Suara Suling
Membaca sejarah suling atau seruling atau woodwind , ialah membaca sejarah agama, agama manusia. Karena bila diperkenankan, manusia menemukan Tuhan nan Maha Pengasih ketika hatinya disentuh oleh estetika suara suling. Bagaimana manusia dapat menemukan suling? Pertanyaan nan manis. Bagaimana bila dimulai dengan bagaimana manusia pertama kalinya meniup?
Ketika mendapati luka bakar, ketika sedang menyebarkan barah tungku, manusia cenderung reflek meniup. Akhirnya manusia memahami bahwa genre angin melalui suatu rongga sempit akan menghasilkan nada berbeda-beda. Manusia gua menemukan pula bahwa selain gema, mereka mendengar suara 'hantu' bagai orang meringis. Rupanya itu suara angin melewati rongga gua.
Nicholas Conrad seorang arkeologis dalam artikel John Noble Winford menjelaskan 35.000 tahun nan lalu, di kedalaman zaman es terakhir, suara musik suling memenuhi gua nan bertempat di barat daya Jerman. Loka nan sama dan waktu awal Homo sapiens eksis, juga berselang dengan eksisnya ukiran contoh tertua seni figuratif di dunia.
Suling tulang nan ditemukan para ilmuwan di Hohle Fels Cave di barat daya Jerman itu merupakan suling tertua, setidaknya usianya 35.000 tahun. Sebentuk seruling tiga lubang raksasa diukir dari gading itu ditemukan beberapa tahun lalu serta dua gelas nan terbuat dari tulang sayap angsa bisu. Dalam gua nan sama, para arkeolog juga menemukan ukiran nan latif dari hewan. Inovasi itu menandai pula debat mengenai kapan musik dikenal oleh manusia.
Dalam sebuah artikel nan diterbitkan online oleh jurnal Nature , Nicholas J. Conard dari Universitas Tübingen, di Jerman menjelaskan, " Temuan ini menunjukkan adanya tradisi musik nan mapan pada saat manusia modern (non neadherthal) mendiami Eropa ."
Meskipun pada uji radiokarbon nan mengira-ngira usia 30.000 tahun nan lalu dapat tak tepat, sampel dari tulang dan materi terkait diuji secara independen oleh dua laboratorium, di Inggris dan Jerman, dengan menggunakan metode nan berbeda menghasilkan data nan disepakati bahwa usia minimal suling dari tulang itu ialah 35.000 tahun.
Melihat bentuk ukiran tulang dengan lubang manis nan rapih, usia 35.000 tahun alias di zaman batu itu dapat dikorting beberapa ratus tahun lebih tua lagi, entah dalam bentuk suling nan paling sederhana penampakannya, sebab suling tulang nan ditemukan di gua Jerman itu bentuknya 'sempurna'.
Suling dan Mitologi Yunani
Penemuan suling nan berumur sangat tua menjelaskan peradaban para dewa Yunani nan berlangsung dalam era 1000 SM pertama, nan menghadirkan dewa-dewa bermain suling, hanyalah episode selanjutnya mengenai suling nan achaic. Bagi orang Yunani kuno, pemujaan pada dewa ialah memainkan musik-musik nan indah. Kedudukan primer bentuk ibadahnya keluar dari karakter musik nan sangat liar dimainkan.
Misalkan festival pemujaan atas dewi Rhea nan berada di Kreta. Pada festival nan berlangsung pada malam hari ini, musik paling liar diperdengarkan dari suara suling, simbal, dan drum terdengar. Suara musik ini menemani teriakan gembira dan pula tangisan disertai dengan tarian serta hentakan keras kaki orang-orang nan terdengar sampai ke langit.
Dijelaskan bahwa Apollo bahagia bermain harpa ditemani oleh suling Hermes. Dijelaskan bahwa putera Hermes, Pan nan berkaki kambing pandai bermain suling, dijelaskan bahwa Euterpe nan pandai main suling, juga Dionysus nan dipanggulnya selalu membawa suling. Bahkan mitologi Yunani ini lebih galak lagi sebagaimana nan dikutip dari E.M Berens.
Athena katanya nan menciptakan suling. " Ketika Perseus dengan donasi Athena telah memotong kepala Medusa, dua saudara perempuan Medusa melagukan tangisan dengan nyanyian dengan sedih, di mana Athen bahagia dengan suara tangisan itu, meniru melodinya pada semacam buluh, dan dengan demikian menciptakan suling ."
Suling Modern
Merujuk pada masa modern, dikenal suling nan hingga saat ini dapat Anda dapatkan di beberapa toko musik. Seruling ini dibuat dalam bentuk silinder dengan kolom udara terbuka sekitar 66 cm. Pitch fundamental ialah C tengah (C4) dan memiliki jeda sekitar tiga oktaf ke C7. Suara dihasilkan dari suling dihasilkan dengan meniup ke sisi nan lebih tajam dan menyebabkan udara tertutup dalam tabung bergetar.
Suling modern dikembangkan oleh Theobald Boehm nan bereksperimen dengan majemuk varian suling klasik pada 1832-1847. Tujuan awalnya dia ingin memberikan nada nan lebih besar pada suling. Namun, hasil akhirnya malah jadi baku dari suling modern.
Boehm akhirnya menghasilkan suling dengan tabung parabolic (bentukan mangkuk), gabungan antar tabung nan saling kontiniu dengan tubuh silindris tabung lain dengan bantalan pada kunci dan jari nan mampu menangkap serta menjadi bantalan nan pas bagi jari manusia. Sejak itu, pemugaran kecil lainnya telah dibuat.
Suling nan modern biasanya memiliki rentang dari C tengah (C4) ke atas selama sekitar tiga oktaf. Di Eropa, suling sering dibuat dengan medium dari kayu. Sementara suling medium perak umumnya digunakan di Amerika Serikat.
Rentang nada nan dapat dicapai oleh suling modern hampir dapat holistik nada. Di antaranya sebagai berikut.
B3C4 C#4 D4 D#4 E4 F4 F#4 G4 G#4 A4 A#4 B4C5 C#5 D5 D#5 E5 F5 F#5 G5 G#5 A5 A#5 B5C6 C#6 D6 D#6 E6 F6 F#6 G6 G#6 A6 A#6 B6C7 C#7 D7 D#7 E7 F7 F#7
Sementara bagi nada suling klasik (dengan tujuh lubang), nada nan mampu dicapai hanya sebagian kecil saja.
C4 C#4 D4 E4 F#4 D5 E5 F#5
Suling era Baroque (dengan enam lubang) dapat mencapai lebih dari setengah dari nada nan dicapai oleh suling klasik.
D4 D#4 E4 F4 F#4 G4 G#4 A4 A#4 B4C5 C#5 D5 D#5 E5 F5 F#5 G5 G#5 A5 A#5 B5C6 C#6 D6 D#6 E6 F6 F#6 G6 A6
Umumnya, siswa sekolah belajar bermain suling dengan suling klasik. Di Indonesia, suling bambu nan digunakan dalam pementasan musik daerah seperti gending atau tembang Cianjuran nan sering dimainkan di atas kerbau oleh anak gembala atau musik dangdut, dapat dikategorikan sebagai suling klasik.
Suara Suling
Pemain suling meniup cepat udara bagai hempasan jet dari lubang embrochure. Tekanan di dalam mulut pemain di atas atmosfer biasanya 1 kPa: cukup buat mendukung disparitas ketinggian 10 cm dalam manometer air. Kerja nan dilakukan buat mempercepat udara dalam hempasan jet ini merupakan sumber input daya buat instrumen suling tersebut.
Pemain suling memberikan kekuatan terus menerus, dalam analogi nan setara dengan kerja listrik, semisal daya listrik DC. Suara, bagaimanapun juga membutuhkan mobilitas osilasi atau genre udara (seperti listrik AC).
Dalam suling, hempasan jet udara bekerja sama dengan resonansi di udara dalam lorong instrumen suling sehingga menghasilkan komponen osilasi aliran. Setelah udara di suling bergetar, beberapa dari energi nan dipancarkan terdengar keluar dari ujung dan dari setiap lubang suling nan terbuka.
Dalam hempasan energi itu, sebenarnya ada sejumlah energi nan jauh lebih besar nan hilang sebagai dampak dari gesekan dengan dinding rongga suling. Akan halnya, energi ini akan digantikan oleh energi lain nan dimasukkan ke dalam rongga oleh pemain suling. Begitulah seterusnya berulang ulang hingga suara hempasan jet itu sayup menghilang sinkron dengan lama frekuensi getaran terakhir nan dihasilkan.