Promosi
Philip Kotler menegaskan inti dari bisnis jasa dan produk adalah services . Tanpa services, semua konsumen akan lari. Salah satu strategi buat melakukan services ini adalah promosi. Namun, pemahaman inti teknik ini gagal dipahami sebagian pihak.
Promosi tak ubahnya jadi penawaran nan memaksa. Konsumen risih dampak cara-cara nan ditempuh. Satu dari sekian promosi nan demikian identik dengan promosi kartu kredit . Tanpa bermaksud menggeneralisasi, promosi kartu kredit kerap menuai keluhan. Komplain ini dapat disimak dari berbagai media, koran, internet, blog, dan bentuk media lainnya.
Promosi kartu kredit nan dikeluhkan berkisar pada cara dan kualitas nan diperoleh. Cara mengontak nomor telepon pribadi agak tak sopan buat ukuran promosi. Sementara kualitas para penikmat kartu kredit, sering mengeluh sebab tak sinkron dengan promosi nan dijanjikan.
Sopan
Sopan tak mempunyai bentuk baku. Sopan bersifat relatif. Namun, ada baku sama nan dipegang oleh hampir setiap orang. Promosi kartu kredit nan telah berani menelepon ke nomor pribadi buat menawarkan produknya dianggap melecehkan hak privasi.
Akan tetapi, sebagian orang melihat itu sah-sah saja meskipun buat urusan kualitas mustahil relatif. Promosi kartu kredit harus sinkron dengan nan tertera saat iklan. Banyak konsumen terjebak janji manis atau iklan bombastis.
Promosi
Inti dari promosi adalah mengenalkan barang atau produk pada konsumen. Perlu diingat bahwa perusahaan tak dapat memaksakan kehendak. Dalam bahasa Jack Trout dan Al Ries, justru perusahaan nan harus menyesuaikan diri dengan apa nan ada dipersepsi konsumen. Demikian pun dengan promosi.
Metode promosi harus relevan dengan sasaran massa nan dituju. Prinsip komunikasi pemasaran berbunyi “ Treat me as a individual not a number ”. Konsumen bukan karakter homogen, melainkan plural. Oleh sebab itu, teknik promosi harus lentur dan fleksibel. Berkaca pada taget massa nan dihadapi. Siapa, apa, dan bagaimana.
Sasaran promosi kartu kredit niscaya kalangan menengah ke atas. Dilakukan di mall-mall, factory outlet , dan loka elit lainnya. Pendekatan nan digunakan ialah menggaet hatinya. Meminjam istilah Hermawan Kartajaya, heart share . Kuncinya ialah sincerity (ketulusan) dan honesty (kejujuran).
Sales yang mempromosikan kartu kredit tentunya bukan robot. Selalu mengacu pada kata-kata baku. "Selamat siang, Pak. Ada promosi kartu kredit, bla bla bla." Ketulusan dan kejujuran terpancar bukan dari hal demikian. Namun, unsur humanity yang timbul dampak fitrah manusia. Misalnya, senyum nan tulus dan mimik paras nan natural.