Faktor Pendukung dan Penghalang Asimilasi
Asimilasi . Kata ini mengandung banyak makna. Asimilasi dapat merujuk pada bahasa, sosial budaya juga pada ilmu biologi. Tentu saja kata asimilasi menjadi berbeda makna ketika merujuk pada konteks nan berbeda, tapi secara generik asimilasi berarti suatu proses pembauran.
Namun demikian, ketika menunjuk kata asimilasi, orang kebanyakan hanya merujuk pada konteks sosial budaya. Memang tak salah, tapi jelas tak cukup. Karena seperti disinggung di awal tadi, banyak pengertian dari kata asimilasi ini tergantung merujuk ke mana.
Asimilasi pada Bahasa
Asimilasi pada bahasa atau ilmu lingustik juga sering terjadi. Proses asimilasi pada bahasa ini terjadi ketika dua fonem nan sebenarnya berbeda namun sebab letaknya berdekatan, menjadi seolah-olah sama. Asimilasi pada bahasa atau linguistik ini merupakan satu kenyataan nan ada dalam perkembangan bahasa.
Sementara asimilasi pada konteks sosial budaya ialah pembaruan dua kebudayaan nan pada awalnya berbeda, kemudian setelah terjadi pembaruan, masing-masing karakteristik khas dari kedua kebudayaan nan berbeda itu hilang tergantikan satu kebudayaan nan baru. Pada awalnya asimilasi dalam konteks sosial budaya ini terjadi sebagai upaya mengurangi adanya perbedaan-perbedaan baik pada individu maupun pada satu kelompok nan lebih besar.
Asimilasi dalam konteks sosial budaya, sebenarnya ada unsur kesengajaan atau ada pencetus berupa usaha-usaha tertentu, seperti mengurangi disparitas itu tadi. Berbeda dengan asimilasi dalam konteks linguistik, nan muncul dua fonem berbeda namun berdekatan itu bukan satu kesengajaan.
Asimilasi pada Budaya
Asimilasi dalam konteks sosial budaya didorong oleh adanya upaya buat memperkecil disparitas baik antar individu maupun dalam kelompok nan lebih besar. Dengan demikian, setelah terjadinya asimilasi budaya, disparitas pada masing-masing individu atau kelompok itu menjadi sangat tipis, kemudian muncullah bukti diri individu atau kelompok nan menyesuaikan dengan bukti diri baru buat kepentingan bersama.
Jadi, asimilasi akan terjadi apabila ada pemicu atau persyaratan tertentu. Bila tak ada pemicu atau persyaratan tertentu, proses asimilasi budaya tak akan serta-merta muncul.
Dalam konteks sosial budaya ini, beberapa hal nan ditengarai sebagai pemicu atau menjadi persyaratan nan akan memicu tumbuhnya proses asimilasi antara lain terjadi hubungan nan masif antara dua individu atau kelompok nan berbeda dalam rentang waktu lama, adanya disparitas kebudayaan antar individu atau kelompok nan saling berinteraksi tadi dan sebagai akibatnya akan muncul kebudayaan baru sebagai hasil dari saling menyesuaikan diri tersebut.
Apakah proses asimilasi nan terjadi pada dua kebudayaan nan berbeda itu akan berdampak negatif pada kebudayaan asal? Jawabannya dapat ya dan dapat juga tidak. Asimilasi kebudayaan antara barat dan timur misalnya, dapat saja membentuk satu budaya baru nan lebih baik. Bila selama ini budaya barat identik dengan berpikir rasional, kerja keras dan liberal, sementara budaya timur identik dengan sopan santun, menjunjung tinggi masalah etika, dan religious.
Bila kemudian dua kebudayaan itu saling berinteraksi dalam waktu nan nisbi lama, kemudian muncul kebudayaan baru nan saling menyesuaiakan diri buat kepentingan dan tujuan bersama, dapat saja menjadi positif diantaranya akan muncul satu kebudayaan baru, yaitu berpikir rasional, tapi tetap religius, tetap menjaga kesopanan dan etika, namun menjadi individu nan pekerja keras.
Asimilasi sebagai akibat dari adanya hubungan dua individu atau kelompok nan berbeda, saling berpengaruh, kemudian saling menyesuaikan diri sehingga muncul budaya nan baru, dampaknya kembali kepada masing-masing individu atau kelompok nan mengalami asimilasi tersebut.
Yang jelas, asimilasi tentu bukan proses dimana individu atau kelompok menjadi seperti kacang lupa pada kulitnya. Bagaimana pun masing-masing individu atau kelompok memiliki karakteristik nan khas dan unik, sehingga sulit buat benar-benar dihilangkan. Ketika asimilasi sosial budaya ini terjadi, sebenarnya pembaruan tersebut sebagai proses saling menerima dan memberi agar dalam satu lingkungan itu terjadi kesepahaman dan bukan saling menonjolkan diri atau kelompok sendiri.
Faktor Pendukung dan Penghalang Asimilasi
Interaksi dua individu atau kelompok nan berbeda latar belakang atau kebudayaan, tak serta merta akan memunculkan proses terjadinya asimilasi sosial budaya, sekalipun hubungan keduanya telah terjadi dalam waktu sangat lama apabila tak ada keinginan dari masing-masing individu atau kelompok buat saling menerima. Asimilasi sosial budaya tak akan terjadi bila masing-masing individu atau kelompok tak melakukan upaya-upaya bersama.
Asimilasi sosial budaya akan terjadi manakala ada faktor pendorong, sehingga hubungan nan terjadi dalam waktu lama itu akan memunculkan perubahan-perubahan. Salah satu faktor pendorong nan akan memudahkan atau memunculkan terjadinya proses asimilasi ialah toleransi nan tinggi pada masing-masing individu atau kelompok nan saling berinteraksi dalam waktu cukup lama. Toleransi buat saling menerima perbedaan, toleransi buat tetap hayati rukun dengan segala perbedaan.
Pada saat terjadi hubungan tak lagi mengunggulkan dan membesar-besarkan perbedaan, melainkan kebersamaan nan menjadi tujuan. Apabila hal ini terjadi secara monoton dalam waktu cukup lama, maka akan mendorong terjadinya proses asimilas i.
Faktor pendorong lain buat munculnya atau terjadinya proses asimilasi ialah masing-masing individu atau kelompok nan berbeda dalam bidang ekonomi memiliki peluang dan kesempatan nan sama. Dengan demikian masing-masing individu atau kelompok nan berbeda dalam bidang ekonomi tadi, tak ada nan termarjinalkan, tak ada nan bertindak sebagai pelaku di satu pihak dan penonton di pihak lain.
Bila dalam bidang ekonomi ini masing-masing individu atau kelompok nan berbeda berkesempatan nan sama dan memiliki peluang nan sama, kemudian terjadi hubungan dalam waktu nan lama, akan mendorong munculnya asimilasi sosial dan budaya.
Hal lain nan juga akan mendorong munculnya asimilasi sosial budaya ini ialah adanya kesediaan dari masing-masing individu atau kelompok nan berbeda itu buat menghormati masing-masing kebudayaan nan berbeda. Sikap menerima dan menghormati inilah nan lambat laun akan membaurkan disparitas buat mencapai tujuan bersama.
Kehadiran individu atau kelompok nan berbeda tak dicurigai, melainkan didekati dan dihargai sehingga dapat hayati dengan saling berdampingan. Realita inilah nan pada akhirnya akan mendorong buat tumbuh dan munculnya proses asimilasi.
Faktor lain nan juga mendorong munculnya asimilasi ialah sikap terbuka atau memiliki kepentingan bersama buat melawan kelompok lain nan dianggapnya sebagai musuh bersama. Sikap-sikap seperti itu pun apabila terjadi hubungan dalam waktu nan lama, akan menumbuhkan buat munculnya asimilasi sosial dan budaya.
Dalam terjadinya proses asimilasi, disamping ada faktor-faktor pendorong, tentu saja ada faktor-faktor penghalang. Salah satu faktor penghalang atau penghambat buat terjadi asimilasi ialah adanya disparitas individu atau kelompok nan merasa terpinggirkan, terisolasi bahkan dianggap terasing. Bila dua individu atau kelompok nan berinteraksi namun tetap secara langsung atau tak adanya kelompok nan terpinggirkan, akan sulit buat tumbuhnya isolasi.
Demikian pula dengan tetap dipeliharanya berpretensi negatif terhadap individu atau kelompok nan baru nan kemudian terjadi saling interaksi. Boleh jadi masing-masing individu atau kelompok tetap berinteraksi dalam waktu lama, tapi apabila masing-masing memelihara berpretensi negatif, sangat sulit buat terjadi proses asimilasi sosial dan budaya.
Sikap seperti itu dapat jadi diawali oleh kurangnya pengetahuan tentang disparitas budaya atau bahkan sebab terlalu menganggap bahwa kebudayaan sendiri lebih unggul dibanding kebudayaan orang lain atau kelompok lain.
Asimilasi pada Biologi
Asimilasi merujuk pula pada ilmu biologi. Asimilasi dalam koteks ilmu biologi ini ialah terjadinya pemakaian makanan dari hasil hidrolisis sehingga membentuk protoplasma baru. Dalam proses asimilasi ini terbentuk senyawa-senyawa nan lebih kompleks. Makanan hasil asimilasi tersebut disimpan atau ditimbun.
Dalam hewan hasil proses asimilasi ini disimpan dalam sel eksklusif nan kemudian dikenal dengan istilah kondensasi. Misalnya saja hasil proses asimilasi berupa gula, kemudian dikondensasi dalam sel hewan buat kemudian dirubah menjadi senyawa nan lebih kompleks dalam bentuk protein.