Linked In, Perkaya Jaringan Teman Profesional
Selama kurun waktu kehidupan kita, pastinya kita hayati tak sendiri. Selalu ada teman di sekitar kita. Ada teman di kala suka dan duka, teman dekat, atau teman nan hanya sekadar tahu nama atau kebetulan belajar di sekolah nan sama. Semenjak kecil, sebelum kita bersekolah mungkin kita mendapatkan teman dari lingkungan bermain, tetangga sekitar dan anak teman dari orang tua kita.
Beranjak ke usia sekolah, maka kita pun mengenal teman di sekolah. Dapat jadi teman satu kelas, kakak kelas, adik kelas, ataupun juga teman dari kegiatan ekstra kurikuler. Semakin sering kita aktif dalam berbagai kegiatan maka akan semakin banyak teman kita. Bahkan pada zaman dahulu dapat juga mendapatkan teman nan sama sekali tak pernah berjumpa langsung, yaitu sahabat pena.
Pertemanan versi sahabat pena dijalin dengan saling berkirim surat. Jenjang sekolah mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah generik pastinya akan menambah banyak perbendaharaan teman.
Hingga lulus sekolah, maka perpaduan teman semakin beragam. Kehidupan kampus atau perkuliahan memiliki arti tersendiri bagi kehidupan manusia. Pada usia muda, kebebasan mulai diraih, kampus nan diisi oleh berbagai macam manusia dari seluruh pelosok negeri tentunya membuat kita semakin kritis dalam memahami karakter teman nan semakin beragam. Apalagi jika aktif pula dalam berbagai kegiatan kampus.
Ditambah lagi dengan pergaulan antarkampus nan memungkinkan bertembahnya teman. Memasuki global kerja, maka jumlah teman pun semakin bertambah, apalagi bagi nan sudah sering bergonta-ganti pekerjaan atau melanjutkan pendidikan di jenjang perkuliahan nan lebih tinggi. Lalu bagaimana agar tali silaturahmi tak terputus?
Menjalin Interaksi dengan Teman Melalui Kemajuan Teknologi
Pada zaman dahulu mungkin agak sulit buat terus memelihara kontak seluruh teman nan ada. Tetapi semakin maju perkembangan zaman, maka global pun semakin terhubung. Di mulai dari adanya telepon seluler nan hampir dimiliki setiap orang. Maka komunikasi pun tak terputus, sebab sebelum berpisah atau selama bergaul kita bisa bertukar nomor telepon.
Teknologi modern pun semakin berkembang dan makin membuat kita merasa selalu dekat dengan seluruh teman-teman. Bahkan dengan teman pertama sekalipun, entah itu teman kecil sepermainan atau teman sekolah dasar.
Sebab kini ada jejaring sosial. Dengan mudah kita bisa melakukan pencarian teman berdasarkan nama, atau keterangan lain nan merupakan koneksi Anda dalam menjalin pertemanan. Misalnya berdasarkan sekolah. Berikut ini akan dibahas mengenai beberapa jejaring sosial dan sekilas penggunaannya dalam kehidupan.
Menjalin Silaturahmi Dengan Teman Melalui Jejaring Sosial
Facebook merupakan situs jejaring sosial nan paling booming dan masih eksis hingga saat ini. Sebelum Facebook sudah ada beberapa situs pertemanan lain, di antaranya ialah Friendster dan MySpace. Sebelum membahas Facebook secara lebih mendalam, mari kita napak tilas terlebih dahulu mengenai Friendster.
Friendster merupakan jejaring sosial nan dibangun oleh Jonathan Abrams, seorang programer komputer pada tahun 2002. Hanya dalam beberapa bulan, anggota Friendster langsung mencapai tiga juta. Hal nan paling berkesan dari Friendster ialah testimonial dari para teman nan mendeskripsikan siapa kita. Hal ini jelas berbeda dengan wall nan ada di Facebook, walau pada Friendster sempat memiliki fitur sejenis.
Wall atau dinding pada awal kelahiran Friendster memang tak ada, namun jika ingin mem- posting sesuatu nan bisa dilihat teman ada Bulletin Board. Isi Bulletin Board terkadang seperti pesan berantai, isinya pertanyaan-pertanyaan konyol nan isinya diubah menjadi versi kita. Zaman itu ketika kenalan dengan orang baru, terkadang sambil bertanya juga akun Friendster. Sebab dengan akun tersebut kita dapat menggali lebih dalam informasi mengenai teman tersebut.
Keunggulan Friendster dibanding Facebook selain testimonial ialah ada pemetaan akun seseorang, apakah dia teman mutual taraf satu, taraf dua atau taraf tiga. Pada taraf dua dan taraf tiga akan tampak beberapa akun teman di antara akun orang tersebut. Sayangnya sejak Juni 2011 Friendster berhenti memosisikan diri sebagai jejaring sosial.
Anda tetap bisa melakukan login dengan akun nan lama, namun seluruh testimonial dari teman sudah hilang, begitu pula dengan foto-foto koleksi Anda. Kini Friendster sudah bermetamorfosis menjadi situs social gaming dan bermarkas di Kuala Lumpur, Malaysia. Miris mengingat Friendster pernah hampir dibeli oleh Google, namun Friendster menolaknya.
Pada awal Facebook dibuat, situs pertemanan ini hanya terbatas di kalangan kampus Harvard. Kemudian secara perlahan meluas ke beberapa kampus lain. Pada tahun 2005, anak-anak taraf SMU pun mulai bisa bergabung pada jejaring sosial ini, namun butuh undangan. Tentu hal ini mengingatkan kita pada Juni tahun 2011 ketika Google Plus pertama kali dibuka dalam versi beta.
Tepatnya tanggal 26 September 2006, Facebook pun dibuka buat umum, sehingga orang-orang seperti kita di Indonesia dan teman-teman nan lain pun bisa ikut bergabung. Sebagian besar teman-teman di Facebook ialah rata-rata teman nan saat ini tengah bersama-sama. Namun mencari teman lama juga tergolong mudah di Facebook. Bahkan dari teman SD pun ada.
Maka dari itulah ketika masa-masa tahun 2007-2009 ketika awal-awal Facebook menjadi tren di Indonesia, endemi reuni pun menjamur. Dapat jadi pada minggu nan sama ada reuni SD, reuni SMP, reuni SMU dan reuni kuliah berturut-turut. Belum lagi jika ada nan kuliah di beberapa kampus sekaligus atau nan sering berpindah-pindah sekolah. Tentu daftar teman pun semakin banyak.
Sesama teman kerja pun kita bisa saling terhubung dengan Facebook. Tak hanya akun pribadi, bisa juga membuat halaman tokoh buat pesohor, artis, atlet atau tokoh publik nan lain. Anda bisa mengelompokkan teman berdasarkan grup, bisa juga membuat grup spesifik buat memudahkan komunikasi antar sesama grup.
Sayangnya segala nan memiliki akibat positif, tentu ada akibat negatifnya juga. Alih-alih mempersatukan teman lama nan sudah lama tak berkomunikasi, Facebook bisa juga digunakan buat menambah teman. Tetapi hal ini justru bisa menjadi bumerang.
Anak zaman sekarang nan semakin berani buat terbuka dengan orang nan baru dikenalnya melalui Facebook menjadi rentan penculikan. Bujuk rayu orang nan memiliki maksud jelek pun menjadi mudah dilakukan. Berawal dari pacaran secara virtual, mereka pun nekat berjumpa dan akhirnya bisa dibawa kabur dengan mudah. Maka dari itulah, jika memang ingin menjadikan Facebook sebagai wahana buat menambah teman, sebaiknya lebih selektif.
Linked In, Perkaya Jaringan Teman Profesional
Beranjak ke jejaring sosial pertemanan nan lebih profesional, ada Linked-in. Biasanya pada akun ini informasi nan dimasukkan takjauh berbeda dengan resume kita dalam karir atau pekerjaan. Tak ubahnya seperti membuat Curriculum Vitae. Hal nan aku suka pada Linked in ialah fitur nan hampir mirip dengan Friendster.
Jika di Friendster ada fitur Testimonial , maka pada Linked in ada fitur recommendation atau rekomendasi. Maka orang bisa dengan mudah mengetahui siapa kita atas evaluasi orang lain, apakah itu atasan, bawahan, rekan kerja ataupun teman dalam interaksi nan lain. Terdapat keterangan nan jelas pula atas konteks apa atau atas dasar interaksi apa dia memberikan rekomendasi tersebut.
Tak hanya menghubungkan teman profesional, Anda bisa juga menambah teman baru demi melebarkan jaringan bisnis ataupun karir pada situs ini. Tak sporadis situs ini juga dimanfaatkan para head hunter untuk berburu kandidat karyawan bagi suatu perusahaan.Nah, jejaring sosial manakah nan menjadi pilihan Anda buat menambah teman?