Ruh Islam nan Indah
Kali ini, penulis ingin mengupas sejarah perkembangan Islam di Eropa tentang Albania. Yaitu, sebuah negara terkecil di Semenanjung Balkan. Berbatasan dengan Yunani, Italia, Serbia dan Mekadonia. Albania merupakan daerah mayoritas muslim di benua Eropa. Artinya, Albania ialah negara dampak warisan pemerintahan Dinasti Turki Utsmani nan berkuasa selama beradab-abad.
Albania memang bukanlah satu-satunya negara muslim di Eropa. Ada Turki dan negara-negara bekas jajahan Uni Soviet seperti Bosnia, Kasovo, dan Azerbaijan. Bila dibandingkan dengan negara tetangganya Bosnia, Albania memiliki persentase muslim lebih besar, yakni 70 persen sementara Bosnia hanya 40 persen. 2,5 juta muslim kini hayati di Albania di antara 3,2 juta jumlah penduduk.
Namun, barangkali tidak ada kelompok muslim global nan mengalami kepedihan seberat muslim Albania. Kepedihan ini terutama sekali terjadi saat Enver Hoxha berkuasa pada 1945 sampai 1990. Hoxha merupakan seorang komunis anti agama nan dengan kejam melarang semua praktek agama berlangsung di Albania. Ia melancarkan program penghancuran Islam secara sistematis.
Seluruh ulama, ustad, penghapal al-Qur’an dan keluarganya dieksekusi. Tanah-tanah wakaf disita dan seluruh mesjid ditutup buat dijadikan museum, kantor Partai Komunis, atau dibongkar begitu saja. Peternakan babi diperbanyak, dan muslim dipaksa mengonsumsinya.
Puncak dari kekejian Hoxha terjadi pada 1967. Dia dengan jumawa memproklamirkan Albania sebagai satu-satunya negara Atheis dunia. Efeknya tidak hanya menimpa Islam, Kristen dan Bektashi juga menerima imbas. Gereja dan kuil Bektashi dibongkar dan Hoxha menyebut agama orang Albania ialah Albanianisme.
Bisa dibayangkan bagaimana kondisi muslim Albania saat itu. Tak ada nan berani menyimpan al-Qur’an. Kalaupun ada nan menyimpannya mesti dengan sangat hati-hati dan hanya dapat membacanya dengan cahaya lilin kecil di tengah malam. Jika diketauhi ada warga Albania melakukan kegiatan agama atau setidaknya berbau agama, memakai dan menyimpan benda-benda berbau agama seperti peci, tasbih atau sajadah, mereka langsung dijebloskan ke dalam penjara tanpa pengadilan.
Hampir setengah abad kekejian ini berlangsung, Islam masih hayati di kepala sebagian warga nan menerimanya dari orang tua mereka dahulu sementara anak-anak nan lahir di masa Hoxha sama sekali tak mengetahui tentang Islam. Menyebut Islam atau mengetahui tentangnya barangkali mirip dengan menyebut PKI dan ajarannya pada masa Soeharto di Indonesia.
Harapan timbul setelah Hoxha mati pada 1985 dan komunisme betul-betul runtuh pada tahun 1990. Masyarakat menyambut baik hal itu dengan kembali membongkar ‘simpanan’ Islam mereka. Tanggal 2 Mei 1990, azan buat pertamakalinya dikumandangkan di Tirana, ibukota Albania, membasahi kembali tanah Albania dengan seruan Allah. Namun masalah besar hadir di depan mata, sebagian besar generasi muda buta tentang Islam. Atheisme lebih mereka kenal dibanding Islam dan keberislaman. Inilah masalah besar muslim Albania nan masih terus dihadapi sampai sekarang.
Sejarah Panjang
Albania ialah bagian imperium Romawi pada abad ke-3. Setelah perpecahan Imperium Romawi seabad kemudian, Albania secara politik menjadi bagian Timur atau kekaisaran Bizantium namun masih tergantung Roma. Ketika perpecahan gereja Roma dan Timur mencapai puncaknya pada tahun 1054, pemeluk Kristen Albania di selatan berada di bawah juridiksi Konstantinopel dan di utara berada di bawah supervisi Roma.
Pengaturan ini bertahan sampai kekaisaran Ottoman di abad 14, dan Islam mulai dikenalkan. Di kawasan pegunungan utara, dakwah Islam mendapat perlawanan dari para pastur. Perlawanan kemudian melemah dan pastur banyak meninggalkan umatnya. Namun tidak ada konversi paksa dalam skala besar di mana warga kristen Ortodoks meskimasuk Islam.
Pada abad ke-17 terjadi perang Rusia-Turki, Di sini pemerintahan Ottoman melakukan tekanan kepada gereja kristen nan bersimpati ke Rusia. Namun ini segera berakhir pada 1774 pasca perjanjian Kuchuk-Kainarji ditandatangani Rusia dan Turki. Salah satu pasalnya mengatakan Rusia ialah pelinduk pemeluk Kristen Ortodoks di dalam Kekaisaran Ottoman.
Selama bercokol di Albania, Ottoman menerapkan banyak metode efektif dalam misi islamisasinya. Di kawasan tengah dan selatan misalnya, Ottoman menciptakan dua kelas Muslim. Yaitu, Pasha dan Bey, lengkap dengan anugerah properti skala besar dan akses politik dan ke pusat kekuasaan.
Metode lain nan digunakan Ottoman ialah dengan memanfaatkan perseteruan antara pemimpin klan. Tahun 1385 misalnya, Sultan Murad II nan berkuasa di Balkan menyanggupi permintaan Karl Thopia, penguasa Dures, buat memerangi keluarga Balsha. Murad II mengirim pasukannya menyusuri Via Egnatia buat mengepung Balsha.
Metode penciptaan kelas, dan edukasi bagi anak-anak pemimpin klan, tak sepenuhnya berhasil. Gjon Kastrioti, pemimpin klan dari Kruje, dipaksa mengirim empat anaknya ke ibukota Ottoman buat dilatih kemiliteran. Yang termuda, Gjergy Kratioti terbilang cerdas. Ia menyita perhatian Sultan, nan mempercayainya mempimpin ekspedisi militer ke Asia kecil dan Eropa. Penguasa Turki makin percaya ketika Krastioti bersedia masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Iskandar.
Sebagai penghargaan, Sultan member nama Bey di belakang Iskandar. Namun kemudian hari Iskandar Bey nan dikenal dengan nama Skander berg membelot dan melawan Turki.
Ketika Hukum Islam Pertama Ditetapkan di Albania
Setelah Skanderberg sukses ditaklukkan, barulah Islam masuk secara penuh ke Albania di mana hukum Islam menjadi hukum negara. Islam diterima baik sebab dinilai memiliki sistem ritual nan baik dan tak rumit serta tiap pemeluknya dapat langsung berdoa kepad Allah Swt. tanpa perantara.
Digempur Rusia dan Austria pada perang Balkan 1912-1913, Ottoman gagal mempertahankan kekuasaanya dan mundur dari Eropa. Hanya Thracia Barat di Yunani nan masih dipertahankan. Albania pun menjadi negara Islam tidak bertuan di pinggir peradaban Eropa.
Ismail Kemal Bey, pemimpin Albania saat itu, kemudia meminta konservasi kekuatan-kekuatan besar Eropa Barat namun mesti dibayar dengan ditampikannya William of Wied, pangeran Katolik, sebagai raja Albania.
Perang Global I kemudian melenyapkan asa Albania buat menjadi negara stabil di bawah prinsip-prinsip Islam dan menjadi jajahan Serbia. Turki sendiri di bawah Kemal Attaturk melakukan deislamisasi lewat sekularisme. Situasi ini memicu Ahmet Bey Zogoli menggunlingkan Fan Noli, Uskup Ort nan ditempatkan sekutu buat memerintah Albania dan memproklamirkan diri menjadi raja.
King Zog menanggalkan hukum Islam dan menggantikannya dengan hukum lokal. Efeknya, komunisme tumbuh hingga kisah Enver Hoxha nan bernama orisinil Anwar Khoja tercipta. Perlahan pengaruh Islam dan ulama terkisis sebab intervensi komunis global di masa Lenin dan Stalin begitu kuat.
Usai perang global II, Albania terbebas dari Jerman dan komunis di bawah Enver Hoxha mengambil alih kekuasaan Atheisme mewabah dan agama dilarang sampai Soviet runtuh dan azan kembali dikumandangkan. Albania kini dipimpin oleh presiden Bamir Topi dan Perdana Menteri Sali Barisha nan cukup memiliki komitmen keislaman nan baik.
Ruh Islam nan Indah
Ada kisah latif pada masa perang global ke-2 berlangsung. Saat Yahudi dikejar-kejar tentara Hitler banyak dan mereka nan lari ke Albania dan Kosovo. Di sinilah potret Islam nan hadir. Mengamalkan perintah menghormati tamu lewat adat Basa, muslim Albania menerima Yahudi dengan baik di rumah mereka. Mereka diperlakukan layaknya saudara dan dilindungi.
Fotografer Amerika, Norman Greshman, nan menghabiskan waktu lima tahun mengambil foto-foto dan mengumpulkan kisah humanisme ini menemukan fakta banyak Yahudi selamat di Albania. Anak-anak Yahudi dibiarka tidur bercampur dengan anak-anak Albania agar tak terdeteksi. Dan bahkan ada seoran dokter nan membalut paras anak seorang Yahudi dengan perban agar tak dikenali.
Ada pula kisah Yakov Kasari nan menyelamatkan sebuah keluarga Yahudi agar tak dibakar hidup-hidup dengan menyembunyikannya di pegunungan Albania. Gershman mengaku terenyuh saat mengumpulkan data mengenai kisah-kisah ini dan meyakini tidak banyak orang nan mengetahuinya sebab media telah membuat gambaran jelek bagi musli nan disebut teroris.
Sandar Butler, Yahudi nan menjadi ilmuwan sosial dari Universitas Berkeley Amerika Perkumpulan juga mengakui hal ini. “Bagaimanapun, Yahudi berhutang budi pada Muslim Albania sebab tidak ada satu loka pun di Eropa nan dihuni orang Yahudi sebanyak di Albania pasca Nazi. Muslim Albania telah menyelamatkan banyak orang Yahudi. “ ujarnya.
Potret ini adala bukti kongkret bahwa tanah Albania memang betul-betul tanah Islam. Apa nan dilakukan muslim Albania sama dengan nan dilakukan muslim Madinah di zaman Nabi Muhammad Saw. di mana setiap tamu dan kaum minoritas mendapat perlindungan.
Ini juga ialah bukti konkret bahwa di tengah mayoritas Nasrani nan memenuhi sudut-sudut Eropa ada sekelompok muslim nan menjalankan agamanya dan memberi kegunaan pada sesama.
Saat ini sekalipun masih terus berusaha buat lepas dari budaya Atheisme nan sudah ditancapkan Hoxha, muslim Albania mulai bangkit sedikit demi sedikit. Masjid sudah muali didatangi jamaah dan shalat jumat sudah rutin dijalankan. Semoga tanah Albania akan kembali menjadi tanah Islam seperti sedika kala.
Inilah sejarah perkembangan Islam di Eropa dengan kupasan negara Albania. Smeoga bermanfaat.