Bahasa Kota Curup

Bahasa Kota Curup

Kota Curup . Pernahkah Anda mendengar kota tersebut sebelum membaca artikel ini? Boleh jadi Anda belum pernah mendengarnya sebab Kota Curup nan merupakan bagian dari Kecamatan Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu ini tidaklah begitu terkenal. Tapi, begitu ada nan menyebutkan raflesia arnoldi, semua orang niscaya akan mengetahuinya.

Ya, siapa tidak kenal kembang bangkai raksasa Raflesia arnoldi? Bunga nan banyak ditemukan di Propinsi Bengkulu ini telah diakui global sebagai flora langka orisinil Indonesia. Di propinsi Bengkulu, kembang ini banyak dikembangkan di beberapa wilayah, termasuk di Kota Curup, Kabupaten Rejang Lebong.



Kondisi Geografis Kota Curup

Kota Curup merupakan ibukota Kabupaten Rejang Lebong. Jaraknya sekitar 85 km dari ibukota Provinsi Bengkulu. Kota Curup merupakan sebuah kota nan identik dengan jargon 'Kota Idaman." Curup ialah sebuah kota kecil di daerah pegunungan Bukit Barisan nan dikelilingi oleh Bukit Kaba dan Bukit Daun.

Karena dikelilingi pegunungan, kota kecil ini memiliki temperatur udara nan dingin. Kota ini juga memiliki kehidupan masyarakat nan agraris, sebab kondisi tanahnya nan sangat subur. Dukungan kondisi alam geografis nan menguntungkan, membuat pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan di wilayah ini nisbi maju. Wilayah ini telah mencapai taraf pendidikan, kesehatan, kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat nan cukup tinggi.

Semua ini juga didukung oleh akses transportasi nan memadai, nan menghubungkan kota kecil ini dengan wilayah lain di Propinsi Bengkulu, Lampung maupun Sumatera Selatan dengan mudah. Wilayah nan bisa dicapai dengan mudah dari kota Curup antara lain Kota Lubuk Linggau di Sumatera Selatan nan jaraknya hanya 5 km, kota Palembang nan berjarak 484 km, dan Tanjung Karang Propinsi Lampung nan berjarak 774 km. Sementara kecamatan terjauh dari kota Curup ialah Kecamatan Kota Padang, yakni sejauh 67 km.



Penduduk Kota Curup

Penduduk orisinil Kota Curup ialah Suku Rejang. Namun, seiring semakin majunya perekonomian kota Curup, banyak pula suku pendatang dari wilayah lain.Seperti Suku Padang, Jawa, Batak, Palembang, Serawai dan lain-lain. Seperti kebanyakan penduduk Pulau Sumatera, penduduk dari Kota Curup terkenanl sebab kekerasan wataknya.



Bahasa Kota Curup

Dalam berkomunikasi sehari-hari, penduduk orisinil menggunakan bahasa Rejang, nan merupakan bahasa orisinil nenek moyang mereka. Bahasa Rejang digunakan baik buat kepentingan formal maupun bahasa pergaulan sehari-hari.

Bahasa ini digunakan sebagai pengantar di sekolah, upacara adat dan upacara keagamaan. Suku Rejang dikenal memiliki loyalitas tinggi dalam menjaga bahasa orisinil mereka. Bahkan, penduduk nan tengah merantau pun tetap menggunakannya buat berkomunikasi sehari-hari dengan saudara seperantauan. Sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan suku sunda nan seolah enggan menggunakan bahasanya jika sedang berada di perantauan.



Budaya dan Kesenian Kota Curup

Meski telah memiliki tingkat kehidupan ekonomi nan cukup baik, penduduk kota Curup tetap mempertahankan budaya warisan nenek moyang, antara lain budaya buat bermusyawarah dan bermufakat dalam menentukan suatu kebijakan atau memutuskan sebuah persoalan bersama.

Mereka juga suka bergotong royong dalam mengerjakan berbabagai pekerjaan buat kepentingan bersama-sama. Sedangkan kesenian nan terkenal dari daerah ini ialah Tari Kejei . Tarian ini dianggap sakral dan hanya dapat dipentaskan pada acara eksklusif dan di loka tertentu.

Tarian ini merupakan tari selamat datang buat menyambut tamu agung pada saat pertama kali berkunjung ke Rejang Lebong. Pada kunjugan berikutnya, tarian itu tak digelar lagi, sebab sang tamu dianggap telah menjadi bagian dari warga Rejang Lebong.

Selain tarian, Masyarakat Bengkulu juga memiliki sebuah upacara tradisional nan sangat terkenal. Ya, Tabot. Upacara tradisional ini digunakan sebagian besar masyarakat Bengkulu sebagai bentuk penghormatan sekaligus buat mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu dari Nabi Muhammad saw.

Upacara mengenang kematian Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan tentara Ubaidillah bin Zaid nan terjadi di padang Karbala ini selalu dilaksanakan warga Bengkulu dari tanggal 1 hingga 10 Muharam setiap tahunnya.



Hasil Bumi Kota Curup

Penduduk kota Curup mayoritas menekuni pekerjaan sebagai petani. Kondisi geografis di area pegunungan dan udaranya nan sejuk, menjadikan loka ini banyak menghasilkan komoditas beras dan sayur-mayur.Hasil panen petani biasanya dipasarkan ke daerah Palembang, Jambi, Padang, Lampung, Pekan baru, hingga ke Jakarta.

Selain komoditas pertanian, Kota Curup juga menghasilkan komoditas perkebunan nan juga terkenal, yaitu kopi dan karet. Sebenarnya Kota Curp merupakan salah satu penghasil Kopi terbesar di Indonesia, namun entah mengapa Kota Curup tak terkenal di khalayak ramai sebagai penghasil kopi.



Potensi Pariwisata Kota Curup

Selain dikenal sebagai loka pengembangan flora langka Raflesia Arnoldi, Curup juga menyimpan banyak potensi wisata nan cukup mempesona. Obyek wisata nan dapat dikunjungi cukup variatif, mulai dari wisata alam hingga wisata sejarah.

Wisata alam nan terdapat di sana nan wajib dikunjungi di antaranya ialah Bukit Kaba. Bukit Kaba ini termasuk ke dalam salah satu gunung berapi nan masih aktif. Bukit ini banyak dijadikan loka tujuan wisatawan, khususnya pecinta alam. Dari Bukit Kaba ini wisatawan dapat melihat lahar nan keluar dari gunung berapi dari jeda beberapa meter saja. Selain itu, di Bukit Kaba ini juga terdapat beberapa buah kaldera nan memiliki rona air berubah-ubah.

Wisata alam di Kota Curup lain nan sangat terkenal ialah Air Terjun Talang Rimbo, Kolam Renang Muna Tirta, Talang Kering, Danau Mas, Danau Suban Air Panas, dan Air Panas Desa Tempel Rejo. Sedangkan obyek wisata sejarah nan tidak boleh terlewatkan ialah Monumen Perjuangan Desa Tabarenah. Ada nan menarik terkait objek wisata Suban Air Panas. Objek wisata ini terbilang unik sebab di sana ada pemandian air panas sekaligus wisata air terjun.



Nilai Historis Kota Curup

Keberadaan sejumlah obyek wisata sejarah di Kota Curup tidak lepas dari sejarah berdirinya kota nan kini menjadi ibukota Kabupaten Rejang Lebong ini. Kota Curup, pernah menjadi ibukota Provinsi Sumatera Selatan di tahun 1949. Saat itu masih dalam masa Revolusi, di bawah pimpinan Gubernur A.K.Gani.

Jejak sejarah nan pernah terjadi di kota Curup bisa dilihat di Monumen Perjuangan Desa Tabarenah. Sejarah nan terekam dalam koleksi museum ini antara lain, foto sidang pertama DPRD propinsi Sumatera Selatan, foto zaman pergolakan perjuangan kemerdekaan di Rejang Lebong, dan foto uang kertas senilai 40 rupiah, nan dicetak di Curup, tertanggal 17-1-1949, dan ditandatangani gubernur Sumatera Selatan.

Nah, itulah sekilas cerita mengenai Kota Curup. Untuk mengunjungi Kota Curup ini kita dapat menggunakan jalur darat dan jalur udara. Jika menggunakan jalur darat, Anda diharuskan melakukan penyeberangan terlebih dahulu dari Pelabuhan Merak ke Bakauweni. sementara jika menggunakan pesawat, Anda dapat menggunakan Bandara Soekarno Hatta. Melihat banyaknya keistimewaan nan dimiliki Kota Curup, rasanya ingin sekali kaki ini segera menginjakan kaki di sana.