Warisan Orangtua
Keluarga Pengusaha
Jusuf Kalla bukanlah satu-satunya orang nan hayati dalam lingkungan pengusaha lalu menjadi pengusaha dan malah lebih melebarkan sayapnya. Sekarang malah lebih banyak lagi anak-anak muda usia dibawah 30 tahun telah menjadi kaya raya. Seperti juga Jusuf Kalla, mereka telah belajar berbisnis sejak kecil dan pada usia belasan tahun telah mulai melakukan bisnis sendiri. Jadi, ketika usia mereka menginjak 20 tahunan, mereka telah mapan dan tahu bidang bisnis nan diinginkannya dan terus mengembangkan bidang tersebut.
Tidak salah kalau sebelum 30 tahun, mereka telah menjadi begitu hebat. Kisah nan dituturkan oleh salah satu Kapolda daerah Kalimantan nan rumah mewahnya sempat menjadi sorotan ketika ada bom berdaya ledak rendah meledak di dekat rumah bertingkat dua nan terlihat cukup mewah itu. Takut disalahartikan oleh masyarakat sebagai harta korupsi, sang Kapolda langsung memberikan keterangan bahwa rumah itu milik istrinya.
Ayah sang istri, AA. Baramuli nan terkenal sebagai salah satu orang nan terpandang di negeri ini ternyata telah mempersiapkan anaknya menjadi seorang pengusaha sejak kecil. Ketika usia 15 tahun, sang anak telah mulai merintis usaha sendiri hingga ia mempunyai usaha di beberapa provinsi. Tidak heran kalau ia menjadi sangat kaya pada usia matangnya. Pernikahannya dengan seorang petinggi polisi tak menghalanginya buat terus menjadi pengusaha sebab pekerjaan itu telah dijalankannya sejak lama.
Kisah Inspiratif
Kisah seperti ini tentunya akan menggugah banyak orangtua buat memberikan pelajaran bagaimana menjalankan bisnis dengan baik. Talenta itu dapat diasah dan ditemukan. Selanjutnya, ialah usaha dengan disiplin tinggi dan kerja keras. Talenta nan tak diikuti dengan kerja keras, akan menjadi percuma. Anak-anak nan telah berusaha sejak kecil ini tak takut gagal sebab ia merasa masih muda dan masih panjang waktu buat belajar.
Itulah mengapa mereka tampak militan dan hantam semuanya dengan estimasi dan prediksi bersadarkan hitungan nan telah dipertimbangkan dengan baik. Pelajaran dan bimbingan orangtua membuat anak-anak ini tahu apa nan harus ia perbuat. Ia tak akan bingung lagi harus bagaimana setelah tamat sekolah. Ia bahkan dapat menentukan apakah ia akan terus kuliah atau berhenti kuliah. Tidak sporadis mereka malah berhenti kuliah. Lihatlah Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan lain-lain. Mereka tahu apa nan diinginkannya.
Semua pilihan itu ada di tangan. Tinggal bagaimana memilih nan dibutuhkan dan membuang sementara nan tak dibutuhkan. Ketika hal nan telah disingkirkan tadi akan dibutuhkan, maka tinggal ambil dan manfaatkan sebesar-besarnya demi mendapatkan laba nan semaksimal mungkin. Asal tak lupa bagaimana bersyukur dan terus berniat memberikan kemaslahatan sebanyak-banyaknya kepada manusia nan lain, anak-anak nan telah kaya ini tak akan lupa dengan bumi nan ia pijak.
Mereka tumbuh menjadi pengusaha nan peduli dengan sesama dan tak asal membuang orang nan pernah dipekerjakannya. Mereka akan tahu bahwa sebenarnya bisnis ini terkadang kejam sehingga timbul pembunuhan dampak bisnis. Namun, dengan banyak sahabat dan niat berbisnis nan benar, kekejaman dalam bisnis itu tak akan ditemui. Jusuf Kalla dan keluarganya nan juga terjun ke global politik, sangat sadar dengan kekejaman dalam global bisnis.
Namun, keberaniannya membuatnya terus melangkah. Ia tahu apa nan ia perbuat dan ia pun tahu apa nan menjadi tujuannya. Itulah mengapa Jusuf Kalla selalu terlihat optimis dan tak takut dengan apapun. Ia tahu senjata apa nan harus dipakai dalam menghadapi versus nan seperti apa.
Menumbuhkan Jiwa Kewirausahawanan
Jumlah pengusaha di Indonesia masih jauh di bawah 2% dari jumlah total penduduk. Angka ini sangat memprihatinkan. Bandingkan dengan Singapura nan lebih dari 20% penduduknya ialah pengusaha. Atau, Amerika Serikat, nan setiap harinya selalu muncul pengusaha-pengusaha baru.
Namun, Indonesia boleh berbangga sebab banyak juga pengusaha berhasil nan mampu bersaing dengan pengusaha-pengusaha manca negara. Salah satu pengusaha berhasil tersebut ialah Jusuf Kalla, mantan wakil presiden Republik Indonesia, bersama dengan keluarga besarnya. Inilah salah satu contoh keluarga pengusaha nan sukses menerapkan pendidikan nan baik dalam keluarganya. Banyak nan ingin tahu bagaimana pendidikan dijalankan dalam salah satu keluarga terpandang ini.
Warisan Orangtua
Jusuf Kalla dan keluarganya sejak lama berkecimpung di global bisnis. Diawali oleh Haji Kalla, orangtua Jusuf Kalla. Bisnis mereka bermarkas di Makasar. Pada 1964, ia memulai bisnis jual beli kain sarung nan dipasarkan di Sulawesi dan wilayah timur Indonesia.
Usahanya berkembang sampai ke jual beli hewan ternak. Namun, perkembangan usaha saat itu sangat terpengaruh oleh gejolak politik Indonesia nan tak stabil. Ketika terjadi krisis, sempat ada pemikiran dari Haji Kalla buat menutup usahanya, sebab terancam bangkrut.
Akan tetapi, niat tersebut mendapatkan tentangan dari anak-anaknya, terutama Jusuf Kalla. Inilah awal mula berkembangnya CV. Haji Kalla menjadi grup usaha nan besar. Dalam tempo beberapa tahun saja, jusuf Kalla dan adik-adiknya sukses membangun Kalla Grup menjadi kelompok usaha besar.
Mereka tak hanya bergerak di bidang perdagangan lokal dan domestik, tetapi juga ekspor impor, otomotif, kontruksi, properti dan perhotelan, sampai usaha bidang perikanan, kelapa sawit, dan telekomunikasi. Hampir semua anggota keluarga Kalla, berkecimpung dalam usaha-usaha tersebut.
Tangan Dingin
Jusuf Kalla dikenal sebagai pengusaha bertangan dingin. Bagaimana tidak, ketika mulai aktif di perusahaan ayahnya, bisnis tersebut terancam karam. Namun, lulusan fakultas ekonomi Universitas Hasanuddin itu, mampu menyelamatkan bisnis orangtuanya, bahkan mengembangkannya. Ketika sang ayah tidak lagi banyak mengurusi usahanya, Jusuf Kalla-lah nan menjadi nakhoda.
Salah satu kehebatan Kalla tak lain dan tak bukan ialah dalam hal jaringan nan luas dengan kemampuan lobi dan negosiasi nan ulung. Dia memang pengusaha, tetapi sangat aktif berorganisasi sehingga pergaulannya melintas batas berbagai kepentingan. Kemampuan lobi dan negosiasinya tersebut sudah terlihat sejak kuliah. Kalla termasuk sebagai aktivis kampus dengan jabatan Ketua Dewan Mahasiswa.
Politik Dukung Bisnis
Dibandingkan pengusaha-pengusaha lokal lainnya, Kalla boleh disebut sebagai pengusaha nan sangat aktif berpolitik. Hebatnya, kegiatan politik tersebut tak mengganggu bisnisnya.
Justru sebaliknya, seluruh kegiatan politik Kalla, mendukung aktivitas bisnisnya. Sejak Kalla aktif dalam berbagai kegiatan politik, grup usahanya semakin membesar dan bahkan menjadi konglomerasi di berbagai bidang. Keuletan dalam berdagang bersinergi secara hebat dengan kemampuan lobi politiknya. Ia sempat menjadi Kepala Dolog Sulawesi Selatan, menjadi anggota MPR utusan golongan berkali-kali, aktif di berbagai organisasi politik dan bisnis, serta jabatan lainnya.
Puncaknya, ketika Kalla sukses menduduki kursi wakil presiden pada 2004 silam, diawali oleh ajakan Abdurrahman Wahid menjadi menteri perdagangan dan industri. Selain itu, Kalla juga menjabat sebagai Ketua Generik Partai Golkar.
Bukaka Grup
Kehebatan keluarga besar Jusuf Kalla dalam berbisnis dan berpolitik, terlihat dari eksinya grup usaha Bukaka. Selain Kalla Grup, Bukaka Grup menjadi penanda kesuksesan keluarga ini. Bukaka sengaja dibangun buat eksistensi mereka di Jakarta, sedangkan Kalla Grup sudah kadung identik dengan Sulawesi Selatan dan Indonesia Timur. Bukaka bergerak di berbagai bidang, terutama industri berteknologi tinggi seperti telekomunikasi.
Perusahaan ini menjadi relasi perusahaan seperti Telkom, Indosat, Telkomsel, dan lain-lain sebagai kontraktor pembangunan menara BTS. Selain itu, nama Bukaka semakin menjulang saat sukses menjadi salah satu produsen Garbarata (akses penyambung dari bandara ke pesawat terbang di bandar udara [belalai gajah]).
Garbarata berhasil bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga mampu bersaing di luar negeri. Terakhir, Bukaka Grup nan sudah go public ini, menjalin kolaborasi dengan perusahaan terkemuka Singapura, Singtel, membangun jaringan telekomunikasi di kawasan Indonesia Timur. Bukaka dan Kalla Grup kian menunjukkan kiprah hebat Jusuf Kalla dan keluarganya dalam berbisnis.