Sumber Bahan Bakar Bioetanol
Ada banyak cara nan dapat kita lakukan buat menghemat bahan bakar minyak (BBM). Ada banyak cara juga nan dapat kita lakukan buat menghindari pemanasan dunia atau dunia warming. Kedua cara tersebut dapat kita antisipasi dengan mengganti sumber bahan bakar minyak dengan bioetanol .
Bioetanol dapat kita jadikan sebagai sumber energi sebagai bahan bakar minyak nan terbarukan. Bioetanol dibuat dengan menggunakan sumber botani bukan fosil nan bila digunakan monoton akan habis. Dengan menggunakan bioetanol sebagai bahan bakar minyak, selain dapat berhemat juga ramah lingkungan.
Bioetanol merupakan bahan bakar minyak terbarukan nan ramah lingkungan. Bioetanol dapat kita jadikan sebagai sumber energi alternatif menggantikan premium dan minyak tanah. Bila kita menggunakan bioetanol sebagai bahan bakar minyak sehari-hari, dapat menurunkan taraf emisi bahan bakar sehingga dapat menekan polusi udara. Bukankah polusi udara tak baik untuk kesehatan kita? Untuk itulah saat ini bioetanol semakin dilirik buat dijadikan sebagai bahan bakar minyak pengganti premium nan terbarukan.
Bioetanol – Sumber Energi Terbarukan Alternatif Pengganti BBM
Dalam kehidupan sehari-hari kita membutuhkan sumber energi, terutama buat kendaraan bermotor ataupun kebutuhan rumah tangga seperti kompor. Bioetanol dapat kita jadikan sebagai alternatif nan cukup cerdas buat memenuhi kebutuhan sumber energi selain dari bahan bakar minyak fosil. Bioetanol nan dihasilkan dari sumber botani nan terbarukan, berasa dari sumber tumbuhan alami, sehingga lebih ramah lingkungan.
Bioetanol dapat kita manfaatkan buat menghemat bahan bakar minyak nan saat ini harganya terus meningkat. Dari segi kesehatan, sebenarnya bahan bakar minyak seperti premium dan bahan bakar minyak lainnya nan terbuat dari sumber fosil hewani tak baik, sebab akan menimbulkan emisi nan akan mengakibatkan polusi udara.
Namun, bila kita menggunakan bioetanol, masalah polusi dapat kita atasi, bahkan menggunakan bioetanol dapat meminimalkan risiko pemanasan dunia nan saat ini sedang gencar digalakan di beberapa negara.
Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel berupan bahan bakar cair nan diolah dari tumbuhan. Bioetanol ini bisa dihasilkan dari proses fermentasi gula (glukosa), nan kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi. Melalui proses fermentasi dan destilasi ini dapat menghasilkan etanol dengan kadar sebesar 95%. Kadar 95% itu belum dianggap murni sebagai bioetanol, oleh sebab itu dimurnikan lagi hingga mencapai kadar 99% sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bioetanol .
Menggunakan bioetanol nisbi lebih kondusif dibandingkan dengan bahan bakar minyak dari fosil, selain harganya lebih mahal, bahan bakar fosil tak dapat terbarukan, bahkan membutuhkan waktu nan cukup lama buat dapat menghasilkan fosil sebagai sumber bahan bakar minyak.
Dengan menggunakan bioetanol nan sumbernya banyak tersedia di Indonesia dan proses pembuatannya nan mudah, berarti kita ikut menyelamatkan bumi dari polusi udara dan pemanasan global.
Bioetanol nan ramah lingkungan ini dapat dibuktikan sebab bioetanol dapat membentuk oxygenated. Oxygenated ini merupakan bahan bakar nan mengandung ikatan karbon-hidrogen-oksida, ikatan karbon-hidrogen-oksida ini dapat mengurangi polusi udara nan disebabkan dari emisi karbonmonoksida.
Selain itu juga, bioetanol ini dapat dicampurkan dengan premium, nan dinamakan dengan gasohol.
Gasohol
yang merupakan campuran antara bioetanol sebanyak 25% dengan premium ini dapat digunakan pada mesin mobil bensin tanpa harus kita mengganti atau memodifikasi mesin mobil. Jadi, bioetanol ini lebih fleksibel dan kondusif digunakan dengan premium.
Proses Produksi Bioetanol Menjadi Bahan Bakar Minyak Terbarukan
Menarik sekali dari apa nan dapat dimanfaatkan oleh bioetanol. Salah satunya dan nan paling krusial dari penggunaan bioetanol ini ialah dapat menghemat bahan bakar minyak nan saat ini selalu meningkat harganya, dan tentu saja lebih ramah lingkungan dan tak menimbulkan polusi udara.
Bioetanol sebagai bahan bakar minyak terbarukan lebih mudah didapatkan sebab proses produksi bioetanol nan juga mudah. Bahkan sumber bioetanol pun juga mudah didapatkan, terutama di Indonesia. Mau tahu bagaimana proses produksi bioetanol sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak fosil ini? Berikut termin proses produksi bioetanol:
1. Proses Pembentukan Bioetanol - Proses Hidrolisis
Proses pertama produksi bioetanol ini merupakan proses konversi sumber bioetanol menjadi glukosa. Prinsip kerja dari hidrolisis ini ialah pemutusan rantai polimer menjadi unit-unit dekstrosa (C6H12C6). Nah, pemutusan rantai polimer tersebut menggunakan tiga metode, yaitu secara enzimatis, kimiawi, serta gabungan antara enzimatis dan kimiawi.
2. Proses Pembentukan Bioetanol - Proses Fermentasi
Setelah dilakukan prses hidrolisis, termin selanjutnya buat memproduksi bioetanol ialah dengan cara fermentasi. Fermentasi ini dilakukan buat mengonversi gula (glukosa) menjadi etanol dan CO2. Proses fermentasi bioetanol ini menggunakan khamir, nan berfungsi sebagai metabolisme glukosa dan fruktosa buat menghasilkan asam piruvat, kemudian asam piruvat ini dilakukan dekarboksilasi menjadi asetaldehida nan lalu akan mengalami dehidrogenasi menjadi etanol.
3. Proses Pembentukan Bioetanol - Proses Destilasi
Proses destilasi ini merupakan proses terakhir dari produksi bioetanol. Proses destilasi merupakan termin pemisahan komponen dilihat dari titik didihnya dan digunakan buat memisahkan etanol. Proses destilasi ini memiliki tiga tipe, yaitu proses destilasi tipe continuous-feed distilation column system, proses destilasi tipe pot-type distilation system, serta proses destilasi tipe vacum distilation atau destilasi vakum.
Proses destilasi ini dilakukan dengan cara memanaskan larutan etanol pada suhu antara 78 – 100C, sehingga menguap dan akan terkondensasi menghasilkan etanol dengan kadar 95%. Kadar etanol tersebut dimurnikan lagi menjadi 99% sebagai bioetanol.
Sumber Bahan Bakar Bioetanol
Kita sudah mengetahui secara singkat bagaimana proses produksi bioetanol. Dalam proses produksi bioetanol belum disebutkan sumber dari bioetanol itu sendiri. Seperti nan telah sedikit disinggung di atas, sumber bioetanol dapat didapatkan dengan mudah di Indonesia. Bahkan potensi sumber bahan bakar bioetanol dapat diproduksi lebih banyak di Indonesia. Lalu apa saja sumber botani nan dapat diproduksi menjadi bahan bakar bioetanol nan terbarukan ini? Berikut beberapa sumber botani nan dapat diproduksi menjadi bioetanol:
1. Sumber Bahan Bakar Bioetanol - Sagu
Indonesia termasuk penghasil sagu terbesar terutama nan ada di Indonesia bagian timur seperti Irian dan Ambon. Pati sagu sangat baik dijadikan sumber bioetanol. Pati sagu nan disebut dengan poliglukosa memiliki kemurnian nan sangat tinggi sebab kandungan lemaknya rendah, sehingga sangat cocok sebagai pembuat turunan pati seperti gula (glukosa). Bagian sagu nan baik dijadikan sebagai sumber bioetanol ialah pati sagu dan serat sagu.
2. Sumber Bahan Bakar Bioetanol - Tandan Kosong Kelapa Sawit
Tandan kosong kelapa sawit juga dapat dijadikan sebagai sumber bahan bakar bioetanol nan terbarukan. Tanda kosong kelapa sawit merupakan limbah biomassa nan berserat selulosa nan memiliki potensi kelimpahan nan cukup tinggi. Dengan menggunakan fermentasi alkohol berupa saccharomuces cerevisiae, tandan kosong kelapa sawit mampu menghasilkan konsentrasi gula (glukosa) paling tinggi, sehingga dapat didestilasi menjadi etanol dan dimurnikan menjadi bioetanol.
3. Sumber Bahan Bakar Bioetanol - Umbi Ganyong
Umbi ganyong mengandung karbohidrat nan cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber produksi gula (glukosa) dan fermentasi etanol nan dapat menghasilkan bioetanol.
4. Sumber Bahan Bakar Nioetanol - Nira Sorgum
Nira Sorgum homogen tanaman serelia, bagian batangnya bisa diolah dan dimanfaatkan menjadi bioetanol. Selain itu komposisi nira sorgum hampir setara dengan nira tebu nan dapat menghasilkan nira nan rasanya manis. Berarti nira sorgum juga mengandung glukosa nan tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber karbohidrat penghasil bioetanol.
5. Sumber Bahan Bakar - Tetes Tebu
Tetes tebu nan mengandung selulosa sebesar 60% dan hemiselulosa seberas 35,5%, dapat dihidrolisis menghasilkan gula atau glukosa sederhana, nan selanjutnya dapat difermentasi menjadi etanol dan dimurnikan menjadi bioetanol. Tetes tebu atau nan disebut dengan molase dapat diproduksi menjadi bioetanol dan lebih menguntungkan, sebab dapat menghasilkan laba sebesar 24% setiap produksi bioetanol.