cara pembuatan keris, pedang Jenawi dan tombak. Pada senjata ini biasanya terdapat ukiran, yaitu pada bagian tangkai, bilah dan sarungnya. Tidak semua pandai besi mampu membuat senjata nan mempunyai sarung dan ukiran. Diperlukan keahlian spesifik bagi pandai besi buat membuatnya.
Pada keperluan tertentu, misalnya guna menusuk atau menikam lawan, senjata tradisional Riau nan dibuat ialah bentunya nan pendek, ringan dan tak begitu besar. Ini dimaksudkan supaya mudah mengunakannya dan tak perlu menggunakan tenaga nan besar ketika menggerakkan senjata tersebut. Dalam hal ini senjata nan biasa digunakan ialah keris, sebab sinkron dengan fungsinya nan merupakan senjata buat menikam.
Ditinjau dari bentuk fisiknya, ada kalanya senjata nan dibuat bentuknya lurus, bengkok dan berlekuk. Senjata nan bentuknya lurus seperti pedang dan tombak. Ada juga keris nan dibuat bentuknya lurus. Senjata nan bentuk fisiknya bengkok ialah parang dan panah. Sementara itu senjata nan bentuknya berlekuk diwakili oleh keris. Dari bentuk fisik senjata tradisional Riau ini, tercermin dari cara penggunaannya dan buat jenis pekerjaan apa digunakan.
Pakaian Tradisional Pelengkap Senjata Tradisional Riau
Masyarakat Riau mayoritas berasal dari budaya Melayu. Kebudayaan Melayu di Riau ini sangat kental. Salah satu kebudayaan Melayu nan digunakan oleh masyarakat dan dipelihara sampai saat ini ialah baju tradisional atau baju adat Riau. Senjata tradisional Riau rasanya tak terlihat tajam jika tak disampirkan pada baju tradisional Riau.
Suatu karya seni disebut latif apabila pertama dibuat dengan baik dan kedua mempunyai makna. sebagai suatu hasil kebudayaan, Baju Melayu Riau idealnya hendaklah molek dilihat dari jauh dan molek pula dipandang dari dekat, latif menurut pemandangan mata dan hati, dibuat dengan baik dan mempunyai makna-makna nan terkandung dalam lambang-lambang.
Bagi orang Melayu, baju selain berfungsi sebagai epilog aurat dan pelindung tubuh dari panas dan dingin, juga menyerlahkan lambang-lambang. Lambang-lambang itu mewujudkan nilai-nilai terala (luhur) nan dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.
Pakaian Melayu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya. Semuanya dikaitkan dengan kebiasaan sosial, agama, dan adat-istiadat sehingga baju berkembang dengan makna nan beraneka ragam. Makna baju melayu juga dikaitkan dengan fungsinya, yaitu baju sebagai epilog malu, baju sebagai penjemput budi, dan baju sebagai penolak bala.
Budaya Melayu juga mempengaruhi baju adat Riau. Ada 3 jenis baju adat buat lelaki Riau. Di antaranya, pakaian melayu Cekak Musang nan terdiri atas songkok, celana dan kain. Baju ini biasa dipakai buat acara keluarga. Lalu, pakaian Gunting Cina nan merupakan baju sehari-hari di rumah. Terakhir, pakaian melayu Teluk Belanga nan terdiri atas songkok, celana, dan kain sampan.
Untuk perempuan, ada dua jenis baju. Baju kurung dengan selendang nan dipakai lepas pada bahu, baju, dan bawahan kain. Ada juga pakaian kebaya labuh. Lengan pada pakaian perempuan sengaja dibuat dua jari dari pergelangan tangan agar gelang nan dipakainya terlihat. Lengannya juga dibuat sangat lebar.
Perempuan Riau bahagia menggunakan siput atau sanggul sebagai tata rias pelengkap busana. Ada siput cekak, siput lintang, siput tegang dan tudung. Bentuk rumah adat Riau umumnya berbentuk panggung. Ada lima jenis rumah adat, di antaranya:
- Rumah Lontik, atapnya melengkung ke atas, agak runcing seperti tanduk kerbau. Pengaruh Minangkabau terlihat pada rumah ini.
- Balai Salaso Jatuh, bangunan nan bentuknya mirip rumah ini digunakan buat loka rendezvous warga.
- Rumah Adat Salaso Jatuh Kembar, memiliki dua atap dalam satu bangunan.
- Rumah Melayu Atap Limas.
- Rumah Melayu Lipat Kajang.