Toleransi Menjaga Persatuan

Toleransi Menjaga Persatuan

Masih ingatkah Anda dengan peristiwa kerusuhan Ambon beberapa tahun nan lalu? Ambon Manise, begitulah Kota Ambon dikenal masyarakat Indonesia. Kota ini tak hanya memiliki kekayaan alam dan budayanya, tetapi juga keragaman agama dan kepercayaan.

Kota nan berbatasan langsung dengan kepulauan Maluku ini, sejak dahulu telah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah baik dalam dan luar negeri. Kedekatannya dengan Maluku mengakibatkan Kota Ambon mendapatkan banyak pengaruh dari perkembangan di Maluku.

Masyarakat nan menempati dan membangun kawasan kota Ambon juga berasal dari Maluku. Sejak tahun 1575 mereka telah mendirikan kota Ambon sebagai kota nan teratur dan memiliki batas teritorial. Semasa penjajahan, masyarakat kota Ambon dikenal dengan masyarakat nan pantang menyerah dalam melawan penjajah.

Kota ini juga melahirkan pahlawan nan kita kenal yaitu Pattimura. Sayangnya, semangat juang nan dimiliki masyarakat Ambon saat ini dinodai oleh beberapa ulah para kelompok anarkis nan menyebabkan kerusuhan Ambon terjadi.

Kerusuhan Ambon nan sering kali terjadi menjadikan kota ini seolah-olah sebagai kota dengan konflik nan tiada habisnya. Dengan sedikit provokasi menggunakan berbagai isu sentral seperti agama dan kesukuan, kerusuhan bisa pecah di Ambon.

Hal ini tentu berdampak jelek bagi stabilitas keamanan kota Ambon. Hal ini disebabkan oleh kerusuhan nan ditimbulkan tak hanya merusak fasilitas negara dan masyarakat tetapi mengakibatkan korban jiwa nan tak sedikit.

Padahal Kota Ambon memiliki banyak potensi nan bisa dikembangkan dengan stabilitas keamanannya sebagai modal. Kota Ambon masa lalu memang mendapat pengaruh besar dari masuknya bangsa Portugis ke tanah Maluku. Pengaruh nan diberikan termasuk di antaranya ialah penyebaran agama Kristen nan dibawa oleh para misionaris Portugis.

Oleh sebab itu, agama Kristen berkembang pesat di kota ini. Meski demikian, beragama masyarakat Ambon juga diberi kebebasan buat memeluk agama nan diyakini. Hal ini sebagai bentuk kebabasan beragama, mengingat Ambon merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia nan memiliki kemajemukan dan disparitas agama.

Namun, ternyata ada saja kelompok-kelompok nan menginginkan disintegrasi bangsa memanfaatkan disparitas sebagai suatu bahan konflik nan menciptakan kerusuhan Ambon. Persoalan agama memang persolan nan sensitif dan mudah sekali disulut provokasi menjadi barah kebencian. Padahal dalam setiap agama tentu tindakan anarkis dan kekerasan terhadap sesama manusia tentu tak diperbolehkan.

Beberapa waktu nan lalu kerusuhan Ambon kembali terjadi, masyarakat pun mulai muak dengan kerusuhan nan sering kali terjadi dan tentunya merugikan mereka. Penyebab kerusuhan pun terkadang tak jelas atau disebabkan oleh hal-hal kecil. Misalnya, kerusuhan Ambon nan terjadi pada tahun 2011 lalu.

Kerusuhan nan merenggut korban jiwa ini terjadi sebab kecelakaan tunggal nan menimpa salah seorang anggota masyarakat. Kecelakaan nan menimpanya menabrak pohon dan juga salah satu rumah, orang tersebut dinyatakan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

Tetapi ternyata isu nan merebak di antara dua kelompok bertikai ialah pengendara motor tersebut meninggal sebab dibunuh. Friksi sebab isu ini pun tak bisa dihindari, kedua kelompok saling melempar batu dan berkelahi.

Sebanyak tiga orang menjadi korban jiwa dalam kerusuhan Ambon saat itu. Hal ini tentu menjadi sangat miris jika kita melihatnya dengan akal dan hati nurani nan sehat. Hal semacam itu seharusnya tak terjadi di negara nan telah cukup lama merdeka ini.



Menganalisis Penyebab Kerusuhan Ambon

Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan persatuan di Indonesia. Sejak kerusuhan besar nan terjadi pada tahun 1999, kota Ambon menjadi kota nan mencekam dan intoleran. Hal ini sebab kerusuhan Ambon nan terjadi selama Januari hingga Maret 1999 telah menjadi kerusuhan berdarah nan mengerikan.

Sebanyak lebih dari seribu orang telah menjadi korban jiwa dalam kerusuhan nan mengatasnamakan agama ini. Tidak hanya itu, kerugian materi sebab kerusakan nan ditimbulkan oleh kerusuhan ini juga sangat banyak. Orang-orang tanah Ambon sebagian memilih buat mengungsi dan meninggalkan kota ini.

Kota Ambon meski ditinggali oleh masyarakt nan berbeda agama, khususnya Kristen dan Islam sebelum kejadian tahun 1999 merupakan kota nan aman-aman saja. Meskipun ada konflik tetapi tak berujung pada kerusuhan besar.

Isu agama nan dilontarkan buat memprovokasi massa disampaikan sebagai satu-satunya penyebab kerusuhan tersebut. Padahal, penyebab awal diceritakan sebagai konflik personal kecil nan sudah sering terjadi di Ambon atau bahkan di kota lainnya. Melihat pada kondisi ini, berbagai analisis mengenai penyebab kerusuhan Ambon pun bermunculan.

Hal ini didukung pula oleh penyampaian saksi kepada relawan nan datang membantu mengatasi akibat kerusuhan besar tersebut. Saksi ini menyampaikan kebingungannya atas penyebab timbulnya kerusuhan besar di Kota Ambon.

Tahun 1999 merupakan tahun nan berat bagi kondisi sosial politik dan pemerintahan Indonesia. Tahun tersebut merupakan tahun permulaan aplikasi reformasi. Oleh sebab itu, stabilitas negara mendapat ancaman dari berbagai situasi nan terjadi di masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, beberapa pengamat berpendapat bahwa kerusuhan Ambon tak terjadi sebab disparitas agama, tetapi ada oknum-oknum nan memanfaatkan isu tersebut. Isu nan disebarkan ialah pembakaran masjid dan pembakaran gereja nan tentu menyulut kemarahan kedua belah pihak.

Meski demikian, pada dasarnya kemarahan masyarakat orisinil Ambon tak berdampak pada kerusuhan besar. Kerusuhan dan kebrutalan ini justru dilakukan oleh orang-orang nan tak dikenal bahkan oleh penduduk orisinil wilayah nan menjadi pusat konflik. Kelompok tak dikenal tersebut nan membakar rumah warga, melakukan tindakan kekerasan, bahkan pembunuhan.

Kerusuhan nan sangat mengerikan ini menyebar dan ikut menyulutkan emosi pemeluk kedua agama nan diisukan bertikai. Jika semua pemeluk kedua agama tersebut di Indonesia bertikai sebab terpancing provokasi, maka negara Indonesia dalam keadaan nan sangat berbahaya secara stabilitas nasional.

Untungnya, banyak juga masyarakat dari pemeluk agama tersebut menyadari bahwa hal tersebut merupakan provokasi dari kelompok tertentu. Kelompok tersebut menginginkan kerusuhan terjadi di Indonesia.



Toleransi Menjaga Persatuan

Di negara dengan kemajemukan seperti Indonesia, disparitas terkadang menjadi alat buat melakukan keburukan. Selain itu, disparitas juga menjadi kekayaan nan bisa dimanfaatkan sebagai potensi. Hal ini tentu didasarkan pada pilihan rakyat Indonesia, mau dengan cara nan bagaimana menyikapi kemajemukan.

Agar disparitas menjadi kekayaan negara, maka toleransi merupakan media nan menjaga. Hal ini dimaksudkan agar disparitas tersebut tak dimanfaatkan sebagai alat provokasi oleh kelompok-kelompok tertentu.

Toleransi ialah suatu sikap atau konduite manusia nan tak melanggar dari anggaran dengan menghargai atau menghormasi sikap atau keputusan nan diambil oleh orang lain. Artinya, toleransi merupakan perwujudan aplikasi hak asasi manusia, bahwa segala keputusan dan keyakinan manusia tak harus sama.

Toleransi juga bukan berarti pembiaran atau ketidakpedulian, dalam hal menyikapi perbedaan, toleransi merupakan sikap menghormati dan menghargai disparitas nan dimiliki orang lain. Dalam hal agama, toleransi diperlukan buat memberikan kebebasan pemeluk agama minoritas melakukan ibadahnya.

Dengan demikian, tak terjadi konflik hanya sebab disparitas keyakinan. Kerusuhan Ambon menjadi pelajaran bagi kita betapa pentingnya toleransi beragama. Melalui toleransi provokasi nan mengatasnamakan agama tentu tak lagi bisa menjadi penyebab kerusuhan brutal nan tak menunjukkan konduite orang nan beragama. Oleh sebab itu, buat membangun persatuan bangsa toleransi dibutuhkan khususnya dalam kehidupan beragama.

Kerusuhan Ambon nan selalu mengatasnamakan agama dan menimbulkan korban jiwa. Hal ini sebaiknya menjadi catatan buram perjalanan bangsa nan seharusnya tak boleh lagi terjadi. Oleh sebab itu, masyarakat perlu buat selalu waspada terhadap provokasi massa nan dikeluarkan oleh kelompok nan tak bertanggung jawab.

Jika terjadi konflik personal, sebaiknya diselesaikan secara personal dengan cara nan baik. Dengan begitu, tak menjadi alat buat menimbulkan kebrutalan dan kekerasan seperti nan terjadi dalam kerusuhan Ambon.

Masyarakat membangun sebuah kehidupan buat mencapai sebuah kebahagiaan, bukan buat menimbulkan kekerasan dan pertengkaran. Jadilah Ambon Manise nan kondusif dan tentram hingga tak ternoda estetika dan kemerduan suaranya di tanah nusantara.