Arat Sabulungan
Dari Partikelir Turun Ke Seniman dan Orang Biasa
Tato nan telah dikenal oleh berbagai suku di Indonesia, tentu saja mempunyai makna tersendiri. Bagaimana dengan tato nan dibuat oleh nak muda zaman sekarang nan menganggap bahwa tato ialah bagian dari gaya hayati modern mereka? Tato itu menyakiti kulit. Bagi umat Islam, mempunyai tato ini dianggap haram. Kalau ada orang muslim nan bertato, dia harus berusaha buat menghilangkannya sedapat mungkin. Tato itu menyebabkan air wudhu tak masuk ke kulit.
Orang nan bertato artinya tak dapat suci. Kalau ia mempunyai hadas besar atau sedang junub setalh interaksi suami istri, ia tak dapat mensucikan semua tubuhnya sebab adanya tato. Orang nan bertato ini biasanya ibadahnya kurang. Berbeda kalau ia telah insyaf dan bertaubat. Dengan ikhlas ia akan berusaha menghilangkan tatonya. Alasan kesucian dan embargo menyakiti diri sendirilah nan membuat tato dilarang dalam Islam.
Pada suatu ketika tak ada orang nan bertato kecuali ia akan dikira sebagai orang dursila atau minimal partikelir kelas teri. Bahkan ketika ada aksi Petrus atau penembak misterius, sebagian besar nan dijadikan sasaran operasi ialah laki-laki nan bertato terutama dengan lambang-lambang tertentu. Sudah menjadi suatu keharusan bagi kelompok partikelir atau kelompok kejahatan lainnya nan membuat tato sebagai lambang kekompakan dan kebersamaan.
Inilah mengapa kalau terjadi perang antar geng, para partikelir nan takut atau pengecut, akan berusaha menutupi tatonya. Berbeda kalau gengnya merupakan geng besar nan ditakuti. Keberadaan tatonya malah menjadi sesuatu nan membanggakan dan akan mudah buat menakuti versus atau korbannya. Tato ini tak hanya di Indonesia. Para penjahat besar dan sanagt sadis pun mempunyai tato dengan lambang tertentu.
Yakuza, Triad, mereka semua mempunyai tato. Dapat dikatakan bahwa tato ini merupakan budaya nan sangat global. Hebatnya, pada saat tato ini mulai diminati oleh para seniman global baik nan laki-laki maupun nan wanita, masyarakat generik pun sudah banyak nan membuat tato. Loka tato itu dibuat, dapat di mana saja termasuk di daerah terlarang. Bagi mereka, ada sensasi tersendiri ketika misalnya mengenakan celana seksi lalu terlihat tato nan menyembul.
Para penyanyi metal atau rock juga membuat tato sebagai lambang keras dan gagah serta jantan. Yang wanita, membuat tato di wilayah dadanya agar terlihat eksotis. Herannya, banyak juga nan membuat tato itu dibagian nan tidak terbayangkan termasuk di telinga dan di lidah. Tidak tahu apa nan dimakan atau dikunyah oleh para pemilik atto ini sebelum mereka disayat atau ditusuk-tusuk dengan jarum. Jangankan orang dewasa, anak-anak pun sudah tahu tentang tato.
Mereka mendapatkan tato temporer ini dari makanan ringan nan dibelinya. Gambar tato sementara nan diperuntukan bagi anak-anak ini biasanya gambar hewan atau gambar bunga. Cukup disayangkan kalau anak-anak pun dijadikan wahana kampanye pembuatan tato. Tato itu bukan sesuatu nan baik. Banyak penyakit nan dapat tertular melalui pembuatan tato termasuk virus HIV AIDS. Hepatitis pun dapat menyerang melalui peralatan tato nan tak steril.
Selain itu, harga pembuatan tato ini bukan sesuatu nan murah. Sudah sakit, mahal, tak mensucikan, dan tak manfaat, tetapi tetap saja disenangi. Gaya hayati telah mengubah pandangan orang dari hala negatif menjadi positif dan sebaliknya. Kalau hal ini dibiarkan, nantinya akan timbuk berbagai persoalan baru. Bayangkan ketika kelengahan terjadi dan pembuat tato tak menggunakan jarum nan steril. Apa nan dapat terjadi.
Rasa sakit ketika membuat tato itu akan berbuah menjadi rasa sakit nan lain nan menyebabkan penyakit akan cepat masuk. Apa nan dilarang itu niscaya mempunyai kebaikan dan tak akan merugikan manusia. Setiap kebaikan niscaya ada kebaikan. Tetapi kalau tato ini semakin dibudidayakan, maka hal ini akan membuat gaya hayati anak muda semakin tak karuan. Bayangkan saja apa nan akan terjadi dengan orang nan sudah renta nan belum membuat tatonya.
Kulitnya nan tak lagi elastis itu niscaya tak akan memancarkan estetika tato nan dahulu pernah dibanggakan. Kerutan itu akan membuat bentuk tato tak jelas. Niscaya bukan sesuatu nan latif ketika tak dapat melihat hasil nan bagus dari sebuah tato. Sebaiknya memang tak mempunyai tato.
Memudarnya Tato dikalangan Adat
Walaupun pada suku tertentu, para tetua nan mempunyai tato masih dapat dilihat dengan mudah, tak dengan kalangan anak muda. Mereka nan telah lahir di masa kemajuan teknologi, malah tak mau lagi membuat tato. Apalagi bagi mereka nan telah memeluk agama Islam. Mereka menjaga diri dari segala sesuatu nan dapat menghalanginya mendapatkan keidahan kulit tanpa tato.
Arat Sabulungan
Berbicara mengenai budaya Mentawai, tak dapat terlepas dari Arat Sabulungan. Arat Sabulungan merupakan sistem nan mengatur masyarakat Mentawai nan mencakup pengetahuan, nilai, dan anggaran hayati nan dipegang kuat dan diwariskan turun-temurun. Contohnya, tak boleh menebang pohon sembarangan tanpa izin panguasa hutan (taikaleleu), perintah buat menjaga ekuilibrium dan keharmonisan alam, melakukan persembahan kapada roh nenek moyang, dan sebagainya.
Arat Sabulungan berasal dari kata sa (se) atau 'sekumpulan', dan bulung nan artinya 'daun'. Jadi, Arat Sabalungan ialah sekumpulan daun nan dirangkai dalam lingkaran terbuat dari pucuk enau atau rumbia nan diyakini memiliki tenaga mistik (kere). Arat Sabalungan dipakai sebagai media pemujaan Tai Kabagat Koat (Dewa Laut), Tai Ka-leleu (roh hutan dan gunung), dan Tai Ka Manua (roh awang-awang). Disamping itu, Arat Sabulungan selalu digunakan pada saat upacara kelahiran, perkawinan, pengobatan, pindah rumah, dan penatoan.
Fungsi Tato
Dalam adat suku Mentawai, tato memiliki beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikut.
* Jati Diri, Status Sosial atau Profesi
Seorang pemburu memilki tato bergambar hewan buruannya, seperti babi, rusa, kera, burung, atau buaya. Berbeda dengan tato nan dimiliki oleh seorang dukun, nan bergambar bintang sibalu-balu. Berbeda pula dengan seorang nan pakar bertarung dan sebagainya.
* Simbol Ekuilibrium Alam
Suku Mentawai sangat menghormati alam sebab mereka hayati berdampingan dengan alam. Oleh sebab itu, mereka sangat memperhatikan ekuilibrium alam. Hal itu diekspresikan dengan tato nan bergambar pohon, matahari, hewan, batu, dan sebagainya.
* Keindahan
Suku Mentawai juga terkenal dengan masyarakatnya nan memiliki gambaran seni tinggi. Hal ini bisa dilihat dari aneka kerajinannya nan sudah dikenal ke mancanegara. Tidak heran bila mereka menjadika tato sebagai media buat mengekspresikan keindahan. Berbagai macam gambar menghiasi tubuh mereka sinkron dengan kreativitas, seperti berbagai alat perang, daun beraneka motif, dan lain-lain.
Prosesi Penatoan
Anak laki-laki nan sudah menginjak usia 11-12 tahun (sudah akil balig) oleh orang tuanya akan dipanggilkan dukun (sikerei) dan kepala suku (rimata). Mereka merundingkan waktu aplikasi penatoan. Bila sudah disepakati hari dan bulannya, akan dipanggilkan Sipatiti (pembuat tato). Jasa pembuatan tato akan dibayar dengan seekor babi.
Prosesi penatoan dimulai dengan punen enegat atau upacara inisiasi nan dipimpin dukun sikerei. Bertempat di puturukat (tempat spesifik penatoan milik sipatiti). Penatoan dimulai dari telapak tangan, tangan, kaki, lalu ke seluruh tubuh. Pertama-tama, badan si anak dibuatkan gambar sketsa dengan menggunakan lidi. Setelah itu, dimasukkan zat pewarna ke dalam lapisan kulit dengan cara menusukkan jarum sambil dipukul perlahan.
Jarum nan digunakan terbuat dari tulang hewan atau kayu karai nan diruncingkan. Adapun pewarna nan digunakan ialah campuran arang tempurung kelapa dan daun pisang. Setelah pewarna tadi masuk ke lapisan kulit, selesailah penatoan. Bahan pewarna tadi akan terserap permanen di kulit si bocah. Bila sudah selesai, orang tua si bocah nan ditato akan mengadakan pesta dengan menyembelih babi dan ayam. Daging babi dan ayam ini juga sebagai upah nan diberikan buat sikerei.