Wayang Golek

Wayang Golek

Wayang ialah seni nan universal hampir di beberapa daerah memiliki wayang. Wayang memiliki sejarah nan panjang. Kehadirannya melalui proses-proses panjang nan menarik. Wayang disebutkan berasal dari India kemudian menyebar ke Indonesia di bawa oleh para pendatang dari India. Bagaimana dengan wayang golek Sunda?

Hal ini berdasarkan pada kisah-kisah dalam cerita pewayangan nan selalu mengambil tokoh-tokoh dari kisah Ramayana. Bumbu penyedapnya melalui humor biasanya diselipkan dalam tokoh wayang golek Sunda seperti Cepot, Gareng, Dawala, dan kawan-kawan.

Melalui akulturasi budaya, wayang kemudian menjelma menjadi bentuk-bentuk nan disesuaikan dengan ragam budaya setempat. Ceritanya juga kemudian berakulturasi menjadi banyak variasi. Pada mulanya dijadikan alat buat menyebarkan Agama Hindu, kemudian seiring waktu terutama di Pulau Jawa, wayang menjadi alat penyebaran Agama Islam.

Isi-isi nan terkandung di dalamnya juga berubah sinkron dengan kondisi nan terjadi pada waktu itu. Tergantung siapa nan menggunakan maka wayang akan terbentuk sinkron dengan keinginan si dalang pada saat pertunjukannya.



Ragam Wayang

Wayang itu beragam, di setiap daerah punya kekhasan tertentu. Kekhasan ini menjadi daya tarik tersendiri. Kekhasan ini menjadi semacam trade mark nan dibangun buat melihat disparitas nan menarik. Di Jawa misalnya, wayang terbuat dari kulit, bentuknya 2dimensi hanya satu sisi saja.

Tetapi walaupun hanya satu sisi, keahlian Dalang dalam memainkan wayang dapat menjelma menjadi berbagi bentuk nan tersaji seperti 3 dimensi. Entah itu melalui imbas sinar atau juga inovasi-inovasi pertunjukan lainnya. Wayang-wayang di Jawa sangat terkenal, misalnya di Yogyakarta. Hiburan wayang ialah hiburan nan menghibur, keren, hebat, dan fantastis.

Setiap pentas wayang selalu dipenuhi oleh banyak penonton. Hiburan ini tambah meriah jika memakai dalang terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono. Di Cirebon, wayang tak berbentuk 2 dimensi dalam kulit. Di sana sudah benar-benar menjadi orang, bentuk wayangnya pun kemudian dinamakan wayang orang atau Wayang Wong.

Cerita pertunjukan dan tokoh-tokohnya masih sama yaitu kisah Ramayana. Wayang pada masa ini berbeda dengan wayang kulit dan wayang orang. Wayang ini seperti sudah menangkap banyak kemajuan-kemajuan misalnya menambahkan teknologi pada saat pentasnya atau juga membuat tokoh-tokoh nan tak konvensional.

Mengubah berbagai pakem nan sudah ada. Misalnya menggunakan bentuk tokoh-tokoh perjuangan seperti Soekarno, atau artis-artis nan sedang ngetop.



Wayang Golek

Dari wilayah Jawa Barat wayang terkenal dengan nama Wayang Golek. Wayang golek sunda ialah bagian keragaman jenis-jenis wayang nan ada di Indonesia. Kekhasannya terlihat pada bentuknya nan berbeda dengan wayang kulit. Wayang golek sunda berbentuk 3 dimensi.

Cara memainkannya juga berbeda dengan wayang-wayang lainnya. Dengan ukuran sebesar tangan orang dewasa, wayang golek sangat menarik buat dimainkan. Salah seorang dalang terkenal wayang golek di saentero Indonesia bahkan mungkin global ialah Asep Sunandar Sunarya dari Giriharja atau terkenal dengan Asep Sunandar Sunarya ti Giriharja.

Saya pernah melihat pertunjukan wayang golek sunda Asep Sunandar Sunarya. Walaupun di televisi lokal tetapi aura rasanya sangat kental. Biasanya ditayangkan setiap malam minggu semalam suntuk. Sangat spesial kalau melihat penampilan Asep Sunandar Sunarya, terutama saat membawakan tokoh si Cepot.

Hmmmm hayati banget, deh! Cepot seperti hadir sebagai manusia apa adanya. Kekeh penonton riuh rendah kalau mendengar atau melihat Cepot sedang ‘ngabodor’. Cepot itu terkenal dengan banyolannya dan penampilannya dengan muka merah dan golok di pinggangnya.

Ekspresi mobilitas Cepot saat dimainkan oleh dalang Asep Sunandar Sunarya, sangatlah hidup. Gerakannya bergerak maju dan benar-benar memukau. Yang masih aku ingat misalnya gerakan menggaruk-garuk pantatnya atau kepalanya saat kebingungan.

Dalam perkembangannya, wayang golek sunda kemudian memasukkan unsur-unsur seni lainnya. Misalnya imbas pencahayaan, slide latar belakang, dan efek-efek lainnya seperti asap nan keluar dari hidung wayang saat merokok, imbas barah saat mengeluarkan mantera menghadapi musuh, dan lain-lain. Inilah perkembangannya nan tetap masih terlihat sangat baik sebab mempertahankan tradisi utamanya yaitu wayang golek.

Kalau diperhatikan lebih dalam, ada nan menarik dalam sebuah pertunjukkan wayang secara generik atau wayang golek sunda secara khusus. Lihatlah kru wayang golek sunda, selalu banyak dan merupakan rombongan besar. Rombongan ini ialah tim nan mengiringi pertunjukkan wayang.

Para kru ini memainkan musik di belakang arena wayang. Mereka menabuh kendang, kecapi, gongg, dan lain-lain. Tidak lupa juga sinden dan nayaga. Mereka bekerja sama dalam tim nan baik, saling mendukung dan saling mengisi. Benar-benar sebuah kolaborasi tim nan mengasyikkan.

Bayangkan jika sinden dan nayaga tak kompak, mungkin pertunjukan akan ‘garing’ dan kurang menarik. Atau lenggak lenggok si Cepot saat menari jika tak diiringi kecapi, kendang, suling, gong, mungkin akan terlihat seperti tarian tanpa irama menarik dan menakjubkan.
Sebuah pertunjukan wayang golek sunda selain seni bekerja sama juga berkumpulnya seni-seni lain nan sepaket dalam wayang golek.

Misalnya seorang sinden dituntut harus dapat bernyanyi dengan baik, sinden bernyanyi maka di sanalah muncul seni suara. Kemudian imbas latar belakang dengan lukisan-lukisan panorama, muncul di sini seni gambar nan harus dapat sinkron dengan tema nan akan angkat pada saat pertunjukan.

Dan nayaga nan mengiringi dengan musik, maka di sana ada seni musik. Dan tentu saja wayang goleknya sendiri, seni memainkan wayang golek sangat berbeda dengan seni-seni lainnya. Woow..masih banyak seni-seni lainnya nan berkumpul di wayang golek sunda.

Keunikan-keunikan inilah nan menjadi daya tarik wayang golek sunda di antara keunikan lainnya. Setiap elemen-elemen pendukungnya mempunyai kharisma seni tersendiri nan kemudian menjadi sebuah pertunjukan fenomenal dan menyenangkan. Keunikan lainnya misalnya jika melihat ke sosok penonton.

Saya memiliki teman nan menyukai pertunjukan wayang golek sunda. Dia mengatakan kalau menonton di depan dengan menonton di samping sangatlah berbeda, dia bilang ada aura nan membedakan antara posisi depan dan samping. Masih menurut dia, menonton wayang golek itu dijamin tak mengantuk, entah sebab pertunjukannya nan menyenangkan atau sebab hal-hal lain.

Dia percaya ada hal-hal lain ini nan membuat menonton wayang golek sunda jadi terasa tak mengantuk walaupun semalam suntuk berada di lapangan. Wayang golek sunda dan juga wayang-wayang lainnya sering kali memasukkan pesan-pesan krusial bagi kehidupan.

Dalam satu kesempatan aku menangkap pesan itu misalnya tentang kebijaksanaan, tentang ketaatan pada Tuhan Yang Maha Kuasa, tentang berkehidupan kebangsaan, tentang kerja sama, dan lain-lain. Dulu kala, wayang dijadikan alat buat penyebaran agama. Melalui cerita-cerita nan dikemas sedemikian rupa sehingga membuat pesan dalang sampai di penonton.

Bahkan para wali menggunakan wayang buat menyebarkan agama islam, dan juga para pamong pemerintahan menggunakan wayang buat kampanye-kampanye seperti keluarga berencana, kesiapsiagaan terhadap bencana, dan lain-lain. Seni wayang golek sunda sangat menarik buat dikaji, banyak pembelajaran nan dapat diambil dari kisah-kisah nan disampaikannya.

Selain sisi sejarah nan melatarbelakanginya, juga kisah-kisah masa depan nan mungkin saja dapat muncul dari belajar mendengarkan cerita dari wayang golek sunda. Kisah-kisah dalam wayang golek sunda memiliki kekhasan tersendiri, kekhasan ini menjadi kapital dasar buat tetap dapat bersaing dari gempuran teknologi luar nan semakin besar.

Di sisi lain, pembelajara-pembelajaran nan dipertunjukan dalam kisah wayang golek memberikan sisi positif bagi penontonnya. Karena sisi positifnya ini, semoga saja wayang golek semakin jaya ditengah gempuran teknologi.

Kampanye dan model-model baru serta penemuan seputar pertunjukan wayang golek sunda sangat dibutuhkan, oleh sebab itu kehadiran wayang golek sunda tetap menjadi pilihan terbaik agar kita tak tercerabut dari bukti diri bangsa dan orang sunda.