Pangan Fungsional dalam Makanan Fungsional
Makanan fungsional ? Ya, Anda mungkin bertanya apa nan disebut makanan fungsional. Bagi masyarakat awam, apalagi dengan taraf ekonomi menengah ke bawah seperti halnya di masyarakat pedesaan, istilah ini cukup baru di telinga. Namun, bagi mereka nan keseharian membahas lingkup gizi modern, istilah makanan fungsional atau functional food bukanlah sesuatu nan asing.
Akan tetapi, benarkah makanan fungsional itu selalu berasal dari makanan modern juga? Oh, itu salah sekali! Makanan tradisional pun, misalnya tempe, tahu, dan tauco, ternyata memenuhi baku makanan fungsional jika diteliti lebih dalam.
Senyawa Aktif
Sejatinya, makanan fungsional ialah jenis makanan nan mempunyai kandungan senyawa aktif nan bertujuan besar dalam rangka meningkatkan daya tahan tubuh, meminimalisasi risiko agresi penyakit tertentu. Bahkan, mampu memberikan kesehatan maksimal. Ini tak hanya didapat dari makanan-makanan bernuansa modern. Makanan tradisional pun sangat mungkin mengandung senyawa aktif. Namun, persoalan pengenalan masih belum merata.
Tradisional
Jika masih ada nan tak mengerti, makanan tradisional ialah makanan atau minuman, termasuk juga jajanan berbahan campuran, nan dikonsumsi dan digunakan secara turun-temurun. Karena sebutannya makanan tradisional, biasanya diolah dengan resep spesifik nan sudah dipakai masyarakat setempat. Tentunya, dengan mengutamakan bahan-bahan bersumber dari kekayaan makanan lokal nan mempunyai citarasa sinkron masyarakat setempat.
Keberadaan makanan tradisional di Indonesia, sadar atau tidak, sangat berkhasiat bagi kesehatan siapa pun nan mengonsumsinya. Sifat makanan tradisional nan memiliki jenis sensori, bergizi, dan bersifat fisiologis menyehatkan, sudah selayaknya makanan tradisional Indonesia dikategorikan sebagai makanan fungsional.
Tempe
Indonesia pernah geger sebab kenaikan harga kedelai sebagai bahan dasar membuat tempe. Semua panik dan serasa akan kehilangan makanan khas Indonesia itu ketika para produsen tempe mengeluhkan kenaikan harga tersebut dan mengancam akan gulung tikar. Ya, salah satu jenis makanan tradisional nan kandungan kesehatannya tidak henti-henti dibicarakan ialah tempe.
Tempe ialah suatu produk makanan nan dihasilkan dari fermentasi kacang kedelai oleh kapang Rhyzopus oligosporus melalui pembuatan nan sederhana. Bicara khasiat tempe, jangan dikira, sebab sudah terkenal hingga ke mancanegara. Jepang, Amerika, Jerman, dan Belanda, sudah mengakuinya. Selain bernilai gizi berlipat dan prima, tempe bermanfaaat bagi kesehatan tubuh sebab memberi pengaruh hipokolesterolemik dan anti diare. Khususnya, tempe sangat sakti melawan bakteri E.coli enteropatogenik dan antioksidan.
Sebenarnya, bukan hanya tempe sebagai makanan olahan. Sayuran-sayuran nan biasa dikonsumsi masyarakat tradisional, seperti daun kemangi, paria, kangkung, daun singkong, labu, leunca, tauge, bayam, daun katuk, daun kedondong, dan daun selasih, ternyata sudah melalui termin analisis. Semua hasilnya mengandung serat makanan tinggi dan baik buat kesehatan. Jadi, tak hiperbola jika menyebut makanan fungsional ialah makanan tradisional.
Potensi Makanan Tradisional sebagai Makanan Fungsional
Makanan tradisional ialah makanan dan minuman, termasuk makanan jajanan serta bahan campuran nan digunakan secara tradisional dan telah lama berkembang secara khusus di daerah atau masyarakat Indonesia. Biasanya makanan tradisional diolah dari resep nan sudah dikenal masyarakat setempat dengan bahan-bahan nan diperoleh dari sumber lokal nan memiliki citarasa nan nisbi sinkron dengan selera masyarakat setempat.
Disadari atau tak banyak makanan tradisional nan berkhasiat bagi kesehatan. Dilihat dari sifatnya yaitu mempunyai ciri sensori, bergizi, dan mempunyai sifat fisiologis berkhasiat bagi kesehatan, maka seharusnya banyak makanan tradisional nan bisa dikategorikan sebagai makanan fungsional.
Salah satu jenis makanan tradisional nan tak henti-hentinya dibahas manfaatnya bagi kesehatan ialah tempa, suatu produk fermentasi dari kedelai oleh kapang Rhyzopus oligosporus.
Khasiat tempe sudah terkenal di mancanegara, khususnya di Jepang, USA, Belanda dan Jerman. Selain sebab nilai gizinya nan prima, beberapa khasiat tempe bagi kesehatan antara lain memberikan pengaruh hipokolesterolemik, antidiare khususnya sebab bakteri E. coli enteropatogenik dan antioksidan.
Beberapa jenis peptida nan terdapat pada makanan telah diketahui merupakan senyawa bioaktif nan mempunyai fungsi krusial bagi kesehatan, misalnya buat meningkatkan penyerapan kalsium dan besi, sebagai senyawa antitrombotik, menurunkan kolesterol, meracuni sel tumor, dan sebagainya.
Berbagai produk fermentasi dipercayai mengandung jenis-jenis peptida nan mempunyai sifat fisiologis nan bermanfaat. Penelitian tentang hal ini di Korea menunjukkan bahwa produk-produk fermentasi seperti kecap dan tauco mengandung beberapa jenis peptida nan berfungsi menekan sel tumor, sebagai antihipertensi dan antitrombotik, serta bersifat hipokolesterolemik.
Menu makanan Sunda nan mengutamakan sayuran dan kacang-kacangan ialah contoh makanan tradisional lainya nan berkhasiat bagi kesehatan. Berbagai sayuran nan sering disajikan pada makanan tradisional ini, seperti daun kemang, kangkung, paria, daun singkong, labu siam, leunca, tauge, bayam, daun katuk, terong, kacang panjang, daun kedondong, kecipir dan daun selasih sudah dianalisis mengandung serat makanan tinggi. Selain itu fitokomia dari berbagai jenis sayuran dan kacang-kacangan berkhasiat bagi kesehatan.
Sudah sejak lama rempah-rempah digunakan sebagai obat tradisional buat menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Jamu ialah contoh obat tradisional nan banyak menggunakan rempah-rempah dalam ramuannya. Berbagai jenis rempah-rempah juga sering digunakan sebagai bahan ramuan bumbu masak dalam berbagai makanan tradisional.
Beberapa jenis rempah-rempah nan digunakan sebagai penyedap makanan mengandung antioksidan dan antibakteri. Kluwek nan biasa digunakan dalam bumbu rawon mengandung senyawa aktif sebagai anti trombotik.
Berdasarkan pengamatan terhadap jamu nan beredar di pasar, rempah-rempah nan digunakan dalam ramuan jamu kebanyakan dari tanaman suku Zingiberanceae, seperti kunyit, temulawak, jahe, kencur, lempuyang dan lengkuas. Selain itu ada tanaman rempah lain nan digunakan, seperti dari suku Piperaceae, Apiaceae, Liliaceae, dan Solanaceae.
Beberapa khasiat rempah-rempah bagi kesehatan nan bisa dicatat di loka ini misalnya minyak atsiri kunyit dan temulawak bisa meningkatkan produksi cairan empedu, melindungi sel hati dari zat racun, anti jamur dan anti bakteri. Jahe memiliki khasiat analgenik dan antiradang nan baik. Bawang putih memiliki khasiat bisa menurunkan kolesterol darah, mengatur tekanan darah, sebagai antioksidan, menghambat berkembangnya tumor, dan menghambat timbulnya agregasi trombosit.
Sesungguhnya jamu nan nan disajikan dalam bentuk minuman bisa dikategorikan sebagai minuman fungsional asal ciri sensorinya diatur sedemikian rupa sehingga bisa diterima oleh masyarakat nan lebih luas. Minuman beras kencur, sari jahe, sari temulawak ialah contoh dari sekian banyak minuman asal jamu nan bisa dikembangkan sebagai produk industri minuman fungsional.
Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa industri makanan fungsional nan berbasis makanan tradisional bisa berkembang dengan pesat di Indonesia. Jika makanan tradisional akan dijadikan sarana buat industri pangan fungsional, maka taktik awal nan harus dilakukan ialah pengembangan makanan tradisional itu sendiri melalui pemasyarakatan nan lebih luas agar makanan tradisional menjadi makanan idaman setiap orang.
Pangan Fungsional dalam Makanan Fungsional
Fungsi pangan nan primer bagi manusia ialah buat memenuhi kebutuhan zat-zat gizi tubuh, sinkron dengan jenis kelamin, usia, aktivitas fisik, dan bobot tubuh. Fungsi pangan nan demikian dikenal dengan istilah fungsi primer. Fenomena tersebut menuntut suatu bahan pangan tak lagi sekadar memenuhi kebutuhan dasar tubuh, tetapi juga bisa bersifat fungsional.
Saat ini banyak dipopulerkan bahan pangan nan mempunyai fungsi fisiologis eksklusif di dalam tubuh, misalnya buat menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol, menurunkan kadar gula darah, meningkatkan penyerapan kalsium, dan lain-lain.
Pangan fungsional telah melahirkan kerangka berpikir baru bagi perkembangan ilmu dan teknologi pangan, yaitu dilakukannya berbagai modifikasi produk olahan pangan menuju sifat fungsional. Saat ini, di Indonesia telah banyak dijumpai produk pangan fungsional, baik nan diproduksi di dalam negeri maupun impor.
Pangan fungsional ialah pangan nan sebab kandungan komponen aktifnya bisa memberikan kegunaan bagi kesehatan, di luar kegunaan nan diberikan oleh zat-zat gizi nan terkandung di dalamnya.
Sedangkan definisi pangan fungsional menurut Badan POM ialah pangan nan secara alamiah maupun telah melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa nan berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis eksklusif nan bermanfaat bagi kesehatan serta dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau minuman nan mempunyai ciri sensori berupa penampakan, warna, tekstur dan cita rasa nan bisa diterima oleh konsumen.
Pangan fungsional dibedakan dari suplemen makanan dan obat berdasarkan penampakan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Kalau obat fungsinya terhadap penyakit bersifat kuratif, maka pangan fungsional hanya bersifat membantu pencegahan suatu penyakit.
Dasar pertimbangan konsumen di negara-negara maju dalam memilih bahan pangan, bukan hanya bertumpu pada kandungan gizi dan kelezatannya, tetapi juga pengaruhnya terhadap kesehatan tubuhnya (Goldberg, 1994). Saat ini pangan telah diandalkan sebagai pemelihara kesehatan dan kebugaran tubuh. Bahkan bila dimungkinkan, pangan harus bisa menyembuhkan atau menghilangkan imbas negatif dari penyakit tertentu.