Alkimia

Alkimia

Ilmu kimia ialah ilmu alam nan mempelajari tentang perubahan materi, baik perubahan nan terjadi secara kimia atau pun secara fisika. Untuk mengetahui perubahan tersebut bisa dikaji berdasarkan perubahan energi nan menyertai perubahan-perubahan pada materi.

Dalam hal ini diperlukan suatu teori, yaitu termodinamika kimia, di mana teori ini diturunkan dari hukum mekanika. Untuk memahaminya diperlukan teori kinetika kimia, di mana teori ini diturunkan dari hukum-hukum kinematika.

Perubahan materi dapat juga dikaji dari sifat-sifat materi sebelum dan sesudah mengalami perubahan buat mengetahui sifat-sifat materi, maka diperlukan teori nan disebut spektroskopi , nan berguna buat mengkaji struktur dan komposisi materi.



Perkembangan Ilmu Kimia

Awalnya, ilmu kimia berawal dari percobaan-percobaan bermacam materi nan dilakukan dengan mencoba-coba hanya buat tujuan praktis. Perkembangan ilmu ini tak terlepas dari hasil dan cara-cara tradisional nan diperoleh secara kebetulan.

Kemudian, perkembangannya dipengaruhi oleh filsafat Yunani kuno. Oleh sebab itu, keilmuan kimia memiliki dua landasan, yaitu teoritis dan empiris. Pada masa lampau manusia sering mengaitkan suatu gejala alam dengan hal nan berbau magis atau supernatural nan akhirnya dikenal sebagai mitos.

Dengan adanya perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia, filsafat Yunani antik menerangkan peristiwa alam tersebut dengan logika seperti nan dilakukan oleh Aristoteles dan Plato nan mengemukakan bahwa materi di alam ini terdiri dari empat unsur, yaitu api, tanah, air, dan udara. Yang kemudian mengembangkan gagasan mengenai panas, dingin, kering, dan lembap.

Filsuf Yunani mempercayai bahwa materi bisa diubah menjadi materi lain dengan mengubah sifat-sifatnya, seperti barah nan panas bisa diubah menjadi air nan dingin. Pandangan tersebut bertahan sampai akhirnya muncul Alkimia, nan pertama kali berkembang di Mesir.

Kimia merupakan ilmu pengetahuan alam (sains). Artinya, penelitian nan dilakukan di dalamnya menggunakan mekanisme nan sistematis dan hipotesisnya mampu dibuktikan secara ilmiah.

Seorang pakar kimia ialah ilmuwan nan mempelajari propertis dan komposisi materi, serta interaksinya terhadap materi lain. Kimia memiliki banyak kecenderungan dengan biologi dan fisika.

Segala hal nan kamu rasakan, kamu cium, kamu dengar, dan kamu sentuh, berkaitan dengan kimia. Ketika kamu merasakan sesuatu, menyentuhnya, mendengarnya, maka terjadilah serangkaian reaksi kimia di dalam tubuhmu. Itulah sebabnya krusial mempelajari kimia agar kamu paham bagaimana suatu peristiwa terjadi di global ini.

Secara spesifik, kimia bisa juga diartikan sebagai ilmu nan mempelajari materi dan perubahannya. Sebagian besar dari kita meyakini bahwa substansi kimia hanya ada di laboratorium kimia. Padahal, para pakar kimia sendiri mempercayai bahwa semua hal nan ada di alam ini terbuat dari bahan-bahan kimia.

Kimia ada di mana-mana. Udara nan kamu hirup setiap hari mengandung unsur kimia, seperti oksigen dan nitrogen. Air nan kamu minum ialah gabungan dari unsur-unsur kimia (hidrogen dan oksigen) nan saling berikatan membentuk senyawa. Begitupun, gula nan kamu masukkan ke dalam minuman teh tersusun dari bahan-bahan kimia.

Yang membuat sebuah benda berbeda dari nan lain ialah komposisi elemen-elemen kimia penyusunnya nan berbeda antara satu benda dengan nan lain. Sebagai contoh, elemen sodium nan memiliki sifat lembut, meledak ketika bercampur dengan air jika mendapat energi nan cukup.

Selain sodium, bahan kimia lain nan memiliki keunikan ialah klorin. Ketika berada dalam suhu kamar (27 derajat Celcius), klorin akan berbentuk gas hijau. Bisa bersifat mematikan. Itulah sebabnya klorin bisa dijadikan senjata gas kimia pada abad ini.

Anehnya, jika kedua bahan berbahaya tersebut dikombinasikan di “dapur” kimia, terbentuklah senyawa nan sama sekali tak berbahaya, sodium klorida, nan digunakan oleh manusia sebagai garam meja.

Garam meja tentu saja tak meledak ketika terkena air (tidak sama dengan sifat sodium, salah satu unsur penyusunnya), bahkan dijadikan bahan tambahan (penyedap rasa) pada makanan nan kita makan setiap hari.

Perubahan sifat materi seperti itu ialah salah satu nan dipelajari oleh para pakar kimia. Sifat materi bisa saja berubah setelah bereaksi dengan materi lainnya. Yuk, pelajari kimia agar kamu semakin paham bagaimana materi nan ada di alam ini saling berinteraksi. Berikut ini klarifikasi lebih jauh mengenai bahan kimia nan ada pada makanan nan sering kita jumpai.



Bahan Kimia pada Makanan

Kita niscaya ingat beberapa waktu nan lalu masyarakat dihebohkan dengan beredarnya formalin dan boraks nan merupakan bahan kimia beracun, digunakan sebagai campuran makanan. Kedua bahan tersebut ialah sebagian dari bahan kimia nan merusak kesehatan. Masih ada bahan kimia pada makanan lain nan memiliki taraf bahaya setara, apalagi jika dikonsumsi secara terus-menerus.

Efek nan ditimbulkan bahan-bahan tersebut dapat sangat mengerikan, mulai dari pemicu kanker, kelainan genetik, stigma bawaan lahir saat dikonsumsi ibu hamil, melemahnya kinerja otak dan syaraf, dan masih banyak lagi imbas jelek lainnya.

Salah satu zat kimia nan ada dalam makanan ialah Sakarin. Sakarin dikenal sebagai bahan pemanis protesis nan mampu menghasilkan sensasi rasa manis hingga 550 kali gula biasa. Bentuknya berupa bubuk putih tanpa bau. Sakarin banyak digunakan sebagai campuran makanan pengganti gula sebab harganya nan jauh lebih ekonomis. Biasanya digunakan dalam industri kue dan minuman.

Sakarin nan mengendap dalam ginjal memicu pertumbuhan kanker mukosa kandung kemih. Para ahli epidemiolog dan kesehatan tak merekomendasikan panggunaan sakarin buat makanan dan minuman konsumsi sebab terbukti membahayakan kesehatan.

Miris rasanya jika penulis melihat anak-anak jajan di pinggir jalan atau di depan sekolahnya, sementara tak ada satupun nan dapat memastikan bahwa setiapa makanan dan minuman nan mereka makan tersebut memiliki agunan kesehatan.

Selain itu, siklamat juga digunakan sebagai campuran makanan-minuman buat memberi sensasi rasa manis. Kadarnya lebih rendah dibanding sakarin. Kira-kira, 30 kali manis gula biasa. Penggunaan dalam jumlah lebih banyak dapat menimbulkan rasa getir. Itu sebabnya siklamat kalah populer dibanding sakarin.

Siklamat secara sembrono digunakan dalam industri makanan-minuman, padahal siklamat dapat mengakibatkan pecahnya sel kromoson dalam medium biakan sel leukosit. Di beberapa negara maju, penggunaan siklamat telah dilarang. Di Indonesia, penggunaan bahan ini masih ditemukan secara illegal.

Ada juga, nitrosamin ialah bahan kimia nan digunakan buat memberi aroma khas sosis, keju, kornet, ham, dan dendeng olahan. Kadang-kadang digunakan pula buat mempertahankan rona orisinil daging.

Bentuknya seperti garam, berupa kristal atau bongkahan tak berbau, warnanya agak kekuning-kuningan. Nitrosamin terbukti bersifat karsinogen, menyebabkan kanker dengan mengubah DNA tubuh dan mengganggu proses metabolisme. Karsinogenik juga mengendap dalam paru-paru dan memicu timbulnya kanker.

Selain itu, ada monosodium glutamat lebih kita kenal dengan sebutan vetsin atau penyedap rasa. Hampir semua makanan menggunakan bahan ini buat meningkatkan cita rasanya. Padahal, vetsin memiliki imbas degenerasi dan nekrosi sel-sel neuron, sel-sel syaraf lapisan dalam retina, bahkan menyebabkan mutasi sel, dan mengakibatkan kanker kolon dan hati.

Vetsin nan mengendap dalam ginjal juga meningkatkan resiko kanker ginjal, kanker otak, dan merusak jaringan lemak. Untuk itu, sebaiknya hindari penggunaan vetsin pada setiap makanan nan Ana untuk buat mengurangi akibat negatif nan ditimbulkannya.



Alkimia

Walaupun konsep nan diberikan oleh ahli alkimia belum merupakan teori ilmiah, namun kehadirannya menyumbangkan perkembangan kimia berikutnya. Salah satu sumbangan alkimia terhadap perkembangan kimia ialah pemberian lambang-lambang zat kimia nan ditemukan pada waktu itu. Teori-teori nan lahir pada waktu itu kurang dipublikasikan, ilmuwan-ilmuwan pada waktu itu ialah Ibnu Sina dan Ibnu Hayan.

Pada abad XVI – XVII ialah masa di mana terjadi peralihan antara alkimia ke pengetahuan kimia sebagai ilmu pengetahuan alam modern. Beberapa ahli nan mewakili perkembangan kimia modern ialah Joseph Priestley (1733 – 1804), Antoine Lavoiser (1743 – 1794), dan John Dalton (1766 – 1844).

Kimia modern lahir karena temuan-temuannya dilandasi dengan konsep, prinsip, dan teori nan dikembangkan melalui kajian eksperimen dan metoda ilmiah. Yaitu, dengan melakukan pengamatan, mencari pola berdasarkan pengamatan, perumusan teori, dan pengujian teori.

Pengamatan nan dimaksud ialah mengamati gejala-gejala nan akan diteliti agar bisa melihat dan mengetahui gejala keteraturan dari data nan dihasilkan. Aspek penelitian ilmu kimia lainnya ialah eksplansi, yaitu dengan menggunakan suatu atau beberapa hipotesis nan harus dilakukan uji coba nan baru hipotesis sukses menjadi sebuah teori apabila sukses melalui serangkaian ujian.