Kepercayaan Masyarakat Suku Asmat
Mata Pencaharian Masyarakat Suku Asmat
Sama seperti manusia pedalaman pada umumnya, mata pencaharian masyarakat suku Asmat kebanyakan ialah berburu binatang liar nan ada di hutan, seperti ular, burung, babi hutan, komodo, dan binatang lain nan dapat diburu. Sementara masyarakat suku Asmat nan tinggal di pesisir pantai memilikimata pencaharian berburu binatang bahari atau menjadi nelayan nan mencari binatang bahari buat dimakan.
Walaupun terdapat disparitas loka berburu, namun keduanya memiliki persamaan dalam hal mengonsumsi makanan pokok, ykani sama-sama meramuh sagu sebagai makanan nan wajib buat dikonsumsi sehari-hari.
Rumah Adat Suku Asmat
Seperti nan kita tahu, setiap suku nan ada di Indonesia selalu memiliki rumah adat masing-masing nan di dalamnya terdapat banyak filosofi hayati nan sinkron dengan kebudayaan tiap suku, termasuk suku Asmat nan juga memiliki rumah adat sebagai loka tinggal sekaligus wilayah ritual nan dianggapsakral dalam tradisi budaya mereka.
Salah satu nilai filosofis nan dapat didapatkan dari rumah adat suku Asmat ialah adanya nilai-nilai kesopanan serta keinginan buat tak mendapatkan campur tangan orang luar dalam hal membuat rumah adat. Artinya, masyarakat suku Asmat masih memegang teguh prinsip primordial dalam segala tingkah laku mereka.
Selain itu, beberapa jenis rumah suku Asmat pun memiliki fungsi dan perannya masing-masing dalam wilayah kebudayaan mereka. Berikut ialah jenis-jenis rumah adat nan terdapat di suku Asmat.
- Rumah Jew
Rumah adat Jew ialah rumah adat nan memang dibangun sebagai loka spesifik saat melakukan acara tradisi, seperti kedap adat, kegiatan membuat kerajinan tangan berupa tastradisional khas suku Asmat, melakukan kegiatan mengukir kayu, serta menjadi loka tinggal para lelaki nan belum menikah. Oleh karena itulah rumah adat Jew sering juga disebut sebagai rumah bujang.
Rumah Jew ini memiliki bentuk nan unik sebab panjangnya dapat mencapai 50 meter. Selain itu, pembuatan rumah adat suku Asmat juga tak menggunakan matrial berupa paku.
- Rumah Tsyem
Rumah adat Tsyem ialah rumah nan ditinggali oleh semua anggota keluarga. Anggota keluarga nan tinggal di rumah adat ini biasanya berjumlah dua sampai tiga kepala keluarga (pasangan). Namun, ukurannya nan kecil membuat rumah adat Tsyem diletakkan di sekeliling rumah Jew. Sama halnya dengan proses emmbuat rumah adat Jew,rumah adat Tsyem juga tak menggunakan paku sebab bahan nan digunakan berasal dari alam sekitar daerah loka tinggal masyarakat Asmat.
Kepercayaan Masyarakat Suku Asmat
Kepercayaan nan dianut oleh masyarakat suku Asmat ialah kepercayaan tertua nan ada di dunia, yakni animisme atau kepercayaan terhadap terhadap roh leluhur nan telah tiada. Kepercayaan seperti ini mungkin masih dapat ditemukan di daerah atau suku lain di Indonesia.
Namun, nan menjadi karakteristik khas dari masyarakat suku Asmat ialah cara mereka merepresentasikan kepercayaan mereka itu, yakni dengan membuat seni ukir kayu nan sangat terkenal di seluruh penjuru nusantara. Mereka membuat ukiran kayu tanpa menggunakan sketsa terlebih dahulu sebab mereka percaya bahwa leluhur mereka akan membantu mereka menyelesaikan ukiran kayu tersebut.
Berikut ialah beberapa kepercayaan nan dimiliki oleh masyarakat suku Asmat mengenai ukiran kayu nan mereka buat.
- Sarana Komunikasi dengan Global Roh
Bagi suku Asmat, mengukir kayu bukanlah sekadar seni, namun sudah merupakan bagian dari spiritualitas hayati dan kepercayaan mereka terhadap roh leluhur. Suku Asmat percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu nan alami, tetapi disebabkan oleh sihir hitam nan datang dibuat oleh musuh, kecuali orang nan wafat terbunuh di peperangan atau anak bayi nan baru lahir.
Untuk menghormati roh leluhur, suku Asmat menuangkannya ke dalam bentuk ukiran kayu. Ketika suku Asmat mengukir, mereka tak sekadar melakukan kegiatan seni. Namun pada saat itu mereka tengah dengan berhubungan dengan global roh dan berkomunikasi dengan arwah keluarganya nan sudah meninggal. Bagi orang Asmat, setiap ukiran nan telah mereka untuk ialah representasi dari kerabat mereka nan telah meninggal.
- Karakteristik Ukiran Asmat
Ukiran suku Asmat memiliki ciri nan berbeda dibandingkan seni ukir dari daerah lainnya. Disparitas tersebut dikarenakan beragamnya sub-etnis Asmat nan berpengaruh pada setiap hasil ukirannya. Setiap suku memiliki keunggulan tersendiri. Ada nan menonjol pada ukiran salawaku atau perisai, ada pula nan memiliki ukiran buat hiasan kano dan ada nan unggul pada ukiran tiang kayu.
Bukan itu saja, setiap karya ukir nan dihasilkan tak ada nan memiliki kecenderungan satu sama lainnya, baik dari segi pola maupun skala. Jadi, kalau Anda memiliki satu patung Asmat dengan pola tertentu, maka tak akan ada nan menyerupainya sama persis.
Ukiran suku Asmat bersifat naturalis dengan memiliki majemuk motif, mulai dari patung manusia, panel, perisai, perahu, tifa, telur kasuari sampai ukiran tiang. Mereka menjadikan pengalaman hayati dan lingkungan loka tinggal sebagai pola ukiran mereka, seperti perahu, pohon, binatang dan orang berperahu, orang berburu dan lain-lain. Karena pola dan cara membuatnya nan rumit itulah karya ukir Suku Asmat bernilai tinggi dan terkenal ke mancanegara.
- Bisj, Ukiran Asmat nan Paling Mengerikan
Ukiran tradisional Asmat nan paling mengerikan ialah bisj. Bisj ialah tiang kayu nan mewakili para leluhur nan telah meninggal dunia. Tiang bisj tersusun dari dua figur leluhur atau lebih nan diukir bertingkat atas-bawah.
Pada awalnya, Bisj dibuat sebagai perlengkapan dalam upacara tradisional pemenggalan kepala dan kanibalisme para musuh nan sukses dikalahkan agar arwah leluhur tenang. Namun, oleh pemerintah RI upacara ini dilarang, sehingga kini tradisi Bisj sudah memudar dan mulai terlupakan orang.
Sebagai gantinya, diadakanlah Festival Budaya Asmat nan biasanya dilaksanakan pada bulan Oktober. Menjelang festival biasanya di setiap kampung, warga Asmat melakukan kegiatan mengukir secara berkelompok di Jew, rumah tradisional Asmat.
Sangat menarik bukan informasi mengenai kebudayaan Irian Jaya nan sudah dipaparkan di atas?