Fitrah Ketuhanan
Kekuasaan Allah Swt
Tidak hanya Maryam nan mendapatkan keajaiban dari Allah Swt. Nabi Adam as pun merupakan suatu kejaiban nan hanya Allah SWt nan tahu. Nabi Adam tak mempunyai ayah dan tak mempunyai ibu. Ia ialah manusia pertama diciptakan. Sedangkan manusia lainnya, melalui proses nan sama, yaitu terjadi mulai dari hasil pembuahan sel sperma dan sel telur. Kalaupun kini ada proses nan berbeda dengan menggunakan teknik kloning, hasilnya tak dapat sama dengan proses nan alami.
Bayi nan dikloning itu akan mengalami berbagai abnormalitas sehingga tak akan bertahan lama. Keabnormalitasan ini menjadi suatu peringatan bahwa kekuasaan dan hak penciptaan itu tetap ada di tangan Tuhan dan manusia tak dapat mencoba menjadi seperti Sang Pencipta. Kalaupun dikatakan secara fisik sangat bagus dan tampak indah, organ dalamnya rusak. Bahkan dalam beberapa kali percobaan, bayi-bayi itu terlihat seperti seekor kodok atau malah seperti dajjal nan mempunyai mata satu di dahi.
Para ilmuwan nan tak mempunyai hati itu ternyata tak menghentikan kegiatannya. Mereka malah terus berpikir bagaimana membuat bayi hebat nan tak mempunyai sifat sedih. Hormon senang akan menjadi salah satu hal nan diteliti. Padahal dalam Al Quran Allah Swt berfirman bahwa manusia itu akan dicoba dengan perasaan cemas dan khawatir. Itu artinya ialah bahwa setiap manusia itu akan mengalami rasa risi dan cemas.
Dengan mengingat Allah Swt, mereka akan merasa tenang. Intinya ialah bahwa rasa cemas dan risi itu akan membuat manusia kembali kepada Sang Pencipta, berlindung, dan berpasrah diri pada-Nya. Kalau manusia hanya ingin mendapatkan kebahagiaan, ia harus dapat mengolah perasaannya dan tetap berpikiran positif. Bahwa Tuhan tak selalu memberinya sinar mentari pagi nan sejuk yang hangat. Pada suatu siang, sinar itu akan terasa panas. Adanya perubahan ini akan membuat manusia semakin dinamis.
Tetapi buat sebagai orang, perubahan dinamika hayati itu mungkin dianggap sebagai sesuatu nan kurang menyenangkan. Oleh sebab itulah mereka mencoba menjadi seperti pengarah adegan bagi hidupnya. Religiusitas dianggap berbeda dengan spiritualitas. Tidak heran kalau banyak nan tak terlalu percaya dengan adanya Tuhan. Mereka hanya menganggap bahwa ada zat nan maha tinggi dan maha hebat nan mampu memberikan segalanya dan menciptakan segala sesuatu melebihi kehebatan ilmu pengetahuan manusia.
Unik dan Misterius
Manusia ialah makhluk nan unik sekaligus misterius. Julukan unik dan misterius itu telah menghantarkan manusia buat terus mencari hakikat manusia dan jawaban teka-teki siapa manusia sejatinya. Disparitas titik pijak atau cara pandang nan berbeda akan menghasilkan konklusi nan berbeda. Namun, bila jawabannya disandarkan pada agama, khususnya Islam, maka pijakna itu jelas, yaitu Al-Quran.
Keyakinan awal nan wajib dikedepankan ialah bahwa Allah pencipta alam semesta berikut seisinya, tidak terkecuali manusia. Itu artinya, ada potensi kefitrahan di setiap ciptaannya. Lebih-lebih dalam diri manusia. Spirit Allah Swt ada pada manusia. Alasannya, di awal proses penciptaan, Allah meniupkan ruh-Nya. Pada saat itu semua ruh itu percaya bahwa Allah Swt ialah Tuhan mereka. Hanya saja ketika mereka terlahir, orangtuanyalah nan menjadikan mereka menganut kepercayaan nan berbeda.
Dengan demikian, ada fitrah ketuhanan dalam diri manusia. Spirit inilah nan patut direnungi dan direfleksikan dalam kehidupan. Hanya dengan cara demikian inovasi kesejatian manusia tak akan terbentur tembok. Paling tidak, teka-teki siapa manusia dapat terjawab, manusia bukan lagi misterius. Berbeda dengan orang-orang nan mengira bahwa manusia ini bahkan berevolusi dan pada awalnya berasal dari homogen kera atau monyet. Padahal manusia itu tetap seperti ini dan tak pernah seperti monyet. Besar dan tinggi saja nan berbeda.
Ruh dan Materi
Konsep Al Qur'an tentang penciptaan manusia dapat dilihat dari beberapa ayat kunci seperti surat Shaad (38) ayat 71-72, Al-hijr (15) ayat 28-29, Al-hajj (22) ayat 5, Al-mu’minuun (23) ayat 13-14, Al-insan (76) ayat 2, dan lain-lain. Selain Al Qur'an, ada juga hadis nabi nan mendukung argumen teoritis Al Qur'an.
Disebutkan dalam surat As-saad ayat 71-72, “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka, apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Ku tiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud kepadanya”.
Masih sepengertian dengan ayat di atas, Allah berfirman: “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam nan diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” . Al-hijr (15) ayat 28-29.
Dalam kesempatan lain dikatakan juga, “hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah.
Kemudian dari segumpal daging nan paripurna kejadiannya dan nan tak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim. Apa nan kami kehendaki sampai waktu nan sudah ditentukan. Kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi.
Kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada nan diwafatkan. Dan (ada pula) di antara kamu nan dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tak mengetahui lagi sesuatu pun nan dahulunya telah diketahuinya. Dan, kamu lihat bumi ini kering. Kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan nan indah." (Al-hajj ayat 5).
Ayat lain nan juga mendukung ayat-ayat di atas ialah “Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam loka nan kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk nan (berbentuk) lain. Maka, Mahasuci-lah Allah, Pencipta nan paling baik” (Almu’minuun ayat 13-14).
Selain itu, ayat lain nan tidak kalah pentingnya ialah surat Al-insan ayat 2. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani nan bercampur ang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), sebab itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat”.
Ayat-ayat di atas kemudian disokong dan diperkuat oleh hadis nabi, “dialah nan sahih dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari.
Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat buat meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan jelek baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim).
Fitrah Ketuhanan
Argumen teoritis dan konseptual seputar awal atau asal mula manusia terletak pada integrasi antara ruh dan materi. Dua konsep kunci itu sejatinya satu paket dan satu kesatuan, yakni ruh dan tanah. Ruh dimaksud ialah ruh Allah. Dengan demikian pada dasarnya manusia memiliki potensi fitrah nan berasal dari Allah. Sedangkan tanah di loka ini memiliki arti simbolik. Artinya, penciptaannya tak seperti membuat patung nan terbuat dari tanah. Tidak mudah memahami semua ini. Tanpa adanya keimanan, hal seperti ini mungkin akan membuat otak memberontak.
Tanah ialah faktor krusial tumbuh kembangnya manusia. Dari tanah, berbagai macam protein atau sari makanan dikonsumsi manusia. Melalui proses metabolisme dalam tubuh, sari-sari makanan itu kemudian menghasilkan hormon, interaksi seksual, kemudian terjadi perjumpaan antara sperma dan ovum. Perjumpaan inilah nan menghasilkan wujud atau bentuk manusia paling sempurna.