Islam KTP: Orang nan Hanya Mementingkan Cover Daripada Konten

Islam KTP: Orang nan Hanya Mementingkan Cover Daripada Konten

Islam KTP . Anda niscaya pernah mendengar istilah itu bukan? Islam ialah nama sebuah agama, nan mayoritas dianut oleh penduduk Indonesia, sedangkan KTP ialah kartu nan menunjukkan bukti diri sebagai warga negara Indonesia. Lalu, apa hubungannya antara Islam dan KTP?

Secara umum, Islam KTP menunjukkan keislaman nan hanya sebatas keturunan dan asal tertera di KTP-nya saja. Mengapa menggunakan istilah Islam KTP? Bukan Islam keturunan, Islam SIM, atau Islam KK. Sebab memang di KTP daerah mana pun selama dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia, selalu ada baris pertanyaan "agama", pertanyaan ini harus dijawab bagi semua penduduk nan ingin memiliki KTP. Akan sangat bermasalah bila pertanyaan agama ini dibiarkan kosong atau ditulis atheist misalnya. Bisa-bisa, Anda akan ditangkap sebab dianggap menyebarluaskan paham komunisme di Indonesia dan bisa dituduh membahayakan stabilitas negara, seperti pada zaman orde barunya Soeharto.

Bila ditelaah, nyatanya memang Islam KTP di Indonesia berjumlah cukup besar dan keberadaannya menjadi dilema tersendiri bagi para penggiat dakwah Islam karena pemikiran, perilaku, dan ibadah mereka terkadang justru merusak cira Islam itu sendiri. Lalu, siapa sajakah orang nan termasuk Islam KTP itu? Berikut ini klarifikasi dan analisis detailnya.



Islam KTP: Orang nan Tidak Menjalankan Ibadah dengan Baik dan Benar

Orang nan Islamnya hanya sebatas Islam KTP ialah orang nan tak menjalankan ibadahnya dengan baik dan benar. Sebagai contoh, pada saat umat muslim lainnya sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan misalnya, mereka malah makan dan minum semaunya tidak menghormati orang lain nan sedang berpuasa. Atau pada saat para pria muslim menjalankan ibadah shalat Jumat, mereka nan Islam KTP ini malah masih asyik dengan kesibukannya sendiri tanpa alasan nan kuat, seakan shalat Jumat kalah penting.

Hal seperti ini tentuk akan merugikan gambaran Islam itu sendiri, apalagi di mata umat beragama lain nan akan menilai negatif ajaran Islam sebab dianggap tak dihormati oleh pemeluk agamanya sendiri. Orang Islam KTP seperti ini sebenarnya ialah orang Islam nan mengerti ajaran Islam, tapi tak mau menjalankannya dengan total dan penuh kesungguhan. Walhasil, semuanya serba tanggung dan setengah-setengah. Di satu sisi ingin dianggap dan diperlakukan sebagai orang Islam, tapi di sisi lain tak ingin menjalankan kewajibannya.

Untuk tipe Islam KTP nan seperti ini, cenderung masih mudah buat mengajaknya kembali menjadi muslim nan baik sebab biasanya mereka ialah orang-orang nan sebenarnya "tahu, tetapi tak mau". Karena pada dasarnya, orang Islam KTP seperti ini sudah memiliki pemahaman Islam nan cukup baik. Agar mereka mau menjalankan kewajibannya sebagai layaknya seorang muslim nan baik, mereka tinggal diberi peringatan dan pemahaman dengan cara nan baik tentunya. Maka, Insya Allah mereka akan beralih dari sekadar Islam KTP menjadi seorang muslim nan menjalankan Islam sesungguhnya.



Islam KTP: Orang Awam nan Tidak Mengerti Ajaran Islam

Banyak orang Islam nan masih kuat dipengaruhi oleh adat dan tradisi sinkritismenya. Baik nan tinggal di pedesaan, pelosok nusantara, maupun nan ada di sekitar kita. Biasanya, mereka menjalankan berbagai ritual secara turun temurun tanpa mengerti bahwa banyak di antara ritual nan dilakukan tersebut sebenarnya bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.

Praktik memberi sesajen atau persembahan kepada penguasa alam mistik nan dianggap berkuasa dan bisa mendatangkan keberkahan, dengan segala bentuk dan versinya, masih banyak dilakukan oleh penduduk di daerah tersebut. Mereka sebenarnya ialah orang nan "tidak tahu, tapi mau" dalam menjalankan Islam. Kebanyakan dari mereka memang tak tahu bahwa praktik sinkritisme nan merupakan perpaduan ajaran masa Hindu/Budha.

Dengan Islam nan mereka lakukan itu, sebenarnya tak dikenal dalam ajaran Islam sesungguhnya. Namun, mereka mempunyai semangat ibadah kepada Tuhan nan tinggi terbukti dari seringnya melakukan ritual keagamaan nan sayangnya kurang tepat. Jadilah, stempel Islam KTP disematkan pada mereka dampak keawaman dan ketidaktahuan mereka akan ajaran Islam nan sesungguhnya.

Tugas para ulama dan orang-orang nan lebih baik pemahaman Islamnyalah buat mengajak mereka kembali belajar Islam agar mendapatkan pemahaman Islam nan tepat sehingga praktik-praktik sinkritisme tersebut dapat ditinggalkan.



Islam KTP: Orang nan Hanya Mementingkan Cover Daripada Konten

Disadari atau tidak, diakui atau tidak, namun pada kenyataannya, rusaknya negara ini juga disebabkan sebab banyaknya orang Islam KTP nan memang hanya mementingkan cover daripada konten. Akibatnya, sungguh dahsyat, seperti nan sering terlihat, maraknya praktik korupsi di mana-mana, bahkan departemen nomor satu terbesar korupsinya ialah departemen agama!

Banyak pelaku kejahatan ialah mereka nan telah pulang pergi naik haji. Banyak pula wanita berkerudung rapi, ternyata rapi pula menyembunyikan praktik korupsi. Bila bulan puasa tiba, mereka giat melakukan santunan kepada anak yatim dan dhuafa, padahal sehari-harinya mereka secara sistematis dan dengan sengaja telah membuat orang miskin harus berpuasa sebab tidak kuasa mendapatkan nafkah ala kadarnya.

Banyak pula di antara orang nan Islam KTP ini justru berstatus pendakwah dan pakar agama. Namun sayangnya, status nan disandangnya itu membuat mereka seakan menjadi pemilik kebenaran nan sesungguhnya. Banyak kekerasan nan terjadi dengan mengatasnamakan agama. Nilai-nilai Islam nan universal direduksi menjadi sekadar simbol dan jargon dengan pemahaman nan sempit dan eksklusif. Akibatnya, nan ada hanya hitam putih, sahih salah, kita mereka, musuh teman, surga neraka, dan sebagainya. Pemahaman seperti itu justru membahayakan sebab bisa memecah belah umat, dan hanya membuat umat agama lain tertawa.



Islam KTP: Orang nan Kecewa dan Berbalik Arah

Bila Anda tipe orang nan rajin berselancar di global maya, maka akan menemukan maraknya kenyataan ateis, terutama di kalangan anak muda. Banyak di antara mereka pada awalnya ialah orang Islam juga. Namun, perjalanan hayati nan penuh dinamika membuat mereka kecewa. Kecewa pada masyarakat, kecewa pada sistem, kecewa pada keadaan, dan kecewa kepada tuhan.

Akumulasi kekecewaan nan terus menumpuk, tak adanya solusi nan nyata, pemahaman agama nan pada dasarnya lemah, sikap kritis dan cerdas nan hanya berlandaskan logika semata, membuat mereka pada akhirnya berbalik arah. Menjadi ateis dan meninggalkan kepercayaan pada agama. Mereka melihat tak ada contoh nan baik dari para pemuka agama, termasuk nabi dan pengikutnya. Ditambah lagi, akses informasi nan sangat mudah sehingga berbagai informasi dapat didapat, termasuk informasi nan salah tentang agama.

Pemutarbalikan fakta memang sudah menjadi bagian dari perang informasi. Anak-anak muda nan cerdas, kritis, tapi kecewa ini lalu seperti mendapatkan "pencerahan". Pembebasan dari nilai-nilai agama nan selama ini dianggap mengungkung dan dogmatis bagaikan oase dan solusi nan dicari-cari selama ini. Akhirnya, menjadi ateis menjadi pilihan hidup. Namun, kualitas ateis mereka masih banyak nan sebatas di global maya. Sebab, walaupun telah mengumbar sebagai ateis di jagad website, namun pada kenyataanya banyak di antara mereka nan masih berstatus Islam meski hanya Islam KTP.

Mereka masih berinteraksi dengan sesama muslim lainnya, baik di lingkungan keluarga, kampus, atau loka bekerja. Mereka masih menerima THR saat menjelang lebaran, sesuatu nan seharusnya ditolak sebab berdosa berdasarkan pemahaman barunya. Artinya, masih ada peluang buat mengajak tipe Islam KTP seperti ini buat kembali menjadi muslim nan bak. Asalkan, diajak berdialog oleh orang nan tepat dan bukan hanya sekadar ustadz, apalagi ustadz pakar maksiat nan hobi menyerobot tanah wakaf.

Semoga kita semua tak termasuk dari keempat tipe Islam KTP di atas. Wallahu A'lam.