Martapura – Kota Santri

Martapura – Kota Santri

Martapura merupakan salah satu kota kebanggaan masyarakat Indonesia. Siapa coba nan tak mengenal kota intan ini? Tidak hanya penduduk pribumi, melainkan masyarakat asing juga cukup mengetahui tentang kota ini. Apa nan Anda ketahui mengenai Kota Martapura ini? Untuk mengetahui lebih dalam, berikut selayang pandang Kota Martapura.



Martapura – Selayang Pandang

Martapura merupakan sebuah kecamatan nan terdapat di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Martapura juga menjadi ibu kota dari Kabupaten Banjar ini. Martapura sudah terkenal sejak zaman dahulu. Bahkan, Martapura pernah menjadi ibu kota terakhir dari Kesultanan Banjar, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Adam nan memerintah antara tahun 1825 – 1857.

Nama Martapura diberikan oleh Raja Banjar ke-4, yaitu Sultan Mustain Billah sekitar tahun 1630. Di Martapura, terdapat sebuah sungai nan dinamai sama dengan kota ini, yaitu Sungai Martapura. Sungai ini dikenal juga sebagai Sungai Banjar Kecil. Sungai ini merupakan anak Sungai Barito nan hulunya terdapat di Martapura dan bermuara ke Sungai Barito. Sungai Martapura biasa digunakan pula sebagai pelabuhan.



Martapura – Kota dengan Kemilau Batu Permata

Siapa nan tak mengenal salah satu produk dari Martapura? Ya, batu permata. Jika ingin mencari batu permata orisinil dari Indonesia, kota ini ialah tempatnya. Anda mungkin salah satu dari sekian banyak orang nan pernah mengunjungi Martapura. Pengalaman nan tak terlupakan, bukan? Tanah Martapura kaya akan mineral batu dan bahan tambang. Salah satu mineral batu nan bisa ditemukan di Martapura ialah intan.

Intan termasuk salah satu batu mulia nan jika dijual memiliki harga nan sangat mahal. Intan merupakan bentuk nan lebih sederhana dari berlian. Jika intan digosok dengan lebih baik akan menjadi berlian. Dengan banyaknya intan nan ditemukan di daerah ini, maka Martapura memiliki sebutan sebagai Kota Intan.

Daerah di Martapura nan banyak menghasilkan intan ialah daerah Cempaka dan Pengaron. Para pendulang di kedua daerah ini hampir setiap hari mendapatkan intan, meskipun intan-intan nan didapatkan hanyalah intan-intan kecil. Intan-intan dengan ukuran besar hanya sesekali saja ditemukan.

Salah satu intan dengan ukuran besar nan ditemukan di Martapura diberi nama Putri Malu. Berat intan ini sekitar 200 karat. Zat oksidasi merupakan ukuran nan digunakan buat menghitung berat batu mulia. Satu zat oksidasi beratnya sama dengan 0,2 gram. Saat dibeli, intan tersebut dihargai dua milyar. Namun, setelah dijual kembali, intan itu dihargai delapan milyar.Meskipun harganya sudah begitu mahal, intan tersebut masih mentah. Jika intan tersebut telah digosok, harganya tentu akan semakin berlipat.

Sebagai kota intan, transaksi penjualan intan di Martapura berjalan dengan sangat lancar. Intan nan dijual di kota ini ada nan masih mentah, ada pula nan sudah digosok. Ada dua cara penjualan intan di kota ini. Cara nan pertama ialah dengan menjual intan di pusat pertokoan. Adapun cara nan kedua ialah cara pembalantikan intan (cara nan khas di kota ini), yaitu intan disimpan dalam kantong atau dompet para penjual, lalu mereka bergerombol di suatu loka sambil memamerkan intan-intan jualannya kepada calon pembeli.

Sampai saat ini, para penjual intan di Martapura masih belum dapat memaksimalkan kualitas olahan intannya. Hal tersebut dikarenakan kurangnya peralatan dan kapital agar bisa menghasilkan intan dengan kualitas nan lebih baik. Padahal, jika intan nan dihasilkan diolah dengan kualitas nan lebih baik maka para pengrajin intan ini akan mendapatkan penghasilan nan jauh lebih baik.

Selain intan, Martapura pun menghasilkan berbagai macam batu permata lainnya. Batu mulia lain nan bisa ditemukan di kota ini antara lain kecubung, mata kucing, opal, ruby, safir, dan topaz. Batu-batu permata tersebut dbentuk dalam berbagai macam aksesori, seperti cincin, kalung, gelang, anting, dan bros.

Harga batu permata nan dijual di Martapura sangat beragam. Ada nan harganya terjangkau dan ada pula nan harganya dapat membuat kantong bolong. Harga batu permata tersebut ditentukan dari empat faktor nan dikenal sebagai 4 C, yaitu sebagai berikut.



1. Color (Warna)

Warna batu permata menentukan harganya. Semakin kuat dan latif warnanya maka akan semakin tinggi harganya. Selain itu, semakin langka rona suatu batu permata, maka akan semakin tinggi pula hargannya.



2. Clarity (Kejelasan)

Kejelasan ini berkaitan dengan “inklusi” atau kotoran nan terdapat pada batu permata. Inklusi ini biasanya mineral lain nan terperangkap dalam batu permata. Inklusi ini dapat jadi sebuah stigma pad batu permata sehingga akan menurunkan harganya.



3. Cut (Potongan)

Potongan sebuah batu pertama bisa menentukan harga batu tersebut. Jika potongannya baik maka batu permata tersebut memiliki pantulan nan cemerlang dan akan menaikkan hargannya.



4. Carat (Karat)

Karat ialah satuan nan digunakan buat menghitung berat batu permata. Semakin besar karatnya, semakin tinggi pula harganya.



Martapura – Kota Santri

Selain terkenal sebagai kota intan, Martapura terkenal pula sebagai kota santri. Di kota ini terdapat banyak pesantren di mana para santri belajar ilmu agama. Para santri tersebut berpakaian putih-putih. Alasan ini pun membuat penduduk Kalimantan Selatan menyebut Kota Martapura sebagai Serambi Mekkah. Salah satu pesantren nan terkenal di Martapura ialah pesantren Darussalam.

Pesantren ini didirikan oleh K.H. Djamaluddin pada 14 Juli 1914. Nama pesantren ini diambil dari nama surga, yaitu Darussalam. Pesantren Darussalam memiliki peran krusial dalam perkembangan Islam di Kalimantan Selatan. Pendidikan di pesantren ini tak hanya menanamkan ajaran Islam, namun juga pendidikan umum. Dengan demikian, para santri juga siap buat hayati bermasyarakat saat kembali ke masyarakat.

Sebagai kota santri, Anda akan banyak menemukan masjid di Martapura. Salah satu masjid nan paling terkenal ialah Masjid Al Karomah. Masjid ini merupakan masjid nan paling besar di kota ini. Masjid ini berfungsi sebagai loka peribadatan, dakwah islamiyah, dan juga loka berinegrasinya umat Islam.

Arsitektur Masjid Al Karomah bergaya modern. Kubahnya unik dengan warna-warna di puncaknya dan dilengkapi oleh sebuah menara dengan arsitektur nan sama uniknya. Pada awalnya, Masjid Al Karomah memiliki bentuk arsitektur seperti Masjid Demak nan dibuat oleh Sunan Kalijaga.

Sampai saat ini, bangunan masjid sudah mengalami perbaikan sebayak tiga kali. Namun, ada bagian nan tetap dipertahankan, yaitu empat tiang nan terbuat dari kayu ulin. Selain itu, mimbar loka khatib berkhutbah juga tetap dipertahankan. Mimbar berukiran untaian bunga dan berbentuk anjung dan dilengkapi tangga ini telah berumur lebih dari satu abad.

Salah satu ulama nan sangat terkenal dari Martapura ialah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Ulama ini lahir pada 17 Maret 1710 dan meninggal pada 3 Oktober 1812. Beliau merupakan ulama fiqih dengan kitabnya nan terkenal, yaitu Kitab Sabilal Muhtadin. Kitab ini banyak digunakan sebagai acum bagi para pemeluk Islam di Asia Tenggara.Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari sempat belajar Islam di Kota Mekkah.

Setelah kembali dari Mekkah, beliau membagikan ilmu nan didapatnya kepada masyarakat dengan membuka loka pengajian. Masyarakat sangat ramai menuntut ilmu pada beliau sehingga beliau dianggap salah seorang penyebar agama Islam di Kalimantan Selatan.

Ternyata begitu banyak cerita mengenai kota Martapura. Sejarah dan kekayaan nan terkandung di dalamnya cukup mencengangkan. Pencerahan masyarakatlah nan sekarang harus menyertai perkembangan dan kemajuan kota tersebut. Peran pemerintah juga harus lebih besar dalam mengembangkan kekayaan alam di kota tersebut. Ya, sebab Martapura memiliki peran dalam kemajuan negara dan masyarakat di sana pada khususnya.