Persebaya dan Stadion Bung Tomo

Persebaya dan Stadion Bung Tomo

Stadion Bung Tomo adalah stadion olahraga kebanggaaan warga Surabaya nan letaknya berada di Benowo, Surabaya Barat. Stadion nan bisa terbilang mewah ini, memilki fasilitas nan sangat memadai buat menunjang para atlet di Surabaya dalam mengembangkan talenta mereka.

Fokus pusat dari stadion ini ialah lapangan sepakbolanya. Stadion Bung Tomo saat ini menjadi markas baru bagi tim Persebaya Surabaya nan sebelumnya bermarkas di Stadion Gelora 10 November.

Stadion Bung Tomo dibuat tak hanya buat latihan, tapi juga menjamu berbagai lawan, baik dengan kapasitas nasional maupun internasional. Stadion ini menjadi stadion sepakbola terbesar di Indonesia setelah Stadion Gelora Bung Karno.



Sejarah Pembangunan Stadion Bung Tomo

Awal pembangunan Stadion Bung Tomo sebab keprihatinan rakyat Jawa Timur nan tak memiliki fasilitas nan memadai dalam bidang olahraga. Padahal, selain terkenal sebagai kota perdagangan dan industri, Surabaya juga dikenal sebagai kota nan menghasilkan atlet nan berprestasi.

Misalnya saja ketika pada tahun 2008, atlet dari Jatim berhasil menjadi kampiun generik PON XVII nan diselenggarakan di Kalimantan Timur. Sejak tahun 2000, ketika Surabaya menjadi salah satu tuan rumah PON XV, seolah fasilitas-fasilitas olahraga nan lengkap dan dapat dibanggakan sudah tak ada lagi.

Kondisi bangunan fasilitas olahraga nan ada juga sudah dijual kepada pihak lain, dan berubah fungsinya. Itulah sebabnya pemerintah Surabaya kemudian mengadakan megaproyek Surabaya Sport Centre (SSC) di kawasan Pakal, Benowo dan dikenal sebagai Stadion Bung Tomo.

Stadion Bung Tomo ini memiliki banyak sekali fasilitas, seperti hotel atlet, jogging track, pusat perbelanjaan, stadion indoor, dan lainnya. Salah satu kebanggaan dari stadion ini ialah stadion sepakbola nan menjadi titik utamanya. Pembangunan nan mengeluarkan biaya hingga Rp 500 miliar ini dibangun pada tanah dengan luas 100 hektar.

Keamanannya sangat terjaga. Tidak hanya dari segi penjaga, tapi juga menjaga segala sesuatu nan biasa terjadi di stadion lainnya. Loka duduk penonton nan terbuat dari beton, sehingga selain lebih awet walau diguyur hujan dan panas, juga tak bisa dilepas buat dilempar kepada penonton lainnya.

Stadion dengan kapasitas 55 ribu penonton ini memiliki 21 pintu masuk pada sekeliling stadion. Masing-masing pintu mempunyai dua akses buat menuju ke tribun. Hal itu sengaja dilakukan agar penonton bisa merasa nyaman dan lebih leluasa.

Selain itu, pintu masuknya nan sangat unik dan dibuat berkelok-kelok seperti ular. Hal ini dimaksudkan agar penonton lebih tertib pada saat memasuki stadiun. Nantinya para penonton di Stadion Gelora Bung Tomo harus melewati ruangan spesifik nan menjadi loka inspeksi barang bawaan.

Fasilitas lain nan ada pada stadion ini ialah kantin nan menyediakan makanan dan minuman. Walau berada di lantai satu, namun penonton tetap bisa dengan mudah menuju lantai satu menuju tribun selama pertandingan.

Berbeda dengan penonton nan berada di kelas VIP dan VVIP. Para penonton di kelas tersebut telah disediakan fasilitas plus. Biasanya tiket buat kelas VIP dijual secara khusus, sehingga selain bisa dibeli langsung di lokasi juga bisa secara online.

Kelebihan dari penonton nan berada di VIP ialah disediakannya kursi nan menggunkan sofa empuk, posisinya langsung menghadap ke arah lapangan, dan terdapat toilet khusus. Untuk kapasitas ini hanya menampung 4.370 penonton.

Jika VIP saja sudah memiliki fasilitas nan sangat oke, begitu pula dengan VVIP. Biasanya kelas ini hanya disediakan buat tamu-tamu krusial dan pejabat.

Bayangkan saja, mereka diperlakukan layaknya tamu hotel. Kelas VVIP ini terdiri dari 8 ruangan, nan memiliki kapasitas majemuk pula. Secara holistik ruangan di kelas VVIP ini hanya bisa menampung 130 penonton.



Persebaya dan Stadion Bung Tomo

Stadion Bung Tomo yang memiliki fasilitas nan sangat baik, tentunya membuat klub Persebaya Surabaya memilihnya menjadi markas mereka. Sebab, terdapat berbagai fasilitas nan lebih menunjang mereka dalam berlatih.

Selain itu, ketika menyambut lawannya baik secara nasional maupun international mereka akan lebih bangga dan percaya diri.
Persebaya Surabaya sendiri merupakan klub nasional Indonesia nan menjadi kebanggaan warga Surabaya.

Jauh sebelum Stadion Bung Tomo didirikan, klub ini terlebih dahulu telah dibangun oleh Paijo dan M. Pamoedji. Klub nan didirikan pada tanggal 18 Juni ini pada awalnya dinamakan Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB).

Bersama VIJ Jakarta, MIVB, BIVB Bandung, MVB, dan PSM, pada tanggal 19 April 1930, klub ini mencetus terbentuknya organisasi induk sepakbola nasional, yaitu PSSI (Persatuan Bola Seluruh Indonesia).

Adapun sejarah SIVB dalam persepakbolaan Indonesia dimulai pada tahun 1938, ketika klub ini sukses menjadi finalis buat final kompetisi perserikatan. Namun mengalami kekalahan dari VIJ Jakarta.

Di tahun 1942, pada saat Belanda mengalami kekalahan dari Jepang, seiring itu pula prestasi SIVB juga meningkat. Dan pada tahun 1943, nama SIVB berubah menjadi Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja (Persibaja).

Secara beruntun dari tahun 1950, 1951 dan 1952, Peribaja sukses meraih gelar kampiun di kompetisi domestik. Pada masa keemasan itu, Persibaja dipimpin oleh Dr. Soewandi.

Klub ini kemudian berbuhah menjadi Persatuan Sepakbola Surabaya (Persebaya), pada tahun 1960. Prestasi Persebaya Surabaya pun terus meningkat, bahkan menjadi salah satu dari raksasa perserikatan, selain PSM Makasar, PSMS Medan, Persib Bandung, dan Persija Jakarta.

Prestasi Persebaya terus menanjak dengan menjadi juara pada tahun 1978 dan 1988, serta menduduki peringkat kedua sebanyak tujuh kali, yaitu pada tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987, serta tahun 1990.

Pada tahun 1997, Persebaya Surabaya sukses menjadi kampiun Perserikatan Indonesia. Tidak hanya itu, ketika pada tahun 2005 tim ini kembali menjadi juara, Persebaya sukses mencetak sejarah sebagai tim pertama nan dua kali sukses menjadi kampiun Perserikatan Indonesia.

Tidak hanya prestasi, kepahitan juga pernah mereka rasakan selama perjalanannya. Pada tahn 2002, tim ini terdegradasi dari Perserikatan Indonesia. Akan tetapi, semangat juang mereka tak surut. Dua musim selanjutnya, mereka memperoleh gelar kampiun Divisi I dan Divisi Utama.

Keberhasilan itu tentunya tak lepas dari latihan keras mereka di markas. Di mana fasilitas nan memadai dari stadion loka latihan mereka juga memengaruhi, terutama pada kualitas lapangannya.

Sebelum akhirnya beralih ke Stadion Bung Tomo, tim ini terlebih dahulu menjadikan Stadion Gelora 10 November sebagai markasnya. Stadion dengan kapasitas 35.000 orang ini, telah menjadi saksi perjuangan Persebaya Surabaya dalam menjamu lawan-lawannya.

Sebagai salah satu klub terbesar di Indonesia, secara finansial Persebaya ialah klub nan mampu buat membayar biaya sewa penggunaan Stadion Bung Tomo nan dibebankan kepada mereka.

Stadion Bung Tomo seperti menjawab kekhawatiran para atlet Indonesia di Jawa Timur buat mengembangkan kemampuan mereka. Terutama dalam global sepakbola.

Seperti nan kita ketahui, bahwa sepakbola menjadi olahraga nan paling menarik minat dan perhatian masyarakat. Oleh sebab itu, dengan adanya Stadion Bung Tomo ini menumbuhkan asa dari masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Timur, agar persepakbolaan di Indonesia menjadi semakin maju.