3. Financial Performance
Dapat dikatakan bahwa usaha nan tak mengenal waktu ialah bisnis makanan. Persaingan dalam bidang usaha ini luar biasa ketat, baik di taraf pengecer, usaha menengah maupun usaha skala besar. Apakah Anda mengetahui tentang bisnis plan makanan ? Bisnis plan makanan bisa menjadi salah satu cara Anda buat meningkatkan bisnis.
Sekali pun buat usaha kecil (pengecer misalnya) bisnis plan makanan ini tetap diperlukan. Sesederhana apapun bisnis plan itu, tentu telah disepakati bahwa perencanaan nan baik merupakan salah satu kunci sukses. Hal nan sama berlaku pula jika Anda akan mulai usaha makanan , apapun jenis dan skala usahanya.
Hal-hal krusial apa saja nan perlu diperhatikan, ketika kita membuat sebuah usaha? Bisnis plan merupakan patokan atau pedoman ketika Anda akan memulai usaha. Tiga hal krusial berikut ini merupakan acum ketika Anda akan menyusun sebuah planning bisnis.
1. Marketing Plan
a. Sosialisasi Sektor Usaha
Langkah pertama pada saat akan memulai sebuah usaha ialah mengenal sektor usaha makanan tersebut secara baik. Apa nan telah ada, bagaimana daya serap pasarnya, kemudian mencari jenis usaha makanan apa nan akan digarap. Semakin berkembang usaha makanan, maka semakin terbuka lebar buat menawarkan produk baru.
Pengenalan usaha makanan nan telah ada, harus dilakukan secara intensif agar benar-benar mendapatkan masukan, baik itu tentang ceruk pasar nan ada maupun para pesaing.
Selain memikirkan usaha makanan nan telah ada dan bagaimana kompetitornya, dalam bisnis plan juga harus dicari kemungkinan persaingan.
Jika kita melakukan satu jenis usaha makanan tertentu, tentu saja bisnis makanan sebenarnya mudah ditiru sehingga bila tak memiliki perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang, dapat saja akan disalip pendatang lain nan menjadi pesaing kita.
Beberapa hal nan harus diperhatikan, antara lain (a) munculnya competitor baru, (b) lokasi usaha nan lebih baik, (c) tak memiliki penemuan baru dibanding dengan competitor , (d) tak melakukan promosi apapun sehingga sosialisasi produk lambat, (e) cara penyajian nan tak menarik, (f) pelayanan, dan (g) variasi makanan.
b. Analisis Potensi Pasar
Hal kedua nan harus diperhatikan dalam planning pemasaran ini ialah tentang analisis potensi pasar . Sejak awal harus sudah dipastikan dengan jelas, produk kita itu akan dijual ke segmen pasar mana, baik dari sisi usia maupun dari sosial ekonomi. Masing-masing rentang usia dan sosial ekonomi, akan sangat mempengaruhi pada produk itu sendiri.
Ketidakjelasan segmen pasar ini, dapat jadi akan kehilangan potensi pasar nan sesungguhnya. Kegagalan mencapai sasaran pemasukan, lebih banyak disebabkan oleh ketidakjelasan dalam memetakan segmen pasar ini.
c. Planning Pemasaran
Setelah memetakan segmen pasar secara tepat dan akurat, langkah selanjutnya dalam membuat bisnis plan ialah planning pemasaran . Tentu saja pemilihan lokasi dan cara berjualan pun akan sangat bergantung pada segmen pasar nan dipilih. Demikian pula cara pengemasan, harus disesuaikan dengan segmen pasar nan dituju.
Kemudian hal nan tak kalah pentingnya dalam planning pemasaran ini ialah menentukan bentuk atau teknik menjual produk makanan nan kita miliki. Apakah dengan menjual secara langsung atau dengan cara titip jual. Masing-masing cara memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.
2. Operational Plan
a. Lokasi Usaha
Seperti telah disinggung sebelumnya, pemilihan lokasi usaha sangat menentukan buat mendekati segmen pasar nan akan dituju. Kekeliruan menentukan lokasi usaha, akan menyebabkan tak tercapainya sasaran pemasukan nan pada akhirnya jika monoton terjadi, akan menyebabkan usaha kita mengalami kerugian.
b. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi sangat terkait dengan masalah modal, analisasi potensi pasar nan ada dan kemampuan tenaga produksi. Jika memang potensi pasarnya besar, kemudian memiliki kapital nan besar, tentu saja dapat menentukan kapasitas produksi nan maksimal.
Perlu diingat bahwa ketika menentukan kapasitas produksi nan tinggi, akan dipengaruhi oleh tenaga produksi dan tenaga pemasaran. Akan menjadi masalah, jika kapasitas besar tetapi tak didukung oleh tenaga pemasaran nan banyak pula. Jangan sampai produksi menumpuk di gudang hanya sebab tak memiliki tenaga pemasaran nan sebanding.
Maka, ketika menentukan kapasitas produksi, aspek-aspek seperti ketersediaan bahan baku, kemampuan memproduksi, kemampuan memasarkan, dan ceruk pasar nan dibidik dan kemampuan kapital harus diperhatikan secara saksama sebab masing-masing aspek saling berkaitan.
c. Proses Produksi
Proses produksi tak semata-mata bagaimana memproduksi makanan nan akan kita jual, melainkan harus memikirkan dan mempersiapkan secara berkesinambungan agar proses produksi tak terhambat.
Hal-hal nan terkait dalam proses produksi nan harus direncanakan secara matang ialah bahan baku, bahan penunjang, peralatan produksi, dan tenaga produksi.
d. Bahan Baku
Ada beberapa cara mendapatkan bahan baku, yaitu menanam sendiri dan membeli dari pihak lain. Jika penyediaan bahan standar dengan cara menanam sendiri, maka harus diperhatikan tentang pola panen nan sinkron dengan kebutuhan produksi.
Jangan sampai tak dapat memproduksi sebab bahan standar tak ada dampak gagal panen. Jadi, ketika Anda menentukan bahwa bahan standar disediakan sendiri atau mengolah sendiri, harus tetap ada alternatif penyedia bahan standar agar jangan sampai terjadi kekosongan bahan baku.
Sementara itu, jika bahan standar didatangkan dari pihak kedua, harus pula ditentukan dan direncanakan secara matang keterlambatan dan ketidakcukupan pasokan. Jika Anda mencari pihak lain, maka akan menyangkut aturan nan berbeda.
Dengan demikian, perlu diadakan kesepakatan terlebih dahulu dengan pihak penyedia bahan standar tentang kemungkinan-kemungkinan resiko nan muncul. Jika tak dapat memenuhi kuota bahan baku, siapakah nan berkewajiban menambah kekurangannya?
Bila ternyata gagal panen, bagaimana mencari jalan keluarnya? Bahkan buat hal-hal nan sederhana, seperti pasokan datang terlambat. Bagaimana prosedur penyelesaian atau mengatasi masalah ini?
e. Manajemen Produksi
Manajemen produksi dimaksudkan sebagai sebuah upaya mengatur agar semua pihak nan terlibat dalam produksi berjalan sebagaimana mestinya.
Jika bisnis plan makanan tersebut cukup besar atau menengah, manajemen produksi ini harus ditangani oleh seorang petugas spesifik sehingga benar-benar transedental dalam produksi akan senantiasa terjaga, dari mulai datangnya bahan standar sampai menghasilkan sebuah produk nan siap buat dipasarkan.
f. Penjadwalan
Semua aspek nan tersangkut dalam planning operasional ini harus dibuat dalam planning nan terjadwal sehingga senantiasa ada tenggang waktu maksimal nan harus dicapai. Kemudian, penjadwalan produksi tersebut dibagi ke dalam beberapa jadwal per lini.
Seorang pemegang kuasa atas manajemen produksi, harus mengontrol semua penjadwalan itu dengan cermat sehingga tak akan terjadi terlambat produksi hanya sebab bagian pengemasan terlambat menyedian bahan baku.
3. Financial Performance
a. Permodalan
Dalam permodalan ini tak saja berapa besarnya, namun dari mana permodalan itu datang. Tentu saja perlakukan sangat berbeda, jika kapital itu berasal dari kekayaan sendiri nan diinvestasikan dengan kapital nan berasal dari pihak lain.
b. Break Event Point
Break Event Point ialah memperkirakan kapan kapital akan kembali.
c. Estimasi Penjualan
Perkiraan penjualan ialah memperhitungkan daya serap pasar terhadap produk.
Semoga dengan membuat bisnis plan makanan ini, bisnis Anda bisa berjalan dengan lancar.