Perbedaan Pendapat tentang Lokasi Atlantis
Para ahli dari berbagai ilmu pengetahuan seperti arkeologi dan sejarah nan berasal dari Amerika Perkumpulan dalam penelitiannya mengatakan, kemungkinan benua Atlantis nan hilang itu ialah Indonesia. Ada lebih dari 1000 buku nan ditulis oleh para ahli tentang adanya benua Atlantis nan hilang, tapi masih banyak juga ilmuwan nan menganggap Atlantis hanya dongeng semata.
Teka-teki hilangnya Benua Atlantis dan di mana sebenarnya dulu Atlantis pernah ada, selalu menjadi kajian menarik bagi para ilmuwan arkeolog atau oceanografi modern. Tidak sedikit para ahli nan mengatakan bahwa Atlantis terletak di Samudra Atlantik. Banyak nan meyakini terutama sebagian arkeolog Amerika Perkumpulan (AS) bahwa benua Atlantis nan hilang bernama Sunda Land, yaitu suatu kawasan nan kini dinamakan Pulau Kalimantan, Jawa, dan Sumatra.
Kurang lebih 12.000 tahun nan lalu, Atlantis tenggelam dihantam banjir bandang nan dibarengi berakhirnya zaman es. Mari kita melihat bala alam terbesar era modern di Indonesia seperti halnya tsunami tahun 2004 di Aceh sampai lumpur Lapindo di Jawa Timur. Dengan kejadian itu, apakah ada hubungannya Benua Atlantis nan hilang oleh bala alam itu dengan Indonesia ?
Menurut catatan Plato (427-347 SM), pada puluhan ribu tahun lalu ada peristiwa tenggelamnya sebagian permukaan bumi nan disebabkan terjadinya bala alam nan sangat dahsyat yaitu meletusnya gunung berapi secara serempak nan mengakibatkan gempa bumi hebat nan dibarengi mencairnya es dan banjir bandang. Menurut peneliti modern sebagian permukaan bumi nan tenggelam itulah Atlantis.
Penelitian Modern
Akhir-akhir ini, global dihebohkan dengan hasil penelitian nan dilakukan peneliti asal Brasil Profesor Aryo Santos nan menyatakan bahwa benua Atlantis nan hilang itu merupakan kawasan nan sekarang menjadi wilayah Indonesia. Penelitian Santos dilakukan selama 30 tahun nan menghasilkan buku Atlantis The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization (2005) dan telah terbit versi dalam bahasa Indonesia.
Pendekatan ilmu nan dilakukan Santos saat penelitian Atlantis ialah ilmu, Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative Mythology. Dalam penelitiannya, Santos menampilkan adanya 33 perbandingan, semisal kekayaan alam, luas wilayah, cuaca, cara bertani sampai gunung berapi nan menenggelamkan Atlantis. Ia berkesimpulan bahwa residu Benua Atlantis nan hilang itu ialah Indonesia sekarang.
Dengan melihat cara bersawah nan ada di Indonesia, bentuk candi borobudur nan mengadopsi dari bentuk piramida di Mesir, dan bangunan antik suku Aztec di Meksiko. Semuanya ada kemiripan dengan apa nan ditulis Plato. Masih menurut Santos, Atlantis dulu ialah wilayah Indonesia nan merupakan suatu benua nan utuh. Atau, nan sudah terpecah-pecah menjadi puluhan ribu pulau nan membentang.
Santos berkesimpulan bahwa sebelum bala alam itu terjadi, Atlantis merupakan sebuah benua besar nan membentang dimulai dari selatan India, Srilanka, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kalimantan, sampai ke wilayah Australia dengan wilayah Indonesia nan sekarang sebagai pusatnya. Di wilayah ini, dulunya banyak tedapat gunung berapi besar, Benua Atlantis diapit oleh dua samudra orientale nan menyatu yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Letusan gunung krakatau pun menurut Santos ikut memengaruhi tenggelamnya Benua Atlantis. Ia berpendapat, ketika Gunung Krakatau meletus, tsunami nan hebat terjadi sehingga menutupi dataran-dataran rendah antara Pulau Sumatera sekarang, dengan semenanjung Malaysia dan antara Pulau Jawa dan Kalimantan.
Saat terjadi letusan, abu letusan Gunung Krakatau terbawa ke seluruh bagian bumi nan kala itu masih banyak tertutupi es. Selanjutnya, abu dan material letusan Gunung Krakatau menyelimuti permukaan es. Sebab, abu vulkanik ini menyerap panas dari sinar matahari, lama kelamaan permukaan es nan diselimuti abu dan material vulkanik tersebut meleleh dan menjadi banjir bandang nan hebat.
Banjir ini nan menenggelamkan Benua Atlantis nan sisa-sisa benuanya masih dapat dilihat yaitu dengan melihat Indonesia sekarang. Letusan Gunung Krakatau juga nan memisahkan Pulau Jawa dan Sumatera nan menghasilkan lautan kecil nan dsebut Selat Sunda, sisa-sisa Gunung Krakatau masih dapat di lihat sampai hari ini nan banyak dikenal dengan anak Gunung Krakatau.
Santos juga berpendapat sebelum Gunung Krakatau meletus, juga telah terjadi letusan dahsyat di Benua Atlantis, gunung-gunung tesebut ialah Gunung Meru di India Selatan, Gunung Samosir di Sumatra nan hasil letusannya membentuk Danau Toba nan sekarang dengan pulau di tengahnya nan disebut Samosir sampai ke Gunung Semeru di Jawa Timur.
Asal Nama Atlantis
Nama Atlantis berasal dari kata atalata nan diambil dari bahasa Sanskrit, artinya surga atau menara pemantau ( watch tower ). Selain Sankrit, kata atlanta juga dikenal juga dalam bahasa Portugis ( atalaia ) dan Spanyol ( atalaya ), suku bangsa lain juga menyebutnya ala, attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tuloc, dan lain sebagainya.
Kembali ke catatan Plato, ia mengatakan bahwa Benua Atlantis nan hilang pada saat itu merupakan pusat peradaban dunia, bangsa Atlantis pada zamannya telah memiliki budaya nan tinggi, kekayaan alam nan berlimpah, ilmu pengetahuan dan teknologi nan maju, dan menurut catatan Plato lagi bahwa letak Benua Atlantis itu di Samudra Atlantik.
Menurutnya, setelah terjadi dua lutusan gunung nan dahsyat nan diperkirakan Gunung Krakatau dan Gunung Tambora, Benua Atlantis menjadi pulau nan tak berpenghuni dan inilah nan diingat oleh para penduduk Atlantis nan pindah ke benua lain dan melahirkan peradaban mesir, Mesopotamia, Lembah Sungai Indus, Hatti, Yunani, Crete, Inka, Roma, Aztek, Maya dan peradaban tinggi lainnya.
Dari mitos budaya-budaya inilah ada kecenderungan nan hampir mirip. Pluto berpendapat bahwa bumi ini merupakan sebuah dataran nan dikelilingi satu samudra ( ocean ) secara keseluruhan. Kata ocean sendiri berasal dari bahasa Sanskrit nan artinya mengitari atau mengelilingi keseluruhan. Pendapat ini dalam perjalanannya mendapat tentangan dari ilmuwan zaman berikutnya seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Stephen Hawking dan Einsten.
Perbedaan Pendapat tentang Lokasi Atlantis
Soal lokasi Atlantis, Profesor Santos berbeda pendapat dengan Plato, menurut Santosketika, terjadi ledakan berbagai gunung berapi nan menyebabkan banyaknya lapisan es nan mencair sehingga menaikkan permukaan samudra nan berakibat terendamnya pulau-pulau dan daerah yag rendah.
Menurut Santos, air dan lumpur nan bersumber dari material gunung berapi tersebut membuat tekanan pada kulit bumi nan berada di dasar samudra terutaama pantai-pantai di benua. Tekanan material ini menimbukan gempa. Gempa ini di perparah oleh aktivitas letusan gunung-gunung berapi nan secara beruntun nan menimbulkan gelombang naiknya air bahari ke darat (tsunami) nan sangat besar. Peristiwa ini oleh Santos disebut Heinrich Events.
Menurut para pakar dalam catatan Plato mengenai sejarah global khususnya letak Atlantis, plato mengalami dua kesalahan. Pertama, Plato berpendapat bahwa permukaan bumi ini ialah datar. Dan kedua, soal letak Atlantis nan menurutnya berada di Samudra Atlantik. Pendapat ini juga mendapat tentangan dari Santos.
Peneltiian dasar Samudra Atlantik pernah dilakukan oleh militer Amerika Perkumpulan dan tak menemukan berkas ataupun jika Benua Atlantis nan hilang itu berada di Samudra Atlantis. Untuk itu, dalam menyikapi catatan-catatan Plato muncullah istilah Amicus Plato, sedmagis amica verita s, nan artinya saya suka kepada Plato, tetapi aku lebih suka kepada kebenaran.
Namun di banyak hal, banyak pendapat-pendapat Plato nan diyakini kebenarannya oleh santos. Kecenderungan itu di antaranya: Pertama, benua nan hilang itu ialah Benua Atlantis nan oleh Santos diyakini sebagai wilayah Indonesia sekarang. Kedua, Plato menceritakan tentang banyaknya rangkaian gunung berapi di Benua Atlantis nan hilang itu, hal ini sinkron dengan gunung berapi nan ada di Indoneisa seperti Gunung Kerinci, Talang, Krakatau, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, sampai Rinjani.
Banyak di antara gunung-gunung tersebut nan masih aktif, hal ini sinkron dengan nan diteliti oleh Santos. Ketiga, peristiwa lumpur di Sidoarjo nan dikaitkan dengan semburan lumpur dari gunung berapi nan materialnya bercampur air. Endapan lumpur ini lama kelamaan masuk ke dalam tanah di daratan.
Lalu, lumpur nan meresap ini bercampur dengan mineral nan ada di dalam tanah seperti gas alam nan merupakan impossible barrier of mund (hambatan lumpur nan tak dapat di tembus), atau innavigable (tidak bisa dilalui) oleh lumpur-lumpur tersebut.
Menurut peneliti nan meneliti lumpur Sidoarjo dengan melakukan pengindraan jauh, bahwa di dasar semburan lumpur tersebut terdapat danau lumpur nan besar. Diperkirakan danau lumpur tersebut residu dari endapan lumpur residu letusan gunung berapi.
Dari ketiga kecenderungan pendapat inilah menurut Santos Benua Atlantis nan hilang tersebut betul di Indonesia. Sahih atau tidaknya pendapat ini, sepertinya hanya Tuhan nan mengetahuinya. Semoga suatu hari nanti, entah kita atau anak cucu kita, dapat menemukan fakta tentang apa dan dimana Benua Atlantis itu berada.