Belajar Ar-Roja' dari Pelacur
Sama seperti makalah pada umumnya, makalah agama Islam tentang akhlak pun memiliki tujuan nan krusial sehingga layak buat dibaca, dipahami, bahkan didiskusikan agar umat Islam dapat mendapatkan majemuk kesadaran mengenai hukum-hukum Islam.
Dalam membuat makalah, tentu kita harus terlebih dahulu membuat tujuan dari pembuatan makalah tersebut. Misalnya saja, makalah nan akan dibuat ialah mengenai pembelajaran akhlak nan dapat didapatkan dari konduite seorang pelacur.
Mungkin bagi sebagian orang, istilah pelacur ialah hal nan sangat tabu buat didengar, dibicarakan, dan diperbincangkan. Namun, seorang pemakalah seyogyanya dapat membuat kerangka penulisan agar dapat membuat pembaca memahami maksud dari apa nan kita tuliskan dalam makalah tersebut.
Pemberian judul nan sinkron pun menjadi salah satu hal krusial nan harus dipertimbangkan oleh penulis agar dapat menarik pembaca buat memahami isi dari makalah nan dibuat oleh penulis tersebut. Sebagai contoh, jika pembahasan mengenai pembelajaran akhlak dari seorang pelacur, maka penulis dapat memberikan judul "Pembelajaran Akhlak Melalui Konduite Pelacur".
Namun, sebelum berlanjut pada pembahasan primer mengenai hakikat akhlak nan dimunculkan dari konduite pelacur tersebut, penulis sebaiknya memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai apa nan dimaksud dengan akhlak.
Pengertian Akhlak
Sebagai umat Islam, sudah menjadi suatu kewajiban buat memahami holistik tata cara beribadah nan baik. Salah satu hal nan harus dimengerti oleh umat Islam ialah bagimana caranya memperlakukan orang lain sinkron dengan ajaran agama Islam.
Kita tentu sering mendengar istilah akhlak nan sering kali disandingkan dengan kata aqidah. Aqidah akhlak merupakan cabang ilmu nan wajib dipelajari oleh umat Islam. Hal tersebut biasanya dianggap sebagai salah satu pandangan atau panduan bagi kaum Muslim agar berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.
Aqidah akhlak ini menentukan pula kualitas para penerus generasi Islam dalam memperlihatkan keislaman mereka di dalam kehidupan. Oleh karena itu, tak heran jika ada kurikulum spesifik mengenai aqidah akhlak nan wajib dipelajari oleh umat Islam.
Sementara itu, istilah aqidah sendiri sebenarnya merupakan bentuk jamak dari kata aqaid nan bermakna sesuatu nan wajib diyakini di dalam hati sehingga tak ada keraguan apa pun saat seorang muslim melakukan suatu kebenaran.
Dengan kata lain, aqidah merupakan suatu keyakinan nan membawa umat Islam pada pandangan mengenai kebenaran dalam menjalani kehidupan ini. Sama halnya dengan keimanan nan wajib diyakini, diucapkan, serta direalisasikan dalam satu tindakan nyata.
Jadi, sebelum melakukan sesuatu atau konduite tertentu, diperlukan keyakinan bahwa apa nan hendak dilakukan merupakan hal nan benar. Itulah sebabnya kata akhlak selalu disandingkan dengan kata aqidah sebab tanpa keyakinan, seseorang tak akan dapat melakukan sesuatu nan benar.
Sementara itu, akhlak sendiri merupakan bentuk jamak dari kata khulaq nan bermakna tingkah laku, budi pekerti, atau perangai. Jadi, segala tindakan nan dilakukan oleh manusia merupakan sebuah akhlak nan dapat dinilai baik atau buruknya.
Dalam beberapa situasi, ada nan disebut dengan akhlakul karimah dan akhlakul mazmumah, yakni akhlak atau konduite nan baik dan akhlak atau konduite nan buruk.
Kesempurnaan akhlak seseorang tak dapat dinilai secara fisik. Itulah sebabnya, ada pula pembelajaran akhlak nan dapat didapatkan melalui tingkah laku seorang pelacur nan akan dibahas berikut ini.
Antara Kopi Luwak dan Pelacur
Sebagai pemakan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, dan bunga-bungaan, luwak ( viverridae ) merupakan binatang nan pandai memilih makanan. Ia selalu makan biji kopi nan baik dan matang. Biji kopi itu lalu mengalami proses fermentasi dalam pencernaannya. Itulah nan membuat rasa kopi ini berbeda.
Aromanya lebih harum serta ada rasa getir dan pahit asam nan lebih khas dan spesial. Jadi, kopi luwak nan terkenal nikmat dan mahal tersebut sebenarnya berasal dari tumpukan kotoran.
Kotoran, secara kasat mata memang kotor dan menjijikkan. Namun, dalam kehidupan nyata, tidak semua nan terlihat kotor dan menjijikkan itu memang begitu adanya. Pelacur misalnya.
Sebagian besar orang mungkin akan merasa benci terhadap perilaki pelacur sebab kekejiannya dalam berzina. Namun, ada hal lain nan dapat kita ambil dari konduite pelacur tersebut, yakni tak adanya kemunafikan dari mereka mengenai apa nan dilakukan.
Kebanyak orang mungkin akan senantiasa menutupi kekurangan mereka agar disegani banyak orang. Namun, para pelacur memilih buat tak menjadi orang munafik sehingga kebanyakn orang nyinyir terhadap mereka.
Belajar Ar-Roja' dari Pelacur
Pelacur, bak pedang bermata dua: dicinta dan dicerca. Mendengar namanya saja bagi sebagian orang sudah membuat jijik dan muak, namun untuk sebagian lagi mereka ialah teman sesaat sebagai penghibur hati nan duka. Walau dengan segala upaya telah dilakukan buat memberangusnya, namun profesi tertua di bumi ini masih tetap saja ada.
Pelacur ialah contoh gamblang para pendosa, simbol neraka nan kerap diucapkan oleh para ulama, sosok nan keberadaannya mengundang kecaman warga. Pendek kata ia ialah musuh primer masyarakat beragama.
Tapi, apakah memang sebegitu mulianyakah kita sehingga merasa berhak merendahkan mereka? Seakan kitalah pemilik surga nan dapat memasukkan penzina itu ke neraka. Kalau anda berpendapat demikian, maka aku akan mengajak Anda melihatnya dari sisi nan berbeda. Perjalanan hayati terkadang memang aneh, justru dari pelacur hina itulah aku mendapat pelajaran berharga tentang arti sebuah asa.
Pada suatu kesempatan wawancara, seorang pelacur ditanya, "Apakah mbak tak ingin meninggalkan kehidupan seperti ini dengan hayati normal dan membina sebuah keluarga?" pelacur tersebut menjawab "Justru sebab aku ingin punya suami, maka setiap melayani tamu aku berdoa kepada Gusti Allah agar tamu tersebut bahagia kepada aku dan kelak menjadi suami saya!"
Jawaban nan luar biasa. Bayangkan, dalam keadaan berzina saja ia berdoa! Asa, asa atau Roja' (dalam terminologi Islam) bukan hanya sekadar kata nan diucapkan, namun oleh pelacur tersebut Roja' sudah menjadi bagian dari hidupnya sendiri.
Pelajaran Berharga
Senantiasa berharap kepada Gusti Allah, ialah pelajaran berharga nan dapat didapatkan dari pelacur tersebut. Terkadang kita nan merasa higienis malah dengan mudah menyalahkan Allah atas apa nan terjadi dan berhenti berharap kepada-Nya.
Akan tetapi, bukan berarti kita harus menjadi pelacur terlebih dahulu buat dapat melakukan atau memiliki akhlak nan baik. Ketentuan mutlak memang berada di tangan Allah.
Kita tak dapat menghakimi seseorang hanya sebab telah melakukan perbuatan keji nan dilarang oleh Allah. Namun, kita juga tak dapat mengikuti sepenuhnya apa nan dilakuaknoleh pelacur tersebut sebab pada hakikatnya, konduite nan baik ialah konduite nan memang sudah diajarkan oleh Al quran dan hadits Rasulullah.
Jadikanlah kisah pelacur di atas sebagai makalah agama Isalam tentang akhlak kita nan sebenarnya kepada Allah Swt. sebab agama Islam ialah agama kesadaran bukan doktrin wafat nan memenjarakan, oleh karenanya dari manapun sumbernya selama ada hikmah nan terkandung di dalamnya, ambilah sebagai sebuah pelajaran nan berharga.