Masalah Lain dari Mainan Barbie

Masalah Lain dari Mainan Barbie

Boneka mainan barbie saat ini telah populer di seluruh penjuru global termasuk di Indonesia. Memang penggemar barbie bukan hanya di penguasaan oleh anak-anak saja, tapi juga orang dewasa terutama kaum wanita.

Meski harganya dapat dibilang cukup mahal, namun masyarakat tak memperdulikannya. Mereka tetap membeli buat anak-anaknya maupun buat koleksi pribadi.

Memang boneka ini punya keistimewaan tersendiri. Dia selalu muncul dengan berpenampilan dengan tema-tema tertentu. Ini berbeda dengan jenis mainan lain nan kadangkala tak memilki konsep jelas. Contohnya ialah boneka mainan barbie nan ada di Indonesia. Meski berskala internasional dan berasal dari Amerika Serikat, tapi boneka ini dapat tampil dengan mengambil tema-tema budaya dari mana saja.

Misalnya tampil dengan mengenakan baju adat Sumatera, Bali dan lain-lain. Model seperti ini tak hanya terjadi di Indonesia saja. Namun juga di negara-negara lain. Tentu tema nan diambil juga menyesuaikan dengan budaya setempat. Selain budaya, mainan boneka ini juga dapat muncul dengan tema menarik lainnya. Misalnya negeri dongeng, polisi, dokter, perawat dan seterusnya.

Boneka nan seringkali diidentikan dengan kecantikan nan paripurna ini tentu sangat menarik perhatian masyarakat, terutama kaum perempuan dan anak-anak. Bahkan kemudian muncul boneka barbie Ken sebagai bentuk bahwa permainan barbie tak hanya dikhusukan buat perempuan saja.

Bagi sebagian anak atau orang nan sudah dewasa, mainan barbie sepertinya merupakan boneka biasa nan memiliki kecantikan dan keunikan tersendiri sehingga dapat diperlakukan serupa dengan kita memperlakkan diri sendiri.

Akan tetapi, ada pula sebagian anak nan sudah berpikir secara dewasa sehingga membawa mereka buat terjun menjadi lebih dewasa sebelum waktunya. Dengan melihat lekuk tubuh nan aduhai dari si barbie, maka si anak akan berimajinasi jika dirinya dewasa. Dengan pemikiran seperti itu, bukan tak mungkin jika kemudian si anak akan bertingkah laku atau melakukan kebiasaan-kebiasaan nan seharusnya belum dilakukan.

Misalnya saja, penggunaan bra pada barbie atau penggunaan baju nan seksi akan menjadi salah satu hal nan diidam-idamkan oleh sebagian anak perempuan dengan khayalan tinggi. Hal ini tentu sangat berdampak negatif terhadap tumbuh bunga psikologis anak tersebut.

Oleh karena itu, diperlukan pula supervisi dari orang tua saat anak hendak bermain barbie. Jika memungkinkan, lebih baik pilih boneka barbie nan bergenre anak-anak sehingga tak memperlihatkan lekuk tubuh wanita dewasa nan membuat nalar khayalan mereka terus berkembang secara berlebihan.



Sejarah Mainan Barbie

Setiap hal tentu memiliki sejarah masing-masing nan membuat namanya melambung tinggi. Termasuk mainan barbie nan muncul pada tahun 1945 dari sebuah keluarga nan sangat menyukai boneka.

Keluarga ini menciptakan mainan tersebut sebab terinspirasi oleh putri nan suka bermain boneka kertas dan kemudian rusak sebab boneka tersebut hanya terbuat dari kertas. Sang ibu nan merasa kasihan melihat anaknya itu kemudian menciptakan mainan nan dapat bertahan lama.

Hal tersebut kemudian memunculkan ide boneka perempuan dewasa berambut pirang dengan kaki nan panjang dan bentuk badan nan paripurna sehingga banyak pula manusia (model) nan kemudian meniru gaya berpakaian dan bentuk badan seperti barbie ini.

Boneka nan diproduksi pertama kali di Amerika Perkumpulan ini diberi nama Barbara, yakni anak perempuan dari keluarga Handler nan memberikan inspirasi kepada sang ibu buat membuat mainan tersebut. Barbie merupakan nama panggilan nan biasa disapa kepada Barbara oleh keluarganya.

Boneka tersebut kemudian laku di pasaran dan menjadi tren mode bagi para model terkini pada masa itu. Lantas pada tahun 1961, perusahaan Handler tersebut kemudian menciptakan boneka spesifik pria nan diberi nama Ken. Boneka ini diciptakan buat menemani Barbie dalam menjalani hidupnya.

Ken diciptakan oleh Barbara sebagai bentuk penyesalannya sebab pria pujaannya semasa SMA menolak cintanya. Oleh karena itu, Ken dijadikan sebagai pasangan hayati Barbie dan keduanya menjadi pasangan paripurna nan digandrungi oleh masyarakat kelas dunia.



Mainan Barbie Mainan Dewasa

Seperti nan telah disebutkan sebelumnya, permainan ini tak cukup baik buat dimainkan oleh anak kecil. kebanyakan dari mereka justru menampilkan sisi seksualitas dan sensualitas nan belum sepenuhnya dapat dicerna secara baik oleh anak-anak.

Anak-anak perempuan diberikan makanan berupa impian buat menjadi seperti barbie, dengan paras nan cantik, rambut nan indah, kaki nan jenjang, payudara dan pantat nan menyembul, serta berbagai pertunjukan nan semestinya tak dikonsumsi oleh anak-anak malah menjadi sesuatu nan nantinya akan biasa di dalam kehidupan anak-anak.

Dengan keadaan fisik nan ideal seperti itu, si anak tentu berpendapat bahwa wanita nan cantik dan paripurna ialah wanita nan seperti Barbie. Sayangnya, tak semua anak memiliki kelebihan fisik seperti itu sehingga si ibu harus berhati-hati pula saat memberikan permainan kepada anaknya.



Masalah Lain dari Mainan Barbie

Namun sayangnya, meski konsumen terbanyaknya ialah anak-anak, produsen dari mainan barbie sering melupakan bila sebagain dari produknya tak bagus atau punya pengaruh nan jelek terhadap perkembangan jiwa anak. Hal inilah nan patut kita sesali dan membuat prihatin banyak pihak.

Misalnya mereka membuat mainan barbie dengan memunculkan tema-tema nan tak sinkron sama sekali dengan kondisi psikologi anak nan tentu saja sangat berbeda dengan orang nan sudah menginjak usia dewasa.

Contohnya ada boneka barbie nan menggambarkan adegan percintaan secara vulgar dengan versus jenisnya. Bahkan beberapa waktu nan lalu ada warta nan cukup membuat kontroversi bukan hanya di Indonesia, namun juga di Amerika Perkumpulan sendiri.

Kontroversi itu menggambarkan boneka barbie nan secara gamblang memvisualisasikan adegan percintaan bukan dengan versus jenis namun sesama jenis (lesbian). Dapat Anda bayangkan sendiri bagaimana perasaan hati kita bila anak-anak akan meniru adegan tersebut.

Ini tentu punya pengaruh nan sangat jelek sekali ketika sudah menginjak usia dewasa nantinya. Selain itu masih ada beberapa boneka barbie nan wujud dan karakternya tak punya nilai edukasi dan muatan moral sama sekali.



Memilih Barbie buat Anak

Meski sering menghadirkan produk nan tak bagus dikonsumsi oleh anak-anak, tapi produsen mainan barbie tetap memproduksi berbagai macam jenis mainan nan tentu masih dapat diandalkan buat memberi pengaruh positif kepada anak-anak.

Contoh nan paling konkret ialah seperti nan telah diuraikan di atas, yaitu boneka nan berdandan dengan menggunakan baju daerah setempat. Ini tentu sangat bagus sekali, sebab secara tak langsung akan membuat anak lebih mengenal budaya-budaya nan ada di seluruh dunia.

Kemudian ada lagi mainan barbie nan didesain buat mengajak anak lebih kreatif dan mau belajar. Contohnya ialah mainan rumah barbie nan dapat dibongkar pasang, sehingga anak nan memainkan permainan ini dapat mengerti cara membuat desain rumah nan bagus dan sebagainya. Bagi orang tua nan masih punya anak kecil. Tentu sangat disarankan buat memilih jenis mainan ini.

Sedang buat jenis mainan barbie nan tak bagus seperti nan telah dijelaskan diatas, harus segera dihindari. Bahkan bila perlu lakukan protes pada produsennya atau laporkan pada lembaga-lembaga konservasi konsumen nan ada.

Dari pemaparan di atas, bisa disimpulkan bahwa di satu sisi, permainan Barbie memiliki pengaruh nan baik kepada anak buat dapat menghabiskan waktu dengan bermain dan belajar menata baju secara baik. Akan tetapi, di sisi lain, permainan ini juga menimbulkan akibat nan negatif terhadap perkembangan psikologis anak jika tak disertai dengan supervisi orang tua.