Cerita Seru - Sulap Sang Ustadz
Tidak ada cerita seru nan lebih menarik daripada kisah nan satu ini. Cerita seru tentang kezaliman dan kemunafikan nan bertopeng kebaikan. Tentang pertempuran abadi antara kebenaran dan kebathilan. Tentang perjuangan anak manusia mencari kebenaran. Tentang keburukan sifat manusia nan suka akan kesewenang-wenangan. Anda tertarik buat mengikuti kisahnya? Baiklah akan aku mulai.
Cerita Seru - Berawal dari Tanah Wakaf
Cerita seru ini berawal dari kebaikan hati seorang pedagang nan dengan tulus ikhlas mewakafkan tanahnya seluas 5000 m2 buat didirikan forum pendidikan di atasnya. Gayung pun bersambut, seorang ustadz nan baru saja menjalani pendidikan di Inggris, menyanggupi buat mewujudkan cita-cita luhurnya itu.
Walau baru pertama kali bertemu, sang pedagang tadi sangat percaya pada ustadz ini. Alhasil, dipercayakanyalah semua urusan nan menyangkut masalah teknis pembangunan hingga surat menyurat kepada sang ustadz. Singkat cerita, berdirilah forum pendidikan nan megah di atas tanah wakaf seperti nan dicita-citakan sang pedagang.
Cerita seru - Sekolah Elite Bertarif Mahal
Seiring waktu berjalan, sekolah megah tersebut telah menjadi ikon pendidikan modern di wilayah permukiman elite perkotaan. Bayaran masuknya fantastis, menyentuh angka dua puluh jutaan. Belum lagi bayaran bulanan seharga hampir sejuta di tiap bulannya. Setiap orang tua niscaya merasa bangga bila anaknya bersekolah di sana.
Namun, hal itu justru merisaukan hati sang pedagang, bukan seperti ini nan ia bayangkan. Cukup forum pendidikan sederhana nan dikelola bersama-sama demi kemaslahatan masyarakat sekitarnya.
Cerita Seru - Sulap Sang Ustadz
Kerisauan hati sang pedagang makin menjadi-jadi. Sepak terjang sang ustadz sudah bagaikan pesulap. Diubahnya status wakaf menjadi milik pribadi. Dibuatnya yayasan nan pengurusnya anak istri. Dibuatnya peraturan-peraturan kepegawaian bagaikan mengelola perusahaan. Kalau sudah begini ke mana semua uang pemasukan sekolah pergi?
Cerita Seru - Menimbun Pundi Menjadi Politisi
Semakin hari pundi-pundi sang ustadz semakin banyak. Ia kini mulai melirik global politik. Ia mulai berhitung, "bukankah saya seorang ustadz?", "jamaahku banyak di berbagai tempat"." Masalah biaya, saya punya mesinnya." Bukankah Tuhan selalu memberi jalan bagi orang nan berusaha? Demikianlah perhitungan sang ustadz dalam pikirannya.
Cerita Seru - Karier Politik Langsung Melesat
Singkat cerita, sang ustadz sudah menjadi anggota dewan dari partai berbasis massa agama. Namanya harum sebagai pendekar kebenaran. Ke mana pun pergi senantiasa meneriakkan jargon: bersih, peduli, profesional, amma ma'ruf nahi munkar, ukhuwah Islamiyah, Islam is my life, dan lain sebagainya. Tak mengherankan bila dalam waktu nisbi singkat, karier politiknya langsung melesat. Ia kini ingin nan lebih tinggi lagi: "menjadi kepala daerah".
Cerita Seru - Kaki Tangan Berebut Makan
Kesibukan sang ustadz membawa berkah tersendiri bagi para kaki tangan. Mereka nan senantisa setia mengamankan semua kebijakan yayasan abal-abalan. Sebagaimana tabiat alami manusia, mereka pun sama-sama suka membahagiakan diri sendiri.
Para kaki tangan pun saling berebutan mengambil jatah makanan. Tak peduli terjadi banyak pelanggaran nan mencederai nurani kemanusiaan. Tak adanya kejelasan sistem pengangkatan karyawan, status karyawan kontrak sepertinya akan abadi walau telah bertahun-tahun mengabdi.
Bila ada nan coba bertanya niscaya malah jadi sengsara. Padahal, mereka bekerja di forum nan mengurusi pendidikan. Pendidikan nan berbasis agama pula. Yang mengajarkan perbuatan baik kepada murid-muridnya. Yang mewajibkan menutup aurat kepada para wanitanya. Yang lidahnya selalu basah oleh dzikir dan doa.
Cerita Seru - Kegelisahan nan Memuncak
Kesabaran para karyawan selama ini ternyata dianggap ketidakberdayaan. Kesempatan nan diberikan kepada sang ustadz buat memperbaiki diri ternyata dianggap sebagai bentuk pembiaran. Diam dan mengalahnya orang-orang nan masih waras dianggap sebagai bentuk ketakutan. Akibatnya kegelisahan pun memuncak.
"Sudah waktunya kita bergerak!" seru seorang sahabat. "Ayo kita lawan!" kata nan lainnya. "Mengapa kita diam saja? Bukankah kita benar?" tanya suatu suara. "Bukankah para penguasa loka ini mengerti agama semua, mengapa malah seperti ini perbuatannya?" Suara-suara tersebut saling bertanya jawab, menandakan kegelisahan nan memuncak.
Cerita Seru - Kepercayaan Diri Sang Ustadz
Semua kegelisahan tersebut bukannya tak diketahui oleh sang ustadz. Namun, dengan penuh percaya diri ia merasa, semua baik-baik saja, semua dapat terkendali, tidak ada nan berani mencoba melawan saya, bukankah aku sekarang anggota dewan nan terhormat? Kalau ada nan berani coba cari gara-gara, mau bunuh diri apa? Begitulah mungkin nan ada dalam pikirannya.
Sang pedagang nan seharusnya ialah orang nan paling berjasa, kini mulai terlupakan. Tak ada nan kenal dia, tidak ada nan peduli dia, dan tidak ada nan mencari tahu siapa dia sebenarnya.
Cerita Seru - Happy Ending atau Tragedy, Terserah Anda
Saat cerita seru ini ditulis, akhir cerita ini belumlah dipikirkan, jadi masih belum jelas apakah akan berakhir dengan happy ending atau malah menjadi tragedi. Tapi nan pasti, ada banyak alternatif akhir cerita nan berbeda.
Bisa saja cerita seru ini berakhir dengan happy ending , dimana sang ustadz segera sadarkan diri akan segala kesalahan-kesalahannya, toh bukankah dia selama ini seorang ustadz nan mengerti ilmu agama sehingga tahu batasan-batasan mana nan baik dan mana nan buruk.
Tapi, dapat juga akhir ceritanya malah menjadi tragedi. Ketika sang ustadz menjadi sangat marah, lalu ia menunjukkan kekuatan dan kekuasannnya. Dan dalam waktu singkat habislah para pembangkang dan para penentangnya. Atau juga dapat juga ternyata sang pedagang ingin menegur sang ustadz tapi nan terjadi malah sang ustadz merasa tersinggung, dan nasib sang pedagang pun menjadi suram.
Pelajaran dari Cerita Seru
Untuk akhir cerita, silakan karang sendiri jalan cerita mana nan Anda sukai. Namun nan pasti, ada hikmah nan dapat dipetik dari cerita seru di atas, di antaranya sebagai berikut.
1. Pelajaran Cerita Seru - Kebenaran Bersifat Universal
Bahwa pemegang kebenaran sejati hanyalah Allah Swt., Tuhan semesta alam. Tak ada manusia nan berhak merasa memiliki kebenaran. Kebenaran ada di mana saja. Tidak hanya di loka ibadah, namun juga ada di tempat-tempat lainnya nan justru dianggap sesat dan hina.
2. Pelajaran Cerita Seru - Kesenangan nan Membutakan
Sudah merupakan insting manusia mencari kesenangan buat dirinya sendiri. Namun, nan harus disadari bahwa kesenangan seperti itu dapat membutakan. Ibarat kata pepatah, "uang tidak kenal saudara".
3. Pelajaran cerita Seru - Jangan Takut Menegakkan Kebenaran
Selama kita merasa benar, apapun nan merintangi, hadapi! Itulah slogan nan harus ditanamkan dalam hati dan sanubari kita agar hayati menjadi lebih bermakna.
4. Pelajaran Cerita Seru - Jangan Menyimpulkan Berdasarkan nan Terlihat di Permukaan
Manusia terkadang mudah tertipu dengan penampilan luar seseorang. Orang nan berpenampilan baik luarnya belum tentu dalamnya pun baik, begitu pula sebaliknya. Seperti cerita seru di atas, seorang nan dikenal sebagai "sang ustadz" namun perangainya tidak mencerminkan namanya. Begitu pula dengan "sang pedagang" nan sering diidentikkan dengan culas, curang, dan tidak jujur, namun ternyata penuh dengan rasa tulus dan ikhlas.
Itulah sebuah cerita seru nan dapat penulis sajikan, semoga memberikan pelajaran nan berharga bagi pembaca.