1. Komunikasi

1. Komunikasi

Pada dasarnya, tak ada manusia nan diciptakan tanpa masalah. Masalah nan terjadi ialah ujian kehidupan bagi setiap manusia. Oleh karena itu, sangatlah aneh jika seseorang justru menghindari masalah dengan cara-cara nan tak sinkron dengan norma-norma kehidupan apalagi agama. Oleh karenanya, setiap manusia hendaknya sadar akan kekurangannya dan mempersiapkan diri buat membuat manajemen konflik .



Definisi Manajemen Konflik

Manajemen konflik ialah sebuah usaha buat mengatur masalah maupun konflik nan terjadi pada setiap individu ataupun kelompok. Manajemen konflik juga bisa diartikan sebagai sebuah usaha buat menghadapi perselisihan dengan cara nan efektif dan seimbang (businessdictionary.com). Pada intinya, manajemen konflik ialah cara seseorang mengatur masalahnya agar tetap terkontrol dan tak membuat lubang masalah nan lebih besar.



Cara Merealisasikan Manajemen Konflik

Melakukan manajemen konflik memang tak semudah membalikkan telapak tangan, sebab tabiat setiap manusia berbeda-beda, ada nan lembut dan ada nan keras; ada penyabar dan ada pemarah; dan berbagai macam bentuk tabiat manusia lainnya. Namun, bukan berarti membuat manajemen konflik menjadi mustahil. Justru dari masalah-masalah nan ada seharusnya bisa terlahir banyak ide cemerlang buat menyelesaikannya, tak terkecuali dalam masalah hati.

Berikut ialah beberapa poin krusial nan harus dilakukan dalam manajemen konflik.



1. Komunikasi

Poin pertama nan sering dilupakan ketika seseorang dirundung masalah ialah komunikasi. Kurangnya komunikasi dengan pasangan hidup, teman, atau kekasih justru bisa membuat masalah semakin rumit. Biasanya, orang-orang nan tengah dirundung masalah cenderung menyendiri di dalam kamar atau di tempat-tempat lainnya, padahal hal itu tak akan menyelesaikan masalah. Bukan berarti tak boleh menyendiri, namun kita hendaknya memahami bahwa terlalu lama menyendiri justru akan menjadi masalah baru bagi diri kita sendiri.

Ada sebuah kisah konkret tentang seorang istri nan mengalami kekurangan uang buat membeli kebutuhan rumah tangga. Karena takut berbicara dengan suami, akhirnya ia memutuskan pergi ke rentenir buat meminjam uang. Ketika masa jatuh tempo pembayaran tiba, sebab tak bisa membayar, ia lalu meminjam lagi kepada rentenir lainnya guna menutupi utang kepada rentenir pertama. Kejadian itu terus berulang hingga akhirnya sang suami baru mengetahui setelah jumlah tagihan itu membengkak. Kisah ini merupakan salah satu contoh ketika seseorang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi buat membuat manajemen konflik sehingga akhirnya berujung pada konflik nan lain.



2. Membuat Perencanaan

Tidak ada manusia nan paripurna dan tak ada manusia nan bisa menebak nasib dirinya sendiri bahkan dukun sekalipun. Kita tak tahu apa nan akan terjadi pada esok hari dan kita tak tahu masalah apa nan akan menimpa kita pada waktu nan akan datang. Poin kedua ini ialah salah satu poin krusial dalam manajemen konflik sebagai antisipasi terjadinya masalah. Tidak ada salahnya seseorang membekali diri buat menghadapi segala hal nan akan terjadi meskipun pada kenyataannya belum terjadi. Ketika saat itu tiba, ia sudah siap buat menghadapinya.

Ketika seseorang memiliki prinsip let it flow, ia harus bertanya pada dirinya sendiri mengapa memiliki prinsip tersebut. Sebab, sikap seperti itu dikhawatirkan akan menjadikannya sebagai orang nan manja, nan hanya ingin bahagia tanpa ingin melalui rintangan kehidupan. Akhirnya, orang-orang seperti ini akan lebih memilih jalan keluar nan merugikan diri sendiri dan terkesan tak sabar dalam menghadapi sekelumit konflik di dalam hidup.



3. Sabar

Bersabar memang bukan perkara mudah. Namun, ternyata sabar ialah salah satu komponen krusial nan menentukan keberhasilan menghadapi suatu konflik di dalam kehidupan. Jangan pernah melupakan komponen sabar di dalam sebuah perselisihan. Sebab, dengan kesabaran seseorang akan bisa berpikir lebih jernih dibandingkan dengan orang nan lebih mengedepankan emosinya buat menyelesaikan suatu masalah.



4. Pengertian

Poin keempat ini cocok digunakan dalam konflik nan bersifat kolektif atau konflik bersama, seperti di dalam keluarga, di lingkungan organisasi, dan di berbagai serikat lainnya. Hal ini krusial mengingat bahwa manusia tak ada nan diciptakan sama persis. Semua diciptakan bhineka agar kita bisa saling mengenal satu sama lain.

Di dalam sebuah konflik nan bersifat kolektif, niscaya akan ditemukan disparitas pandangan dari setiap kelompok atau orang. Disparitas pandangan inilah nan harus kita sikapi dengan bijaksana. Seringkali disparitas pandangan di dalam sebuah organisasi atau serikat justru menjadi akar perpecahan serikat itu sendiri nan bisa berujung pada permusuhan abadi. Di sinilah sikap buat saling pengertian dibutuhkan, agar tetap bisa manunggal meskipun berbeda-beda.



Dampak Menyepelekan Manajemen Konflik

Manajemen konflikada bukan sebagai teori belaka, melainkan sebagai realisasi dari peribahasa "sedia payung sebelum hujan". Masalah atau konflik niscaya akan datang cepat atau lambat. Untuk itu, kita dituntut tanggap terhadap masalah nan akan terjadi di hari esok. Jika tidak, akan banyak akibat negatif nan akan menimpa diri kita. Akibat dari mengabaikan manajemen konflik di antaranya ialah sebagai berikut.
1. Terjadi perpecahan dan permusuhan antarkelompok.
2. Dianggap sebagai orang nan mementingkan dirinya sendiri atau egois.
3. Menjadi orang nan "manja" dalam menghadapi setiap masalah.
4. Mendapatkan masalah nan berlipat ganda dan tak berujung.
5. Dibenci oleh masyarakat sekitar dan juga Sang Pencipta sebab melakukan hal-hal nan tak sewajarnya dilakukan.
6. Sulit meraih kebahagiaan.

Jangan pernah menganggap kecil sesuatu nan sebenarnya besar. Kita tak tahu kapan akan datang masalah dalam hidup. Oleh karena itu, persiapkan diri buat menjalani ujian hayati dengan benar. Kita dapat memilih cara nan mulia agar bisa hayati mulia, baik di global maupun di akhirat.



Tujuan Manajemen Konflik

Jika konflik itu ada, tujuannya ialah buat mendewasakan pribadi manusia dan manajemen konflik ialah alat nan bisa membantu proses pendewasaan diri tersebut. Apa nan kita lakukan jika akan membuka kaleng sarden? Kita akan mencari alat buat membuka kaleng tersebut. Apa nan kita lakukan jika akan bepergian jauh? Kita akan mencari alat transportasi buat mencapai tujuan. Sekecil apa pun masalahnya, niscaya kita akan membutuhkan solusi buat menyelesaikannya. Itulah tujuan dari manajemen konflik di dalam kehidupan manusia, sebagai alat atau wahana buat menyelesaikan masalah nan ada, sebagaimana kita mencari pisau buat membuka kaleng sarden.

Dalam sebuah situs dijelaskan beberapa tujuan manajemen konflik, di antaranya ialah sebagai berikut.
1. Mengenali aspek-aspek nan relevan buat masalah kesehatan dan keamanan.
2. Bisa menaksir atau memperkirakan risiko nan akan terjadi.
3. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi verbal maupun nonverbal.
4. Meningkatkan kewaspadaan terhadap masalah nan akan datang.
5. Bisa menghindari konflik nan besar, karena sudah bisa mengidentifikasi tanda-tanda akan terjadinya sebuah masalah.
6. Memahami penyebab suatu konflik terjadi.
7. Bisa memberikan kompendium serta konklusi setelah melalui sebuah konflik atau masalah. (Disadur dari www.actuatelearning.com).