Mr. Harapan Khair
Tertarik membuat drama lucu ? Sebelum Anda dan kawan-kawan membuat sebuah drama nan bisa mengguncang perut penonton, sebaiknya perlu disiapkan lebih dahulu naskahnya.
Dua contoh naskah drama lucu berikut mungkin dapat membantu Anda buat menciptkan sebuah pementasan nan menarik. Anda tinggal menyesuaikan dengan kebutuhan Anda dalam mementaskan drama.
Sepasang Merpati Senja
(Panggung menggambarkan sebuah ruang tengah dari rumah dengan desain nan klasik dan antik . Di tengah ruangan terdapat sofa dengan ornamen keemasan. Di sebelah kiri dari sofa tersebut terdapat sebuah meja kecil dengan buah-buahan di tata rapi, juga dua cangkir teh nan masih mengepulkan asap. Selain itu, ada stoples, dan teko loka teh dipanaskan. Di belakang sofa tua tersebut terdapat ventilasi dan pintu dengan ukiran Jepara nan unik).
(Ketika drama lucu dimulai. Nenek duduk sembari menyulam sebuah kain dengan benang-benang sulam berwarna-warni. Tampaknya sang Nenek sesekali menengok ke belakang, seperti sedang menunggu seseorang).
Nenek : (berbicara pada diri sendiri dengan bersungut-sungut) Dasar! Kalau sudah udzur ya sudah, kenapa juga harus dibikin supaya seperti perjaka? Dikiranya masih ada begitu, gadis-gadis nan tertarik? (mengambil cangkir, kemudian menyeruputnya).
Kakek : (Masuk) Bu, menurut Ibu, bagaimana penampilanku jika saya memakai kopiah nan lucu dan imut ini?
Nenek : (Berekspresi kaget dengan nada dibuat-buat) Ya, Tuhan. Mau kemana gerangan lelaki tampan nan masih imut ini? Sudah begini gelap? Mau plesir?
Kakek : Ah, Ibu ini. Aku tak mau kemana-mana kok. Hanya saja ingin membaca koran sembari memakai kopiah. Itu saja.
Nenek : Lho memangnya, sekarang kalau mau membaca koran harus dengan memakai kopiah ya? Baru tahu saya.
Kakek : Ya, biar komplet saja, Bu.
Nenek : Yaaah. Kalau dulu sih, waktu Bapak masih muda. Masih bekerja di kelurahan jadi juru tulis, mungkin kopiah itu dapat membuat Bapak tampak muda, dan tampan. Tapi, sekarang kan sudah berbeda, Pak. Kopiah itu cuma kalau untuk kondangan saja.
Kakek : (Berjalan pelan menuju meja. Celingak-celinguk. Lalu mengambil koran, dan duduk di kursi kecil dekat meja).
Nenek : Bapak, mengapa sih tak duduk membaca koran di sebelah Ibu saja sih, Pak?
Kakek : Aduh, bagaimana ya, Bu. Saya ini malu.
Nenek : Mengapa harus malu, Pak? Bapak ini lucu.
Kakek : Ya, malu, Bu. Saya ini sedang malu.
Nenek : Memangnya Bapak, malu sama siapa sih?
Kakek : Dilihat banya orang itu, Bu! (menunjuk ke penonton) Sudah tua begini, kenapa ya kita ini pacaran terus.
Nenek : (Tersenyum simpul, berdiri, kemudian menghampiri kakek nan sedang duduk di kursi, lalu menyandarkan kepalanya ke bahu kakek).
Mr. Harapan Khair
(Panggung dibuat dengan tema kerajaan di Persia pada masa lalu. Dengan permadani berwarna merah, singgasana nan mencolok, serta perabotan kerajaan lainnya. Tampak di ruangan tersebut ialah seorang raja dengan mahkota berwarna keemasa, juga memakai jubah besar nan unik. Selain itu terdapat beberapa pengawal, dan juga seorang lelaki nan menjadi penasihat kepercayaannya).
Narator : Alkisah, di sebuah kerajaan ada seorang penasihat nan selalu memiliki pikiran positif. Hingga ia kemudian dikenal dengan sebutan Mr. Harapan Khair nan berarti semoga Anda menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hari itu, dikisahkan bahwa sang raja baru saja berburu di dalam hutan. Sayangnya, ia mengalami kecelakaan sehingga jari kelingkingnya putus. Tentu saja sang raja menjadi sangat sedih, dan merasa bahwa dirinya tak mendapatkan keberkahan dari Tuhan.
Raja : (tampak muram, sesekali dia melihat jempolnya nan diperban) Penasihatku, bagaimana menurut pendapatmu, keadaan jari kelingkingku nan malang ini?
Penasihat : (menjawab dengan nada enteng) Harapan khair. Setiap kejadian ada hikmahnya, Baginda. Mungkin ini ialah kejadian terbaik buat Baginda. Selayaknya, Baginda bersykur dengan keadaan ini. Karena Yang Maha Kuasa, sedang memberikan karunia pada Baginda.
Raja : (Marah besar, dan tampak murka) Hei, kurang ajar sekali kamu. Bukannya bersimpati terhadap apa nan sedang kualami. Malah ngomong ‘asa khair’, semoga baik-baik saja. Kamu bahkan menyuruh saya bersyukur. Di mana otak kamu sebenarnya?
Penasihat : (Ketakutan) Ampun, Baginda. Tapi, bukankah memang demikian nan seharusnya kita lakukan?
Raja : (Masih murka) Kurang ajar! Tidak tahu malu. Ya, sudah. Kalau ini nan kamu mau. Pengawal! Cepat jebloskan penasihat bodoh ini ke dalam penjara !
Penasihat : Ampun, Baginda!
(Para pengawal segera meringkus penasihat. Penasihat meronta-ronta. Namun, akhirnya ia pun menuruti kemauan pengawal. Tirai anjung ditutup).
Narator : walaupun sang raja telah memiliki pengalaman tak menyenangkan tatkala harus berburu. Namun, ia tak dapat menghilangkan hobinya tersebut. Hingga pada suatu hari, sang raja, penasihat nan baru, dan beberapa pengawal nampak sedang asyik berburu di sebuah hutan.
(Panggung menampakkan suasana hutan, dengan beberapa pohon dan tanaman. Sang raja dan beberapa pengawal serta penasihatnya sedang menelusuri hutan seraya mengenggam panah . Tiba-tiba dari arah selatan datang seorang pengawal nan tunggang-langgang seperti sedang dikejar sesuatu nan menakutkan).
Pengawal : (Tersengal) Tolong! Baginda, di sini ada sebuah suku primitif nan sangat suka membunuh manusia. Kita harus segera pergi dari sini.
Raja : (Terkejut) Baiklah. Ayo, kita bersama-sama mencari jalan lain. Karena pasukan nan kubawa sangat sedikit.
(Tiba-tiba dari arah nan tak disangka-sangka. Datanglah sepuluh orang berpakaian suku primitif. Mereka menyerang raja dan pasukannya. Pertempuaran pun terjadi. Hingga akhirnya, raja dan penasihat ditawan dan disiapkan sebagai tumbal).
Narator : Suku primitif dari hutan tidak bernama ini kemudian hendak menjadikan raja dan penasihatnya sebagai sesembahan. Akhirnya, kedua orang tersebut dimandikan dan didandani sebelum kemudian dibunuh. Sayangnya, manakala ia melihat stigma tubuh pada raja. Mereka pun kecewa, hingga akhirnya mereka mengusir raja dari ruang persembahan. Sementara sang penasihat baru akhirnya dijadikan persembahan buat dewa.
Sesampainya di kerajaan, raja memerintahkan agar para pengawal membebaskan penasihat lama nan dikurung di dalam penjara.
(Panggung kembali menampakkan ruangan dengan singgasana, para pengawal, dan juga penasihat nan tampak duduk dengan paras sumringah di depan raja)
Raja : Penasihatku, saya ingin mengucapkan terima kasih kepadamu. Kemarin lalu saya ditangkap suku primitif. Nampaknya, mereka ingin menjadikanku sebagai persembahan. Namun, tatkala mereka melihat jariku nan terpotong ketika berburu mereka kecewa, dan mengusirku. Hingga akhirnya saya lolos dari maut. Sungguh benar, nasihatmu tentang ‘asa khair’ itu. Aku sangat terkesan dan berterima kasih padamu!
Penasihat : (Berlutut) Yang, Mulia. Terima kasih banyak. Hamba juga bersyukur bahwa Baginda memenjarakan saya. Harapan khair, jika tak mungkin sekarang malah aku nan menjadi korban sebagai sesembahan buat dewa dari suku primitif itu. Sungguh Yang Mulia, aku sangat bersyukur.
(Mereka kemudian tertawa, dan kembali mengucapkan syukur kepada Tuhan).
Demikianlah naskah drama nan sarat hikmah ini. Walaupun drama ini berkesan lucu, dan nampak konyol, namun kita akan melihat banyak hikmah nan dapat diambil di dalamnya. Memang sahih kata pujangga, drama lucu bukan hanya sekedar drama. Tetapi, ia ialah kumpulan hikmah nan bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.