Banyak Tantangan

Banyak Tantangan



Tidak Mudah

Satu hal nan harus diingat ketika ingin menjadi seorang pengusaha, yaitu ketangguhan. Ketangguhan ini tak hanyadari tenaga nan diwakili oleh fisik nan tangguh, tetapi jauh lebih krusial mempunyai jiwa nan tangguh. Tanpa adanya jiwa nan tangguh, satu kali mendapatkan masalah, maka keinginan menjadi seorang pengusaha akan terlindas dan terkubur dengan damai di jantung hati. Jangan tanyakan berapa banyak orang nan telah mengubur angan-angannya menjadi pengusaha.

Berbagai kesulitan itu benar-benar membuat pikiran terkuras dan tenaga lepas. Siang malam berjuang hanya buat mendapatkan fenomena ditipu oleh rekan berbisnis. Pengalaman ini tak sedikit dialami oleh para pengusaha nan baru merintis usahanya. Akhirnya harus keluar dari perusahaan nan telah ikut didirikan. Tidak harus bercerita tentang Steve Jobs nan juga mengalami hal nan sama. Orang biasa saja banyak seperti itu. Mereka pun harus bangkit dan mencari kapital lagi buat membuat perusahaan baru.

Semua kapital awal nan ditanamkan di perusahaan pertama nan telah dirampas oleh orang lain itu, hilang, lenyap tidak berbekas. Global tampak sangat kejam dan sangat mengerikan. Hanya orang nan berjiwa bagus nan dengan rela melepaskan semua itu tanpa banyak bicara. Ia tak mau berlarut sebab pikirannya telah dipenuhi oleh berbagai hal nan harus dilakukannya demi mendapatkan rezeki lagi. Ia tak kapok berusaha sebab kalau tak melakukan apa-apa, artinya mati.

Biasanya orang-orang seperti ini akhirnya akan menemukan usaha nan akan membuatnya sukses. Jatuh bangun berkali-kali. Berganti bidang usaha juga berkali-kali sehingga mantap dengan satu usaha nan dianggap memang dapat mewakili dirinya dan memberikan laba bagus. Jangan melihat apa nan telah diraih seseorang pada saat ini. Cobalah mendapatkan informasi bagaimana ia meraih apa nan telah ia dapatkan. Kalau pengalaman itu bagus, ambillah. Sebaliknya, kalau pengalaman itu tak bagus, tinggalkan.

Motivasi menjadi seorang pengusaha memang harus digali. Salah satunya ialah dengan banyak berbagi kisah dengan orang-orang nan telah terlebih dahulu terjun ke global bisnis. Bagaimana berhubungan dengan pihak pemodal, bagaimana membuat proposal pengajuan kredit ke bank, dan bagaimana lebih mendekatkan diri kepada Tuhan agar diberi rezeki nan semakin banyak. Seperti para pedagang nan ada di pasar Beringharjo, Yogyakarta nan akan menambah sedekahnya ketika pembeli sepi.

Para pengusaha berhasil pun banyak nan melakukan hal nan sama. Pengusaha sarang burung walet nan tak sungkan memberikan 30% dari laba bersihnya buat kepentingan berbagai panti asuhan dan wahana ibadah lainnya. Yang terjadi ialah uang dan keuntungannya semakin bertambah. Ia nan dengan rela memberikan sebagian dari rezekinya itu malah marasa lebih bahagia. Hal ini tak hanya dilakukan oleh para pengusaha tanah air.

Warren Buffet, salah satu orang terkaya di global malah menyumbangkan 99% hartanya buat orang lain. Ia hayati senang dan merasa senang. Bill Gates pun seperti itu. David Bechkam malah menyumbangkan semua bayaran dari kontrak terbarunya dari salah satu tim sepakbola di Perancis, kepada panti asuhan. Inilah salah satu pengalaman orang-orang nan terlihat kaya dan mempunyai harta berlimpah.



Pembangkit Ekonomi

Masalah enterpreneurship atau kewirausahaan belakangan memang menjadi salah satu topik nan banyak dibicarakan orang. Apalagi pemerintah saat ini tengah menggenjot program kewirausahaan buat melahirkan para pengusaha baru nan diharapkan bisa memperkuat struktur perekonomian nasional kita. Berbagai program pembinaan dan fasilitasi buat UMKM pun diberikan buat mendorong mereka berkembang menjadi pengusaha nan kuat.

Pengusaha ini akan memacu bangkitnya perekonomian suatu negara. Kalau di suatu negara banyak nan menjadi pengusaha, maka negara itu akan menjadi negara nan cukup makmur. Gaya pemikiran seorang pengusaha itu tentu sangat berbeda dengan gaya pemikiran orang biasa. Mereka akan selalu berpikir buat memanfaatkan berbagai hal nan ada di lingkungannya. Tanpa daya dan upaya melakukan pemanfaatan segala sumber daya, maka akan ada orang lain nan akan memanfaatkannya.

Apa nan terjadi di Indonesia ialah salah satu karena ketidakmampuan bangsa ini memanfaatkan apa nan ada di alam Indonesia. Bangsa ini berpikir bahwa kalau dapat hayati biasa saja dan sudah cukup, buat apa nan lebih. Bangsa lain tak seperti itu. Mereka tahu Indonesia dengan baik sehingga dengan mudahnya mereka mengeruk kekayaan bangsa ini. Sekarang anak bangsa malah hanya menjadi kulinya saja. Suatu pemadangan nan sangat menyakitkan ketika harus menjadi pembantu di negeri sendiri.

Berbeda kalau banyak nan berpikir seperti pengusaha. Keberanian menanggung risiko akan ada sehingga rela bekerja lebih keras demi mewujudkan potensi nan telah ada. Motivasi ini memang harus didorong monoton agar tertanam di dalam hati anak bangsa bahwa kalau ingin maju, mereka harus menjadi pengusaha. Bangsa ini harus dibangun oleh generasinya sendiri dan tak boleh ada tangan asing. Kalau pun ada tangan asing, keberadaan mereka bukan sebagai penguasa tunggal melainkan sebagai kawan kerja.

Kalau bukan sebagai kawan kerja, maka orang asing dengan pengalaman dan kapital nan besar akan menguasai semua sudut bisnis. Lihatlah apa nan terjadi dengan banyaknya perusahaan waralaba dari luar negeri nan datang ke tanah air. Yang terjadi ialah bangsa ini hanya mampu menjadi konsumen nan setia. Sedangkan semua keuntungannya diambil oleh bangsa lain. Sedih dan sangat menyedihkan.



Banyak Tantangan

Harus diakui, buat terjun dan menjadi pengusaha sangatlah mudah. Apalagi kalau Anda memiliki kapital nan cukup, Anda tinggal memilih jenis usaha nan ingin Anda jalankan. Namun buat menjadi pengusaha berhasil memang bukanlah hal nan mudah. Tidak sedikit pengalaman pengusaha berhasil nan telah melalui berbagai rintangan dan tantangan hingga akhirnya sukses meraih kesuksesan.

Sulitnya buat berkembang dan menjadi pengusaha berhasil inilah nan kemudian mendorong munculnya berbagai kiat, tips, dan resep sukses. Tidak sedikit pengusaha nan berbagi pengalaman tentang ketekunan dan kerja keras sebagai kapital primer menjadi berhasil nan cenderung stereotip. Ada pula nan menyodorkan kiat berhutang sebagai bekal buat sukses. Dan ada juga pengusaha nan menawarkan cara gila buat menjadi pengusaha sukses.

Mengamati dan mencermati berbagai kiat atau tips berhasil tersebut tampak menarik. Karena itu tidak heran bila seminar atau pelatihan entrepreneurship nan mereka selenggarakan selalu dipenuhi dan dijejali para peserta. Orang-orang nan sedang merencanakan terjun ke global usaha tentu tertarik dengan judul bombastis semacam itu. Namun mengomentari kiat semacam itu, ada seorang teman nan nyeletuk, “Bagaimana mungkin kita meraih berhasil dengan kegilaan?”

Berani Mengambil Risiko
Berbagi pengalaman memang salah satu unsur pendorong motivasi nan sangat penting. Kita pun bisa belajar dari pengalaman pengusaha berhasil agar kita juga bisa meraihnya. Namun kiat semacam ini sebenarnya ada bahayanya. Pengalaman kesuksesan orang lain lebih sering berupa kemegahan di awan. Kita pun lebih sering terbuai dan terbius dengan keberhasilan orang lain. Padahal, global bisnis terlalu kompleks buat disederhanakan dengan sebuah kisah keberhasilan.

Begitu juga dengan cara-cara aneh buat menempuh kesuksesan, terlalu berisiko. Pengusaha nan telah berhasil dapat saja menyebut cara gila sebagai kiat meraih keberhasilan. Namun saat dia menjalankan usahanya dahulu, tentunya tidak ada kegilaan sama sekali dalam dirinya. Apalagi tanpa mempertimbangkan risiko dari setiap keputusan nan diambilnya.

Ada pengusaha lain nan bilang, global bisnis ialah global penuh risiko, sehingga tanpa berani mengambil risiko (sering diistilahkan dengan ‘risk taker’) sebaiknya tidak usah terjun ke global bisnis. Mungkin hal ini ada benarnya. Namun seperti dikatakan Peter Drucker, seorang pengusaha nan cerdas akan merubah ‘risk taker’ pada dirinya dan mengalihkannya kepada pengusaha lain, serta mengambil peluang nan ada sebagai keuntungan. Ingin menjadi pengusaha, leburkan diri sekaligus jiwa ke dalam risiko nan akan dihadapi. Gunakan logika agar tak merugikan orang lain.