Pelaku Jasa Lingkungan
Di awal tahun 2000-an Anda tentu hapal dengan paras Riani Djangkaru, sang presenter Jejak Petualang nan malang melintang di salah satu stasiun televisi. Ia membawakan satu acara nan bertemakan tentang alam, lingkungan dan pecinta serta pelaku jasa lingkungan .
Sehingga lama kelamaan pemirsa TV di rumah telah terbiasa, dan mengakrabi seluk beluk tentang alam lingkungan, pengelolaan alam dan lingkungan, hingga praktek-praktek konkret dalam memelihara lingkungan. Sebagai akibat tidak langsung dari imbas penyiaran tersebut. Akhirnya istilah pecinta alam cukup mem booming pada saat itu.
Segala Hal Tentang Alam Lingkungan
Alam dan lingkungan, sempadan makna antara keduanya ialah berarti nan merujuk kepada segala hal nan berada di sekitar manusia. Termasuk juga tanaman, hewan, tanah, udara, dan segala hal pelengkap nan ada di atas bumi dan nan terkandung di dalamnya. Sehingga sering dijadikan menjadi satu istilah yakni, alam lingkungan.
Meski alam lingkungan ialah benda mati, namun betapa besar jasa lingkungan terhadap kehidupan segala mahluk hayati di muka bumi ini. Semua mahluk hayati akan membutuhkan alam lingkungan, seperti udara buat bernapas bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Kemudian air buat minum dan berbagai hajat hayati bagi manusia, hewan serta tumbuhan pula. Dan berbagai nan tumbuh di atas bumi, dan hewan nan hayati di atasnya pula, semua memenuhi kebutuhan pakaian dan pangan manusia pula.
Segala hal tentang alam lingkungan, sudah jelas memenuhi top urgent dalam memenuhi baku kehidupan manusia secara khusus. Sehingga sudah barang tentu, sudah selayaknya buat dijaga, dipelihara serta dibudidayakan apabila memungkinkan.
Kemarahan Alam Dampak Konduite Manusia
Ketika terjadi banyak bala alam, dengan mudah mungkin Anda mengatakan bahwa bumi memang sudah tua. Hal itu memang benar, selain juga sebab dampak dari konduite manusia sendiri.
Gaya hidup, pola hidup, Norma hayati manusia menentukan bagaimana alam dan lingkungan akan terbentuk. Dapat saja lingkungan nan dulu sangat bersahabat dengan Anda, kini seolah menunjukkan amarahnya. Dan kerap membuat Anda tercengang akan bala nan ditimbulkannya.
Namun sejatinya, timbulnya bala sebenarnya bukan sebab kemarahan lingkungan, namun lebih kepada feedback nan alam berikan terhadap ulah manusia itu sendiri. Manusialah nan membuat benih-benih kerusakan lingkungan, hingga terjadi banyak bala nan jelas-jelas penyebab utamanya ialah tak adanya ekuilibrium lingkungan.
Sebagai contoh, bila Anda membuang sampah sembarangan maka sampah akan bertumpuk, menyumbat saluran pembuangan, got dan sungai. Ketika musim hujan datang, maka air tak lancar mengalir dan berakibat banjir. Kemudian juga hutan ditebang tanpa ada pemeliharaan dan reklamasi hutan kembali, sehingga hutan sebagai pengikat air tanah menjadi tak berfungsi. Yang terjadi kemudian ketika musim hujan datang, air terus melaju melanda kota hingga banjir. Dan seterusnya.
Karena itu sebagian dari mereka nan sadar, contohnya ialah para kelompok pecinta alam. Mereka tak henti mencontohkan gaya hayati sehat dan ramah lingkungan. Boleh mengakrabi alam dengan mendakinya, tapi tak dengan mencacati pepohonan hutan dengan ukir-ukiran nama Anda. Boleh merenangi sungai, tapi tak mengotorinya dengan sampah residu Anda bertenda. Hal-hal kecil demikian, bagi para kelompok pecinta alam dijadikan budaya sehat dan cinta lingkungan.
Pelaku Jasa Lingkungan
Sekelumit ilustrasi di atas ialah semua hal tentang akibat dari konduite Anda terhadap lingkungan. Karena semua pada dasarnya ialah feedback dari konduite Anda sendiri. Karena itu di beberapa Negara nan peduli terhadap lingkungan, pemerintahnya justru menyerukan kepada rakyatnya buat dapat hayati teratur dan tertib serta ramah lingkungan.
Hal ini diterapkan pada seluruh lapisan masyarakat. Terlebih saat ini, hampir setiap negara mengedepankan isu pemanasan dunia nan melanda dunia. Maka rakyat berusaha melakukan aksi peduli lingkungan dan beramai-ramai membuat serikat jasa lingkungan.
Meski sebenarnya pelaku jasa lingkungan seperti itu telah dirintis lebih dulu oleh sekelompok orang nan peduli terhadap lingkungan. Mereka telah melakukan pemeliharaan jasa lingkungan jauh-jauh hari, bahkan berpuluh-puluh tahun nan lalu sebelum muncul isu kebocoran lapisan ozon, global warming , krisis air bersih, abrasi, illegal loging , penurunan struktur permukaan tanah, dan permasalahan lingkungan lainnya.
Namun, pada umumnya pemerhati dan pelaku jasa lingkungan selalu diacuhkan dan dianggap sebagai kelompok nan hanya menghabiskan waktu dan pembuat isu nan tak benar. Juga kadang-kadang dianggap sebagai sekelompok orang nan hanya mencari perhatian dan eksistensi diri saja.
Pandangan masyarakat nan tak peka terhadap pelaku jasa lingkungan membuat usaha nan dilakukan oleh mereka nan peduli akan kelangsungan dan transedental lingkungan bekerja sendirian tanpa ada dukungan penuh dari masyarakat. Terlebih jika masyarakat, termasuk pemerintah telah tergoda dengan materi nan diiming-imingi oleh para pengusaha nan hanya mementingkan bisnis dan laba semata dengan mengamini pengalihan huma potensial menjadi aneka bangunan industri.
Orang-orang nan peka terhadap lingkungan seperti itu dan selalu eksis sebagai pelaku jasa lingkungan biasanya tergabung di bawah yayasan nan non profit. Atau berdiri di bawah bendera kelompok pecinta alam dan lingkungan, dan juga bergerak dalam LSM-LSM nan mengkhususkan diri berkiprah dan peduli terhadap lingkungan.
Peran Jasa Lingkungan
Peran pelaku jasa lingkungan sesungguhnya telah berbuat banyak dalam rentang waktu nan cukup lama. Baik nan mendirikan serikat jasa lingkungan secara resmi berbadan hukum, maupun nan tak berbadan hukum. Mereka tak hanya melakukan aksi penyadaran dengan kampanye orasi di jalanan atau di depan kantor-kantor pemerintahan saja. Namun juga mereka melakukan gerakan konkret dengan menanam pohon dan melakukan pemeliharaan lain terhadap lingkungan.
Selain itu juga mengirimkan nota protes dan permohonan audiensi dengan pemerintah buat berdialog. Dengan maksud ingin memberikan pandangan nan disertai bukti otentik mengenai akibat atas pembangunan maupun planning pembangunan, juga menyampaikan dan membuat jurnal lingkungan. Beberapa aksi lainnya ialah melakukan diskusi publik, pameran lingkungan, juga melakukan penyadaran kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan dan aksi impulsif atau penyuluhan ke berbagai daerah.
Pelaku jasa di bidang lingkungan pun melakukan studi kasus atas lahan-lahan atau daerah kritis di berbagai wilayah di Indonesia dan menyampaikannya kepada pemerintah. Dan juga melakukan pengenalan kepada masyarakat. Biasanya mereka bekerja secara mandiri, tak tergantung pada donasi pemerintah.
Selain kecil kemungkinan donasi berupa dana, proses pencairan dana pun biasanya membutuhkan waktu nan agak lama dan bertele-tele. Belum lagi sulitnya birokrasi nan harus dilewati lengkap dengan segala mutilasi dana nan diberikan dengan alasan buat biaya administrasi. Sepertinya berbuat baik guna kepentingan seluruh bangsa terasa begitu berat jika tidak ada dukungan dari banyak pihak.
Namun, para pelaku jasa lingkungan tidak pernah patah arang berbuat buat lingkungan, buat hari depan bangsanya. Bekerja secara kelompok atau sendiri, namun tetap mempunyai visi nan sama buat pelestarian lingkungan. Sama-sama bekerja dalam ranah mulia tanpa pamrih dengan asa nan tak muluk-muluk: kesejahteraan dan ekuilibrium lingkungan, loka semua makhluk dapat hayati di dalamnya.
Semoga kesehatan selalu dilimpahkan kepada para pelaku jasa lingkungan.