Indahnya Air Terjun Guci dan Cerita Pesugihan di Gunung Slamet
Gunung Slamet ialah gunung paling tinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru. Letak Gunung Slamet berada di Provinsi Jawa Tengah dengan tinggi sekitar 3.432 meter di atas permukaan laut. Gunung nan memiliki empat kaldera nan semua kawahnya masih aktif ini dikelilingi sedikitnya lima wilayah di Provinsi Jawa Tengah. Kelima wilayah itu ialah kabupaten Brebes, kabupaten Tegal, kabupaten Pemalang, kabupaten Banyumas dan kabupaten Purbalingga.
Gunung Slamet sendiri mempunyai arti dalam bahasa Jawa, yaitu selamat. Menurut kisah nan beredar di masyarakat Jawa, setidaknya sejak zaman nenek moyang hingga sekarang Gunung Slamet tak pernah "batuk-batuk" apalagi meletus. Gunung Slamet memberi rasa kondusif dan tenang bagi masyarakat nan mendiami sekitar lerengnya sehingga senantiasa memberikan keselamatan bagi mereka. Itulah mengapa gunung ini dinamakan gunung Slamet hingga sekarang.
Namun, sejarah sendiri mencatat bahwa Gunung Slamet pernah meletus sekitar 1988 nan menimbulkan lidah barah dan semburan lava pijar setinggi 300 meter. Pada awal September 1995, hutan Gunung Slamet juga pernah mengalami kebakaran hebat. Kejadian ini menyebabkan lenyapnya berbagai flora khas nan masih tersisa di Gunung Slamet seperti Edelweis Jawa.
Para pakar geologi memasukkan Gunung Slamet ke dalam golongan gunung stratovulcano, yaitu gunung nan terbentuk dampak pengaruh konvoi tektonik dua lempeng antara lempeng Indoaustralia dan lempeng Eurasia. Tumbukan dua lempeng tersebut menyebabkan terbentuknya magma nan memiliki sifat intermediet (SiO2 50-60%).
Di kalangan para penggila hiking , Gunung Slamet merupakan salah satu gunung nan menjadi tujuan ekspedisi nan wajib mereka tapaki. Di punggung Gunung Slamet, terdapat banyak jenis kawasan hutan nan menjadi daya tarik tersendiri seperti hutan dipterokarp bukit, dipterokarp atas, montane , dan ericaceous atau hutang gunung.
Gunung Slamet - Menelusuri Jalur Bambangan
Gunung nan identik dengan loka wisata air panas Guci ini memiliki beberapa jalur pendakian buat mencapai puncaknya. Namun, nan paling baku dan sering dilalui oleh para pendaki ialah jalur Bambangan. Inilah jalur nan sangat populer dan merupakan jalur paling sering dilalui para pendaki.
Hal ini tidak lepas dari jalur Bambangan nan merupakan rute terpendek dibandingkan dengan dua rute lainnya, yakni jalur Batu Raden dan Kali Wadas. Untuk mencapainya, biasanya para pendaki, nan kebanyakan berasal dari luar Jawa Tengah, akan menuju ke Kota Purwokerto lebih dulu. Dari sana, kemudian dilanjutkan dengan menumpang bus tujuan Purbalingga. Setelah itu, pendaki dapat melanjutkan perjalanan dengan bus tujuan Bobot Sari dan turun di Serayu.
Dari Serayu, perjalanan disambung dengan menggunakan angkutan pedesaan, homogen mobil bak setengah terbuka, menuju desa terakhir bernama Bambangan. Dari sinilah, pendakian akan dimulai. Dari Desa Bambangan nan memiliki ketinggian 1279 meter di atas permukaan laut, pendaki akan diajak menyeberangi sungai nan cukup deras buat mencapai pos pertama, Pos Payung. Batu-batu besar nan terdapat di sungai ini biasa dijadikan pijakan buat melompat melewati sungai ini.
Selepas sungai, pendaki akan menemui sedikit medan terjal nan harus dilalui sebelum benar-benar sampai di Pos Payung. Di sini, konsentrasi pendaki harus benar-benar terjaga. Dalam perjalanan, pendaki akan menjumpai ladang-ladang milik penduduk.
Selepas Pos Payung pendakian dilanjutkan menuju Pondok Walang. Jalur ini terkenal cukup licin dan terjal. Dari Pondok Walang, jalur akan terus menanjak dengan pemandangan sekeliling hutan lebat menuju Pondok Cemara. Seperti namanya, Pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara nan diselimuti lumut. Selepas loka ini, pendakian dilanjutkan menuju Pos Samaranthu. Setelah melewati Pos Samaranthu, pendaki akan disambut dengan medan terbuka berupa vegetasi padang rumput.
Pendaki akan melewati sebuah loka bernama Sanghiang Rangkah nan merupakan semak-semak asri dengan vegetasi Edelweis nan mengeliling indah. Jika beruntung, para pendaki juga sesekali akan mendapati buah arbei di antara pohon-pohon nan rindang.
Selain Sanghiang Rangkah, masih ada Sanghiang Jampang nan juga akan dilalui. Di Sanghiang Rangkah, biasa para pendaki akan menunggu momen matahari terbit seandainya melakukan pendakian malam hari dan tiba di Sanghiang Rangkah menjelang subuh.
Gunung Slamet Terkenal Sulit Ditaklukkan
Di kalangan penggila hiking , Gunung Slamet dikenal sebagai gunung nan cukup sulit buat ditaklukkan. Hal ini disebabkan sebab hampir di sepanjang rute pendakian tak ditemukan sumber air. Yang ada hanya berupa genangan. Jadi, tidak ada jalan lain buat pendaki membawa persediaan air nan cukup dari bawah. Selain masalah air, faktor kabut juga merupakan rintangan nan menguras adrenalin.
Kabut Gunung Slamet terkenal dengan sifatnya nan mudah berubah, pekat, dan sulit ditebak. Namun seperti nan sudah dibahas, pendaki akan sedikit tertolong jika memilih jalur pendakian Bambangan. Di pos lima nanti atau Sanghiang Rangkah terdapat sungai kecil nan letaknya tepat berada di bawah pos lima.
Bagi para pencari tantangan lebih, dapat memilih jalur pendakian melalui objek wisata pemandian air panas Guci. Rute ini paling terjal. Namun, pemandangan nan sangat istimewa di sepanjang rute mampu membayar semua rasa takut akan bahaya nan menghadang. Selama 1975-1994, Perhutani mencatat sedikitnya 17 orang pendaki meninggal di Gunung Slamet, di antaranya 10 orang meninggal sebab hujan salju ekstrem pada Februari 1992.
Suhu di puncak Gunung Slamet dapat mencapai 0 derajat celcius. Itulah mengapa gunung ini terkenal sebagai salah satu gunung tersulit buat ditaklukkan di Pulau Jawa. Namun demikian, fakta ini tak sedikit pun menghilangkan daya tarik Gunung Slamet buat terus didatangi para penggiat aktivitas outdoor di Indonesia.
Indahnya Air Terjun Guci dan Cerita Pesugihan di Gunung Slamet
Ada satu loka wisata di kawasan Gunung Slamet nan sangat tersohor. Air terjun Guci di lereng Gunung Slamet. Objek wisata berhawa sejuk dan nyaman ini selalu ramai dikunjungi wisatawan, terutama pada hari-hari besar keagamaan dan liburan sekolah. Tak sedikit nan memanfaatkan buat wisata rohani.
Mereka konfiden bahwa air terjun Guci mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit hingga meningkatkan daya tarik seksual wanita. Cukup dengan berendam saja, maka jangan heran jika pegunjungnya banyak wanita ketimbang pria.
Namun, di balik kisah dahsyat estetika air terjunnya, Guci menyimpan cerita sirik nan sering terdengar dari sini. Banyak nan memanfaatkan loka ini sebagai loka mencari pesugihan. Mereka percaya air terjun Guci sebagai sarang siluman naga bernama Naga Cerek. Meski sering memberi pesugihan, tapi berat permintaan Naga Cerek. Siluman ini meminta nyawa salah satu anggota keluarga.
Ada seorang juru kunci nan dapat menyampaikan permintaan itu dengan ritual khusus. Sebagai syarat, ritual ini harus dilakukan pada malam Jumat Legi dan Selasa Kliwon. Sesajian uba rampe nan harus disiapkan ialah berupa minyak wangi, kemenyan, bunga tujuh rupa, dan tumpeng. Sang kuncen baru akan memulai ritual jika semua sesajian sudah dilengkapi oleh si peminta pesugihan.
Peminta pesugihan bisa mengetahui kehadiran Naga Cerek jika air nan berisi uba rampe berbuih. Setelah itu, si peminta pesugihan akan disuruh mandi di air terjun Guci nan dingin dan menyimpan sejuta aura mistis. Usai menjalani semua proses acara, kemudian diadakan kenduri sekadarnya.
Objek wisata Guci juga menyediakan banyak pemandu nan siap memberikan jasa pada setiap tamu nan datang ke objek wisata tersohor kedua setelah Baturaden nan berada kawasan Gunung Slametitu.