Kata Mutiara Islam Mengenai Sifat Manusia
Kata mutiara Islam merupakan kata mutiara nan bersifat Islami dan biasanya diambil dari kata-kata nan diucapkan oleh orang-orang nan berpengaruh bagi kaum muslimin. Kata-kata itu dapat muncul dari para imam, sahabat-sahabat Nabi, bahkan Nabi Muhammad sendiri. Tentunya kata-kata nan bersumber dari mereka memiliki makna spesifik nan bisa membangkitkan semangat dalam menjalani hayati sinkron dengan perintah Allah SWT.
Sebagai kaum muslimin, tentunya kata-kata mutiara Islam akan lebih bermakna dibandingkan dengan kata-kata mutiara generik nan banyak tersebar di masyarakat. Nilai psikologisnya pun lebih tinggi, jika setiap langkah hayati nan dilalui ditemani oleh kata-kata bijak dari tokoh Islam terkemuka.
Mungkin tak akan banyak ditemukan kata mutiara ini, jika kita mencarinya melalui jaringan internet. Akan tetapi, kata-kata tersebut sebenarnya dapat diambil dari nasihat bijak islami nan diberikan.
Tokoh Islam dengan sumber kata-kata mutiaranya nan paling menggugah tentunya ialah Nabi Muhammad saw. Semua kaum muslimin akan mengakui kepiawaian Rasulullah saw dalam menyampaikan suatu nasihat baik bagi pengikutnya.
Hal ini juga diperjelas dengan kedudukan semua ucapan Rasulullah nan dijadikan sebagai hadis, yaitu sebagai panduan hayati kedua setelah Al-Quran. Tentunya, beberapa hadis nan disabdakan oleh Rasulullah bisa berperan sebagai kata mutiara Islam.
Kata Mutiara Islam buat Menahan Marah
Nabi Muhammad saw pernah bersabda, “Pahlawan bukanlah orang nan berani meletakkan pedangnya di pundak lawan, tetapi sebenarnya ia nan sanggup menguasai dirinya ketika marah”. Hadis ini disabdakan oleh Rasulullah saw buat menasihati umat Islam agar mampu menahan marah sebab marah itu termasuk salah satu jenis dari penyakit hati.
Hal-hal nan termasuk di dalam penyakit hati tentunya merupakan suatu penyakit nan bisa merusak hati manusia secara psikis.Oleh sebab itu, Nabi Muhammad saw menyampaikan sabdanya ini kepada seluruh umat Islam. Hal ini tentunya buat mengajak umat Islam agar mampu menahan gejolak amarahnya, baik itu terhadap musuhnya sekalipun.
Nabi Muhammad sendiri diceritakan tak pernah marah besar kepada siapapun. Sekalipun beliau sedang marah kecil kepada istrinya, nan dilakukan ialah diam sampai dirasakan emosinya telah mereda. Setelah itu, beliau kembali lagi berbaikan dengan istrinya.
Hadis ini tentunya juga bisa dijadikan sebagai kata mutiara Islam bagi kaum muslimin saat ini. Selalu menanamkan dalam hati apa nan tertuang dalam kata mutiara ini, pasti seseorang akan mampu menahan emosinya. Tidak akan ada lagi kerusuhan-kerusuhan nan terjadi, jika seseorang mampu memaknai kata mutiara ini. Tidak hanya harus dimaknai, tetapi juga apa nan diucapkan dari kata-kata ini harus mampu mencerminkan konduite umat Islam di seluruh dunia.
Rasulullah saw mengajarkan hal ini tentu saja buat menghindari permusuhan, baik itu antar sesama umat Islam maupun dengan pihak non muslim. Beliau juga mengajarkan buat tak meluapkan suatu kemarahan dengan hal nan bersifat anarkis. Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan fakta nan ada saat ini.
Sebagian umat Islam ada nan tak mampu menahan amarahnya dan tak mampu menyelesaikannya dengan kepala dingin. Semua ini tentu akan berbeda bagi siapapun nan selalu menerapkan kata mutiara Islam ini dalam kehidupan sehari-harinya. Mereka niscaya akan ingat dengan kata-kata ini dan selalu berusaha buat menahan marahnya kepada sesama manusia.
Dengan begitu, pasti hati pun akan selalu diliputi oleh rasa tenang dan nyaman setiap harinya. Hati nan tenang ini tentu akan membawa laba lain bagi umat islam itu sendiri. Mereka akan selalu ikhlas dan tawakal dalam menjalani hidupnya.
Kata Mutiara Islam buat Mencintai Sesama Saudara
Rasulullah saw pernah bersabda dalam hidupnya bahwa seseorang tak akan dikatakan beriman sampai ia mencintai saudaranya, sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Hal ini membuktikan bahwa Islam mengajarkan umatnya buat selalu menjalin persaudaraan dengan sesama muslim. Dengan kata lain, antar sesama muslim tak boleh bermusuhan, apalagi sampai menjurus ke arah pertikaian. Hal ini sama sekali tak dianjurkan dalam Islam.
Sabda Nabi Muhammad saw ini merupakan salah satu kata mutiara Islam nan harus dijiwai maknanya oleh seluruh umat di dunia. Sebagai sesama kaum muslim segala bentuk konfrontasi harus selalu dihindari. Jangan sampai hal-hal nan menjurus ke arah konfrontasi tersebut nantinya dapat memutuskan tali silaturahmi sesama muslim. Apalagi jika terjadi konfrontasi di antara keluarga sendiri.
Sebaiknya nan perlu dilakukan ialah menjaga interaksi baik antar sesama saudara. Seperti nan dikatakan oleh Rasulullah saw, bahwa dengan mencintai sesama saudara, maka akan membuat seseorang menjadi beriman. Hal ini tentu saja dapat menjadi pemicu bagi siapapun nan ingin diakui oleh Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai orang nan beriman.
Bukan hanya pengakuan saja tentunya nan diharapkan. Tetapi, dengan menjadi orang nan beriman, tentu menjadi asa bagi setiap kaum muslimin nan ada di seluruh dunia.
Kata mutiara Islam ini jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tentunya akan menciptakan kehidupan nan serasi antar sesama manusia. Tidak akan ada lagi kasus permusuhan atau konkurensi dengan sesama keluarga.
Jika hal ini ditanamkan di dalam keluarga, tentu saja akan menjadi Norma baik nan nantinya bisa diterapkan di dalam kehidupan bermasyarakat. Selain tercipta interaksi serasi di dalam keluarga, kehidupan di masyarakat pun akan ikut terjaga keharmonisannya.
Kata Mutiara Islam Mengenai Sifat Manusia
Dalam perannya sebagai khalifah di dunia, manusia niscaya memiliki sifat-sifat eksklusif nan membentuk kepribadiannya. Sifat-sifat manusia tersebut ada nan tergolong ke dalam sifat terpuji dan ada juga nan termasuk ke dalam sifat tercela. Sifat-sifat terpuji tentunya merupakan sifat baik nan dimiliki oleh manusia dan merupakan sesuatu hal nan dicintai oleh Allah SWT. Sebaliknya sifat-sifat tercela merupakan sifat nan dibenci oleh Allah SWT sebab bisa merusak watak manusia.
Rasulullah saw pernah bersabda dalam hadisnya, bahwa manusia memiliki tiga sifat nan merusak. Di antaranya, yaitu sifat kikir, selalu menuruti hawa nafsu, dan sikap terlalu mengagumi diri sendiri secara berlebihan. Sifat-sifat ini tergolong ke dalam sifat nan merusak sebab dampak nan ditimbulkan dari sifat ini dapat membuat manusia lupa akan keberadaan Sang Pencipta.
Manusia tak akan lagi mengindahkan peraturan tuhannya sebab terus diikuti oleh sifat-sifat tersebut. Sabda Rasulullah saw mengenai sifat-sifat manusia nan merusak ini juga bisa dijadikan sebagai kata mutiara Islam. Dengan mengusung kata mutiara ini manusia akan selalu mewaspadai segala bentuk sifat-sifat nan bisa merusak.
Contohnya, yaitu dengan tak bersifat kikir terhadap sesama. Sebagai umat Islam, kita dianjurkan buat saling tolong menolong dan tak mementingkan diri sendiri. Sifat kikir tentunya bisa membuat seseorang tak lagi peduli terhadap sesamanya.
Kata mutiara Islam ini tentunya mengajak manusia buat tak selalu mengikuti hawa nafsunya. Apabila setiap manusia terus mengikutinya, maka dirinya akan rusak oleh hawa nafsunya sendiri. Bahkan, Islam pun mengajarkan manusia buat selalu menahan hawa nafsunya.
Selain itu, kekaguman terhadap diri sendiri nan hiperbola juga bisa merusak pribadi seseorang. Hal ini membuat manusia menjadi sombong, sedangkan Allah SWT tak menyukai orang nan sombong.
Kata Mutiara Islam buat Menjauhi Sifat Dengki
Menurut hadis riwayat Abu Daud, Rasulullah saw pernah bersabda “Hindarilah dengki sebab dengki itu memakan kebaikan sebagaimana barah memakan kayu bakar”.
Dengki merupakan salah satu penyakit hati nan sifatnya ialah selalu membenci kenikmatan nan dimiliki orang lain dan berkeinginan agar orang lain tersebut dicabut kembali kenikmatannya. Agama Islam sama sekali tak mengajarkan umatnya buat bersifat dengki terhadap sesama manusia.
Penggalan hadis ini tentunya bisa dijadikan sebagai kata mutiara Islam nan bisa menjadi panduan umat Islam buat selalu menjauhi sifat dengki. Apabila manusia diliputi dengan sifat dengki, maka hatinya akan rusak sebab dipenuhi dengan kebencian terhadap nikmat orang lain.
Perasaan ini dapat menjadi buruk, jika seseorang nan dengki tersebut sampai melakukan segala cara buat membuat orang lain kehilangan kenikmatannya. Hal ini tentu saja tak boleh dilakukan sama sekali. Untuk menjauhi sifat ini tentunya bisa dilakukan dengan selalu mensyukuri segala nikmat nan telah Allah SWT berikan.
Selain itu, perlu juga disadari bahwa nikmat nan diberikan kepada setiap manusia pun niscaya akan berbeda dan tak mungkin diperoleh pada waktu nan bersamaan. Bahkan belum tentu orang lain diberikan nikmat nan sama dengan nikmat nan kita peroleh. Dengan menghayati kata mutiara Islam ini, tentu akan membuat manusia menjauhi sifat dengki.