Teknik Menyusun Bahan Ajar

Teknik Menyusun Bahan Ajar

Salah satu karakteristik guru ideal ialah nan mempersiapkan perangkat atau bahan ajar dengan efektif. Banyak kasus nan terjadi di kelas-kelas. antara lain murid nan tak tertarik dengan materi pelajaran, sasaran pembelajaran nan tak tercapai, dan lain-lain. Hal ini disebabkan sebab kurangnya kesiapan bahan atau pembuatannya nan kurang efektif oleh guru nan bersangkutan.

Bahan ajar merupakan serangkaian informasi alat dan teks nan digunakan pendidik buat merencanakan dan menelaah implementasi pembelajaran. Artikel ini akan mengupas lebih mendalam pengertian bahan ajar, bentuk, ruang lingkup, penyusunan, dan alur penyusunannya.



Definisi Bahan Ajar

Segala bentuk bahan nan digunakan buat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas disebut bahan ajar. Bahan nan dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tak tertulis. Dengan kata lain bahan ajar ialah seperangkat materi nan disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta lingkungan atau suasana nan memungkinkan siswa buat belajar.

Kadang kita sering tertukar atau bahkan menyamakan antara bahan dengan sumber belajar. Definisi sumber otodidak ialah segala loka atau lingkungan sekitar, benda, atau orang nan mengandung informasi nan bisa digunakan sebagai wahana bagi peserta didik buat melakukan proses perubahan tingkah laku.

Dengan demikian, antara bahan dan sumber belajar saling berkaitan. Bahan pembelajaran bisa disebut sebagai planning pedagogi nan didukung oleh seperangkat ' tools ' nan disebut sumber belajar.



Fungsi Bahan Ajar

Fungsi bahan ajar dalam proses belajar mengajar sangat fundamental, antara lain :

  1. Sebagai pedoman bagi guru buat merancang semua aktivitas pembelajaran nan menyenangkan di kelas, sehingga tujuan atau kompetensi belajar secara efektif bisa tercapai.
  1. Panduan bagi siswa buat mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran , sekaligus merupakan substansi kompetensi nan seharusnya diajarkan.
  1. Sebagai alat penilaian pencapaian siswa terhadap sasaran pembelajaran.
  1. Bentuk dan ruang lingkup bahan ajar.

Bentuk bahan ajar bisa berupa bahan cetak, seperti hand out , modul, buku, brosur, lembar kerja siswa, wallchart , leaflet , dan lain sebagainya. Bahan ini juga bisa berbentuk audio (seperti radio, kaset, CD) dan audio visual (seperti film atau video, CD). Bentuk visual seperti foto, gambar, maket atau model bisa pula dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran.

Saat ini, bahan pembelajarn berbentuk multimedia semakin marak digunakan di sekolah-sekolah, seperti internet, CD interaktif, dan computer based . Hand out merupakan bentuk hard copy dari makalah atau slide-slide nan guru tampilkan kepada murid.

Buku masih memiliki peran nan sangat krusial pada proses mencari informasi nan berkaitan dengan materi pembelajaran. Banyaknya media audio visual nan serba praktis, terkadang membuat siswa agak enggan membuka-buka buku sumber. Oleh sebab itu, guru perlu menyelipkan aktivitas ini dalam rancangan bahannya.

Modul ialah bahan ajar nan disusun secara sistematis dan menarik nan mencakup isi materi, metode, dan penilaian nan bisa dilakukan secara mandiri. Untuk penyusunan lembar kerja siswa atau LKS, langkah-langkahnya ialah sebagai berikut :

  1. Lakukan analisis kurikulum, antara lain SK, KD, Indikator, dan materi pembelajaran.
  1. Membuat mapping cakupan LKS
  1. Tentukan judul LKS
  1. Menulis LKS
  1. Menentukan alat penilaian

Ketika Anda akan merancang sebuah bahan pembelajaran, maka perlu diketahui cakupan atau ruang lingkup nan harus dimasukkan ke dalamnya, yaitu :

  1. Judul, Metode Pembelajaran, Baku kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, dan Tempat
  1. Petunjuk belajar atau petunjuk siswa atau guru
  1. Tujuan pembelajaran nan akan dicapai
  1. Informasi pendukung
  1. Latihan-latihan
  1. Petunjuk Kerja
  1. Penilaian


Teknik Menyusun Bahan Ajar

Prinsipnya, menyusun bahan pembelajaran seperti halnya meracik bumbu-bumbu kuliner agar rasanya pas dan tampilannya luar biasa memikat. Demikian pula di kelas. Apapun materi pelajaran, jika guru mampu merancang bahan pembelajaran dengan efektif dan mengakomodasi semua gaya belajar siswa, maka sasaran pembelajaran akan tercapai. Oleh sebab itu, hindari gaya belajar nan konvensional, yakni guru sebagai pusat belajar, sedangkan siswa hanya obyek dalam belajar.

Hal fundamental nan perlu diperhatikan dalam membuat bahan pembelajaran ialah tentukan terlebih dahulu baku kompetensi dan kompetensi dasar nan ingin dicapai pada suatu materi pelajaran. Usahakan tujuan nan dicapai kalimatnya bersifat operasional, seperti siswa mampu menyelesakan operasi pembagian dalam bentuk soal cerita. Hal ini dimaksudkan agar pencapaian siswa bisa terukur dengan mudah.

Setelah itu, buatlah indikator nan berhubungan dengan materi. Ini krusial agar guru bisa membatasi materi nan disampaikan kepada siswa. Misalnya pada pembahasan materi soal cerita pembagian, maka indikatornya ialah siswa mampu menentukan kalimat operasional pembagian pada soal cerita. Dapat juga siswa mampu menyelesaikan soal cerita pembagian dengan menggunakan gambar atau cara bersusun panjang/pendek (sesuai SK-KDnya).

Kemudian langkah selanjutnya ialah menyusun kegiatan pembelajaran. Untuk bagian ini, perlu kreatifitas guru buat menyusun rancangan kegiatan nan kreatif agar murid belajar dalam aktivitas nan menyenangkan.

Secara generik kegiatan pembelajaran bisa dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Misalnya ketika mengenalkan konsep pembagian, maka guru dapat membuka pembelajaran dengan pertanyaan seperti " Bagaimana caranya agar 1 buah apel bisa dibagi secara merata kepada 4 anak?".

Dari pertanyaan ini akan memunculkan aktivitas berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil. Secara otomatis siswa terlibat dalam kegiatan belajar aktif atau active learning , problem solving , dan konstruktivisme .
Kegiatan diskusi tersebut bisa dimasukkan dalam kegiatan inti.

Mungkin Anda tidak pernah terbayangkan, kalau diskusi bisa disisipkan pada pelajaran matematika. Biasanya dalam gaya belajar konvensional, guru langsung mengajarkan rumus, kemudian siswa diberikan soal. Cara seperti ini mematkan potensi siswa dan tentu saja membosankan, sebab kurang ada tantangan.

Pada kegiatan epilog atau istilahnya refleksi, guru bisa melakukan feed back atau umpan balik buat mengetahui apakah siswa sudah memahami materi nan diberikan atau sebaliknya. Ada sedikit tips saat melakukan umpan balik.

Alangkah baiknya jika guru memberikan soal berbentuk kuis atau tebak-tebakan, daripada bertanya "Apakah ada pertanyaan?" atau "Siapa nan masih belum paham?". Umumnya siswa akan menjawab tak ada, sebab mereka menghindari guru mengulang kembali klarifikasi materi.

Langkah berikutnya ialah menentukan bahan ajar buat mendukung proses pembelajaran. Biasa juga disebut media pembelajaran. Media pembelajaran tak harus selalu mahal atau membeli nan baru. Ajarkan kepada siswa bahwa benda-benda bekas nan ada di sekitar mereka bisa dijadikan media pembelajaran.

Contohnya pada materi konsep pembagian dengan benda, guru dapat menggunakan biji-biji salak atau benda-benda bekas lainnya. Selain memudahkan siswa memahami materi lewat media, sekaligus mengajarkan kepada siswa buat mencintai lingkungan dengan memanfaatkan sampah.

Dalam penggunaan media belajar audio visual, perlu diperhatikan alokasi waktunya. Apakah misalnya, video atau kaset nan digunakan tersebut sebagai brainstorming atau pembukaan pembelajaran atau inti kegiatan. Alokasi waktu terbanyak ada pada kegiatan inti.

Perlu dipahami di sini, bahwa menyusun bahan pembelajaran tak hanya sekedar menggugurkan kewajiban sebagai seorang guru. Bahan pembelajaran nan Anda untuk akan berdampak besar pada anak didik kita, sang generasi penerus bangsa.

Buatlah bahan pembelajaran dengan professional. Rancanglah waktu spesifik bagi guru buat menyusun bahan ajar, agar mereka bisa mencari resources atau sumber-sumber secara meluas. Dengan demiikian, anak didik mendapatkan informasi yag lebih aktual. Manfaatkan internet sebagai salah satu bahan ajar. Selamat mencoba!!