Belajar dari Qorun
Kisah Qorun tak banyak nan mengetahui. Padahal, kita sering mendengar istilah harta karun. Yakni harta nan ditemukan berada di dalam tanah. Padahal, seringkali diketahui asal usul benda nan ditemukan tersebut. Baik berasal dari kapal nan tenggelam, maupun peninggalan kerajaan jaman dahulu. Namun semua disebut sebagai harta karun.
Penyebutan ini dapat dikatakan sedikit salah kaprah. Karena orang menjadi beranggapan bahwa semua benda berharga nan ditemukan di dalam tanah harus disebut sebagai harta karun. Meski orang-orang tersebut belum mengetahui, bahwa asal usul penyebutan tersebut berasal dari kisah Qorun.
Sejarah Qorun
Lantas siapa sebenarnya Qorun tersebut? Dan mengapa semua orang beranggapan bahwa harta atau benda berharga nan terbenam di dalam tanah ialah harta karun/ Qorun? Tentu ada latar belakang dari semua itu.
Qorun ialah seorang nan hayati di jaman nabi Musa. Bahkan, Qorun sebenarnya masih memiliki pertalian darah dengan Musa. Sebab, dia ialah anak dari paman Musa nan pernah menjadi pengikut setia Musa.
Masa kecil Qorun dilalui dengan hayati sengsara dan serba kekurangan. Namun ketika dewasa, Allah menganugerahi Qorun dengan harta kekayaan nan berlimpah ruah. Inilah nan menyebabkan Qorun menjadi arogan dan lupa daratan. Dia menjadi jemawa dan enggan membantu orang lain nan sedang kesusahan.
Keangkuhannya bertambah, saat ada sebagian orang nan gila harta memuja-muja Qorun sedemikian rupa. Inilah nan menyebabkan Qorun menjadi besar kepala, serta lupa kepada Allah. Dia menganggap bahwa kekayaan nan diperolehnya berkat kerja keras dan kepandaiannya semata.
Kesombongan Membawa Bencana
Musa sebagai saudaranya mendengar kecongkakan dan keangkuhan Qorun, lalu mengingatkan buat kembali ke jalan Allah. Namun peringatan Musa tersebut, sama sekali tak diindahkan oleh Qorun. Mata hatinya sudah ditutup oleh gelimang harta dan melupakan Dzat nan seharusnya disembah.
Akhirnya, Musa berdo’a kepada Allah dan memohon agar Qorun diberikan adzab. Hal ini agar menjauhkan kesesatan nan makin bertambah pada Qorun dan seluruh pengikutnya. Do’a nabi Musa ialah agar Qorun beserta seluruh hartanya dibenamkan ke dalam tanah.
Do’a ini lantas dikabulkan oleh Allah. Dan dengan kuasaNya, Qorun si penggila harta kemudian dibenamkan ke dalam tanah berikut semua mal miliknya. Dampak kejadian ini, seluruh pengikut Qorun pun merasa kecewa dan kehilangan pegangan. Sebagian dari mereka akhirnya memilih buat kembali ke jalan Allah nan dikabarkan oleh Musa.
Demikianlah kisah Qorun, nan pada kemudian hari namanya menjadi ikon buat semua harta nan ditemukan terbenam di dalam tanah. Dan kisah ini pun menjadi pengingat bagi kita semua agar tak terlalu menggilai dan mencintai harta secara berlebihan. Terutama jika sampai berakibat lupa pada kekuasaan Allah.
Belajar dari Qorun
Dari kisah qorun nan dipaparkan menjadi pelajaran berharga bagi kita, bahwa harta nan diberikan oleh Allah Swt. dapat menjadi kegunaan bagi kita dan dapat menjadi mudharat. Manfaat harta adalah, mau berbagi kepada orang lain. Mau menyayangi saudara-saudara dengan menggunakan harta nan dimiliki.
Namun mudharat harta juga banyak. Salah satunya, dapat menjadikan kita jauh dari Allah Swt. Belajarlah dari Qorun. Ia lupa kepada Allah Swt. Ia dengan gampangnya menyatakan bahwa harta nan didapatnya ialah hasil dari usahanya. Ia lupa bahwa nan memberikannya usaha ialah Allah Swt.
Karena itu, seharusnya kita menjadi orang nan senantiasa memanfaatkan harta dengan baik. Mampu menjadikan harta sebagai bekal di akhirat nanti. Jangan sampai harta nan dimiliki diambil kembali oleh Allah Swt.
Lihatlah Qorun, hartanya diambil kembali oleh Allah Swt. Cukup mudah bagi-Nya. Dengan membenamkannya ke dalam bumi, maka Qorun tidak dapat berbuat banyak. Hartanya nan banyak tersebut pun tidak bisa menolongnya.
Sekiranya saja, mau menuruti apa nan diajak oleh Nabi Musa as. maka ia tidak akan ditenggelamkan Allah. Begitulah kehidupan manusia. Awalnya tidak memiliki apa-apa, begitu diberi oleh Allah Swt. suka lupa kepada-Nya. Akhirnya, diambil kembali oleh Allah Swt.
Manusia tidak memiliki apa-apa. Harta nan dimiliki hanyalah titipan dari Allah Swt. titipan nan semestinya dijaga dengan baik. Jika kenderaan dijaga dengan memperhatikannya dengan baik. Maka harta dijaga dengan memberikan kepada orang nan membutuhkan pertolongan. Jangan pernah menguasai sendiri harta nan dimiliki.
Maka tidak salah, bila seorang pakar hikmah mengatakan, bahwa tanda orang nan tak mau bersyukur kepada Allah adalah, ketika bertambah hartanya bertambah pelitnya. Artinya, jangan menjadi pribadi nan tidak mau berbagi. Jadilah pribadi nan senantiasa memperhatikan orang lain nan kondisinya di bawah kita. Orang-orang nan memang membutuhkan pertolongan kita.
Bisa jadi harta nan dimiliki banyak, tapi bukan buat kita. Harta itu hanya dijadikan Allah sebagai jalan buat membantu orang lain. Terkadang, kita lupa bahwa Allah memberi harta lebih tersebut agar kita dapat berbagi dengan lain. Sikap seperti inilah nan tidak ada pada Qorun. Ia merasa, kalau mau memiliki harta harus bekerja keras seperti dirinya.
Padahal, orang nan memohon bantuannya atau nan layak dibantunya ialah orang nan sudah bekerja keras, namun tidak berhasil. Di sinilah nan layak menjadi pelajaran bagi kita. Membantu orang lain nan sudah bekerja keras ialah keharusan. Demikian halnya dengan orang nan sudah tak mungkin lagi bisa bekerja keras.
Lagi-lagi kita belajar dari Qorun. Bahwa Allah tidak pernah lupa memantau apa nan dikerjakan manusia. Biasanya, Allah Swt. sebelum mengambil harta selalu mengirimkan orang lain buat menasehati. Bila nasehat nan diberikan tidak memberi manfaat, maka Allah mengambilnya. Meski prosesnya dari permohonan nabi Musa. Namun, tanpa diminta pun Allah akan memberikan ganjaran kepada Qorun.
Hati-Hatilah Dengan Doa Orang nan Terzholimi
Di sini, nan dijadikan pelajaran bukanlah Qorun, tetapi Nabi Musa. Ia mendoakan kepada Allah agar memberikan sanksi kepada Qorun. Tentu saja, doa Nabi Musa tersebut disebabkan ingkarnya Qorun dengan ajakannya. Keingkaran inilah nan menyebabkannya terbenam di tanah bersama harta-hartanya.
Selain itu, menjadi pelajaran juga bagi kita. Bahwa doa orang nan dicintai Allah sangat cepat dikabulkannya. Lihatlah Nabi Musa. Ia ialah hamba nan paling dicintai-Nya. Tanpa menunggu lama ketika Nabi Musa memohon kepada Allah, dengan segera Qorun merasakan azab Allah.
Artinya, janganlah kita berbuat zhalim kepada orang nan dicintai Allah. Jika sampai terjadi, lalu ia berdoa kepada Allah maka akan segera hadir musibah nan menimpa. Maka senantiasalah berbuat baik. Karena Allah sangat tak menyukai orang nan berbuat zhalim.
Jangan sampai Allah mendatangkan azab. Jika itu terjadi, tidak dapat diundur sedikitpun. Tak dapat direvisi apa nan sudah ditentukan Allah. Jika musibah sudah datang, tidak dapat lagi menjauh. Karena itu, senantiasalah berbuat kepada sesama orang. Lihatlah Qorun nan tidak pernah mau berbuat baik kepada sesamanya.
Bencana: Antara Menjadi Baik atau Malah Makin Berpaling
Dari kisah Qorun ini, kita belajar bahwa ketika Allah datangkan azab kepada Qorun, tetap saja tak semua mau beriman kepada Allah. Ada juga nan tetap ingkar kepada-Nya. Padahal, sudah disaksikannya dengan mata kepalanya bahwa orang nan ingkar kepada Allah dengan mudah dibenamkan-Nya ke dalam tanah.
Namun, tetap saja tak mau beriman kepada Allah. Ini artinya, bahwa masalah keimanan seseorang ialah urusan Allah. Sudah pun disaksikannya bala dengan mata kepalanya, namun jika tak dikehendaki Allah maka tidak akan beriman ia kepada Allah.
Maka dari itu, tugas kita hanya seperti apa nan dilakukan Nabi Musa. Kita hanya mengingatkan seseorang buat taat kepada Allah Swt. Jika tak mau taat, maka azab Allah akan segera hadir.
Cukuplah kisah Qorun menjadi pelajaran bagi kita. Pelajaran buat tak arogan dengan harta dan kemampuan nan dimiliki. Jadilah pribadi nan dermawan.