Tugas Manusia sebagai Khalifah: Menyampaikan Ajaran-Ajaran Allah

Tugas Manusia sebagai Khalifah: Menyampaikan Ajaran-Ajaran Allah

Tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi ialah tugas mulia nan diamanahkan Allah kepada manusia. Kekhalifahan manusia bisa dilihat ketika Allah hendak menciptakan manusia pertama, Nabi Adam as. Ini terangkum dalam surat al-Baqarah ayat 30. Allah berfirman, "dan ingatlah ketiga Tuhanmu berkata kepada malaikat: Sesungguhnya saya akan menjadi seorang khalifah di muka bumi…".

Arti dari khalifah ialah pengganti. Penggunakan kata khalifah memiliki makna tersendiri dan mempunyai konsekuensi berbeda dibandingkan penggunakan kata-kata imam¸ ulul amir, malik, atau istilah-istilah nan bermakna pemimpin lainnya. Khalifah ialah representasi (wakil) Allah di muka bumi. Tugas manusia sebagai khalifah mempunyai makna bahwa Allah menjadikan manusia sebagai 'perpanjangan tanganNya' di persada bumi.

Kekhalifahan manusia ialah penugasan dan amanah nan sangat mulia. Pemberian tugas manusia sebagai khalifah ini sempat menuai protes dari malaikat. Bagaimana bisa, manusia nan kerdil, lemah, angkuh, dan suka bermusuhan bisa mengemban tugas kekhalifahan? Sementara, mereka senantiasa mengagungkan Allah dan tak sesaat pun menentang perintahnya.

Alquran menceritakan, "… mereka (para malaikat) berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang nan akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau?" (al-Baqarah: 30)

Bila kita perhaatikan sejenak, apa nan dikatakan malaikat tersebut tidaklah berlebihan. Namun, tentu perhitungan Allah lebih cermat lagi dari siapa pun juga. Lalu, Allah berfirman membantah para malaikat,

"... Sesungguhnya Aku mengetahui apa nan tak kamu ketahui." (al-Baqarah: 30).

Apa sebenarnya misteri Allah memberi tugas manusia sebagai khalifah itu? Dapatkan manusia mengemban amanah nan besar tersebut?

Allah tak membiarkan manusia dalam kelemahan dan kekerdilannya. Lalu, Allah membekali manusia dengan seperangkat pengetahuan. Dengan pengetahuan itu, manusia bisa mengejawantahkan misi nan diberikan Allah. Allah berfirman sebagai berikut.

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang sahih orang-orang nan benar!' " (al-baqarah: 31)

Ilmu pengetahuan menjadi syarat primer kekhalifahan manusia. Manusia nan tak berilmu tak bisa menjadi pemimpin nan baik. Lalu, apa peran dan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi ini?



Tugas Manusia sebagai Khalifah - Memakmurkan Bumi

Pemberian amanah kekhalifahan kepada manusia bermakna bahwa Allah menciptakan manusia sebagai penguasa/pengatur bagi bumi. Daratan, lautan, sungai, hutan, dan seluruh nan ada di bumi (termasuk manusia itu sendiri) harus dikelola, dimanfaatkan, dibenahi, dan diatur dengan sebaik-baiknya. Tugas manusia sebagai khalifah menempatkan manusia sebagai makhluk nan mulia. Ia ialah wakil Allah di bumi.

Tugas manusia sebagai khalifah bukan buat pendayagunaan alam, namun sebagai pengelola buat terwujudnya kesejahteraan umat manusia. Dan kesejahteraan bersama tak mungkin terwujud bila tak ada keselarasahan dan ekuilibrium dengan alam. Allah menciptakan bumi, isi, dan sistem kehidupannya saling terkait satu sama lain. Tumbuhan nan rusak, sungai nan tercemar, hewan nan musnah, juga daratan nan hancur akan mengakibatkan kesengsaran bagi manusia itu sendiri.

Ini bukan perkara mudah. Selain ilmu, manusia juga diberi Allah syahwat duniawi. Manusia bergulat antara nafsu positif dan nafsu negatif. Kesamaan berbuat baik dan jelek beradu dalam diri manusia. Hal ini menjadi ujian bagi kekhalifahan manusia. Bila Allah berkehendak, bisa saja Allah menugaskan malaikat buat mengatur dunia, menyelaraskan eko sistem, dan menundukkan para pelaku kerusakan dan kejahatan. Akan tetapi, ketentuan Allah tak seperti itu.

Peran tugas manusia sebagai khalifah ialah hal nan unik. Kok, bisa-bisanya amanah diberikan kepada makhluk nan tamak, angkuh, dan getol berperang. Bukankah lebih baik makhluk taat seperti malaikat saja nan mengurus bumi?

Justru di sinilah uniknya pemberian tugas kekhalifahan kepada manusia. Allah tak menginginkan hasil, tetapi juga proses. Allah menghendaki manusia mampu memenangkan pertarungan antara kesamaan ilahi dan kesamaan syahwani nan bergumul dalam dirinya. Mengubah kelemahan menjadi kekuatan, kekurangan menuju keberhasilan, juga kejahatan menuju kebaikan.

Tugas manusia sebagai khalifah bukan berarti setiap manusia menjadi pemimpin bagi manusia lainnya. Akan tetapi, tugas manusia sebagai khalifah ialah mendayakan seluruh kemampuannya buat kebaikan. Mengatur dirinya agar tak melakukan kerusakan dan kesia-siaan. Dan menegur manusia lain nan berbuat serupa.

Peran dan tugas manusia sebagai khalifah juga bukan berarti berkutat pada tugas-tugas besar seperti menghentikan perang, mendamaikan permusuhan, mengembalikan ekosistem nan rusak, dan sebagainya. Juga mengurus perkara sepele nan sering dilupakan. Misalnya, buang sampah pada tempatnya, tak buang air kecil sembarangan, menjaga fasilitas umum, dan hal-hal kecil lainnya.

Tugas manusia sebagai khalifah juga memainkan peran nan sangat penting. Yaitu menghentikan segala kerusakan nan diakibatkan oleh tangan-tangan manusia, nan telah lupa amanah dan tugasnya sebagai khalifah. Manusia berkewajiban menata dinamika manusia itu sendiri. Memberi nasihat, menegur, dan memaksimalkan potensi-potensi nan ada pada diri manusia itu sendiri.

Tidak semua manusia sadar akan kekhalifahannya. Dengan demikian, khalifah-khalifah lainnya harus menyadarkan kembali peran dan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Mempersiapkan SDM, manajemen nan baik, pengelolaan nan tepat, serta penegakan hukum merupakan tugas kekhalifahan nan penting.

Dinamika dan persoalan manusia begitu kompleks. Kesamaan syahwani manusia telah melahirkan kerusakan, kesedihan, perang, bencana, keangkuhan, dan tragedi-tragedi humanisme lainnya. Allah mengutus para nabi dan Rasul buat menyadarkan kembali peran dan tugas manusia sebagai khalifah nan seharusnya membuat kebaikan.



Tugas Manusia sebagai Khalifah: Menyampaikan Ajaran-Ajaran Allah

Manusia itu mudah lupa diri. Gemerlap duniawi membuat manusia silau dan buta. Manusia lupa akan tujuan penciptaannya. Padahal, Allah telah berfirman,

"tidak ku ciptakan jin dan manusia kecuali buat beribadah padaku" (adz-Dzariat: 56).

Bahkan lebih parah lagi, banyak manusia nan inkar dan arogan dihadapan Allah. Ia mengira bahwa harta, jabatan, serta kekuasaan bisa menyelamatkannya dari azab Allah. Makin hebat seseorang, makin hebat pula kesombongannya kepada Allah swt.

Sementara, banyak pula manusia nan tak tahu siapa dan bagaimana mengabdi kepada Allah. Hari-harinya disibukkan oleh aktivitas keduniawian sehingga tak menyisakan waktu buat mengenal lebih dekat Tuhannya. Dengan demikian, menjadi suatu kewajiban bagi manusia lainnya buat mengingati dan memberi ajaran kepada manusia lainnya.

Tugas manusia sebagai khalifah ialah bagaimana bisa menyampaikan dan menyebarkan ajaran-ajaran nan disampaikan Allah melalui nabi dan Rasul. Para nabi dan Rasul memang telah tiada, namun perjuangan dan dakwah mereka bukan berarti harus terhenti. Sebagai umat Islam, kewajiban muslimin ialah menyampaikan ajaran-ajaran Allah nan terkandung dalam Alquran dan sunnah nabi.

Amar ma'ruf nahi munkar menjadi tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Allah berfirman, "kalian ialah sebaik-baik umat, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran". Manusia memiliki kewajiban saling menasihati. Amar ma'ruf nahi munkar ialah suatu kewajiban bagi setiap manusia. Namun, tentu kewajiban tersebut sinkron dengan kapasitas masing-masing.

Meninggalkan tugas manusia sebagai khalifah dalam menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran akan berakibat buruk. Bukan hanya kepada pelaku maksiat dan munkar saja, namun juga masyarakat luas. Desa nan dimusnahkan Allah sebab kemaksiatan, bukan hanya menimpa para pelakunya, tetapi juga penduduk sekitar.

Ibarat sebuah kapal di lautan nan hendak dilubangi oleh seorang penumpang. Maka penumpang lainnya wajib menasihati dan mencegah agar hal itu tak terjadi. Berdiam diri melihat pelubangan kapal tersebut, berarti merelakan kapal beserta penumpang-penumpang di dalamnya tenggelam.

Menyampaikan ajaran-ajaran Allah ialah amanah dan tugas manusia sebagai khalifah. Manusia tak diciptakan buat kesia-siaan, namun buat satu tujuan nan pasti. Memberi pengajaran, berdakwah, menasihati serta memberi bimbingan merupakan kewajiban antar sesama manusia. Dengan begitu, kehidupan manusia bisa serasi dengan alam dan dekat dengan Allah swt.