Masalah Pendidikan - Langkah Jitu Memberantas Kemiskinan
Tahukah Anda faktor penyebab masalah pendidikan di Indonesia? Setiap orang niscaya pernah merasakan kekurangan uang dalam kehidupan sehari-hari, masing-masing memiliki pengalamannya sendiri. Tapi kekurangan uang di sini tak sama artinya dengan kemiskinan. Uang dapat menjadi tolok ukur akan kekayaan, sedangkan miskin dapat menjadi tolok ukur dari ketidakkayaan alias kemiskinan. Hal inilah nan menjadi salah satu faktor penyebab masalah pendidikan di Indonesia.
Kemiskinan juga menjadi sumber masalah bagi kehidupan sosial juga budaya. Kemiskinan ialah sebuah situasi di mana kehidupan seseorang serba kekurangan. Bukan lagi tidak punya uang buat membeli barang nan diinginkan tetapi memang tak pernah memiliki dana nan cukup buat memenuhi kebutuhan utama sehari-harinya.
Serba kekurangan ini juga menyebabkan kurangnya akses menuju pendidikan, kesehatan, kemampuan membuat keputusan dan kekurangan lainnya. Karena akses ke berbagai bidang serba kurang menyebabkan mereka nan berada dalam kemiskinan juga terkurung oleh kebodohan. Ini ialah salah satu masalah pendidikan nan harus dicermati oleh pemerintah.
Masalah pendidikan ini bukan semata urusan pribadi melainkan masalah bersama, antara rakyat dan para pemimpinnya. Kita semua tahu memerangi kemiskinan itu bukan dengan mengirimkan uang tunai pada mereka nan miskin, melainkan dengan edukasi nan tepat sehingga mereka mampu berpikir dan memutuskan pilihan nan lebih baik bagi hidupnya sekarang.
Pemberian dana tunai tak akan pernah mengurangi jumlah angka kemiskinan. Mereka tak akan berpikir malah menjadi menikmati pemberian nan didapat dengan mudah tanpa harus bekerja keras. Hal ini ialah masalah pendidikan nan primer bagi kemiskinan. Mengurangi kemiskinan dengan memberikan pendidikan nan layak.
Kemiskinan sebagai Masalah Pendidikan
Ada beberapa hal nan membuat kemiskinan menjadi faktor krusial penyebab munculnya masalah pendidikan. Orang nan miskin belum tentu bodoh. Mereka hanya berada dalam situasi lemah ekonomi sehingga menghalangi keinginan mereka buat dapat bersekolah dan mendapat pendidikan nan seharusnya.
Orang bodoh cenderung miskin, baik secara fisik ataupun mental. Secara fisik, mereka tak memiliki kemampuan atau keahlian eksklusif nan berguna buat hidupnya. Orang bodoh biasanya berakar dari kemalasan. Mereka nan malas mencari tahu hal atau pengetahuan baru berarti membiarkan diri mereka berada dalam lingkaran kebodohan. Tidak mengetahui semaraknya global luar nan sangat berwarna. Hal-hal seperti ini berkaitan erat dengan masalah pendidikan.
Masalah pendidikan seperti apa nan menjadi perhatian primer saat ini? Kemiskinan ialah nan utama. Biaya pendidikan nan mahal sekarang ini menjadi penghalang bagi rakyat miskin nan ingin mengecap pendidikan sama seperti mereka nan hayati berkecukupan. Siapa nan mampu menyekolahkan anaknya jika buat memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja sulit.
Pemerintah sudah seharusnya menganggarkan dana buat pendidikan lebih besar dari sebelumnya. Dan dana itu disalurkan secara jujur dan sahih kepada pihak nan berhak. Ada banyak anak dari keluarga miskin nan memiliki kecerdasan di atas rata-rata namun mereka terpaksa tak dapat mengecap pendidikan di sekolah sampai selesai sebab harus membantu orangtua mencari nafkah. Miris sekali, melihat pemandangan seperti ini.
Di saat anak berbakat nan dapat mengharumkan nama negara seharusnya bersekolah dengan layak, di sisi lain anak nan berasal dari keluarga mampu malah menyia-nyiakan kesempatan nan dia miliki dengan berhura-hura dan melupakan pelajaran. Masalah seperti ini termasuk dalam masalah pendidikan nan harus diperhatikan dengan akurat oleh banyak pihak.
Pemerintah sudah seharusnya memberi beasiswa bagi anak cerdas nan berasal dari keluarga tak mampu. Mereka berhak mengecap pendidikan setinggi-tingginya. Kesempatan, hanya itu nan diharapkan oleh mereka.
Seperti nan sudah disebutkan sebelumnya bahwa orang miskin belum tentu bodoh tetapi orang bodoh cenderung miskin. Kemiskinan membawa mereka pada ketidakberuntungan. Orang nan mengetahui kondisi mereka seakan menganggap bahwa mereka bodoh dan tak mengerti apa pun, padahal sebenarnya hal itu salah besar.
Masalah pendidikan nan layak ialah satu isu nan kerapkali disuarakan oleh mereka, namun hingga saat ini sepertinya pemerintah belum dapat memaksimalkan kekuatannya buat memerangi masalah pendidikan berupa kemiskinan dan memberikan pendidikan layak buat orang miskin.
Masalah Pendidikan - Langkah Jitu Memberantas Kemiskinan
Seperti nan kita ketahui bahwa masalah pendidikan nan paling sulit diperangi ialah kemiskinan. Untuk dapat menurunkan taraf kemiskinan rakyat diperlukan kolaborasi nan kuat antara pemerintah, instansi, akademisi dan masyarakat sendiri.
Lingkungan keluarga menjadi satu poin krusial nan harus diperhatikan sebab dari sanalah motivasi dan semangat muncul pertama kali. Memberi edukasi pada para orangtua dengan kesabaran dan pengertian bahwa pendidikan itu dapat didapatkan di mana saja. Tidak harus melalui jalur formal sekolah umum.
Pada dasarnya, belajar itu sifatnya universal. Dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dengan siapa pun. Hal-hal seperti ini nan terkadang dilupakan oleh masyarakat padahal sebenarnya sepanjang mengarungi kehidupan sehari-hari pun mereka sambil belajar. Ketidaksadaran diri ini menjadi satu masalah pendidikan bagi masyarakat luas. Masalah pendidikan ini ialah tugas pemerintah dan pihak terkait buat memberi kesadaran agar masyarakat dapat mengerti dan paham bahwa pendidikan itu sangat penting.
Pemerintah memberikan aturan sebesar 20% dari APBN buat bidang pendidikan. Dana sebesar itu bila dialokasikan dengan tepat dapat menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan wawasan masyarakat miskin. Salah satu cara nan dapat dilakukan ialah dengan membuat perpustakaan perdeo di berbagai daerah dan mengkampanyekan gerakan suka membaca. Buku ialah ventilasi ilmu bagi setiap orang. Mereka nan suka membaca maka pikirannya akan terbuka dan mamandang global dengan rasa ingin tahu serta antusias tinggi.
Mahalnya biaya pendidikan di Indonesia ialah salah satu masalah pendidikan nan paling besar. Tapi sekiranya masalah pendidian ini tak menjadi masalah bila masyarakat paham bahwa belajar itu tak mengenal loka dan waktu. Bila mereka tak bisa mengecap bangku sekolah formal, maka mereka dapat membaca. Banyak buku keahlian nan dapat dibaca dan isinya dipelajari lalu dipraktikkan.
Dengan ketekunan dan kegigihan tentunya usaha apa pun nan mereka mulai dapat sukses di masa depan. Cara seperti ini juga harus didukung oleh pemerintah. Dengan memberikan donasi kapital dan supervisi nan kontinyu, konfiden mereka akan terangkat dari kemiskinan.
Tidak mustahil orang miskin dapat menjadi pintar asalkan ada kemauan dan usaha keras dari mereka sendiri juga lingkungan sekitar. Yang menjadi masalah primer bagi keterbelakangan pikiran ialah kemalasan. Kemalasan ialah pangkal kemiskinan. Inilah nan harus diberantas hingga tuntas. Jalan keluar nan baik bagi orang miskin buat keluar dari masalah pendidikan ialah dengan memiliki satu asa bahwa mereka juga punya kesempatan nan sama buat hayati layak di global ini.
Masalah pendidikan di negara ini memang majemuk dan memerlukan solusi nan baik bagi semua pihak. Bila pemerintah tak cepat tanggap akan masalah pendidikan nan sudah kritis ini, maka konsekuensi dari masalah pendidikan ini akan sangat buruk. Masyarakat dapat terjerumus dalam kebodohan.
Mendidik masyarakat bukan hanya melalui jalur formal, banyak cara nan dapat dilakukan. Contohnya, menyuguhkan program atau siaran bermutu di televisi. Mengedukasi masyarakat buat menyadari pentingnya pendidikan melalui acara nan menyenangkan. Dalam hubungannya dengan masalah pendidikan, masyarakat harus tahu bahwa sumber kebodohan itu ialah kemalasan bukan kemiskinan. Orang miskin dapat menjadi pintar bila mereka memiliki tekad kuat bahwa mereka harus meraih mimpinya dan berhasil.