Penanganan Penderita
Penyakit flu burung merupakan salah satu jenis penyakit endemik nan cepat menyebar di berbagai wilayah di Indonesia. Kasus terbesar terjadi sejak penyakit ini mulai menyerang di Indonsia pada tahun 2003 - 2005. Peristiwa nan berlangsung secara serempak di sejumlah negara itu menjadikan penyakit flu burung sebagai penyakit pandemik nan mendapat perhatian WHO dan cepat mendapat tanggap flu burung dari pemerintah Indonesia.
Hingga tahun 2006, jutaan ayam dan unggas di berbagai daerah di Indonesia terkena penyakit itu dan wafat atau terpaksa dibakar buat mencegah penyebaran nan lebih luas. Apalagi setelah ditemukan sejumlah kasus virus tipe A jenis H5N1 juga menyerang manusia nan ada di dekatnya. Hingga Juli 2006, sekitar 41 orang dinyatakan meninggal dari 54 kasus flu burung nan menyerang manusia. Meskipun jumlah orang nan tertular penyakit ini nisbi kecil, namun taraf kematian nan diakibatkannya cukup tinggi.
Apa Itu flu Burung?
Virus influenza H5N1 ialah strain dari subtipe A influenza. Virus ini menginfeksi terutama spesies burung tetapi telah diketahui secara berkala bermutasi dan melompat ke dalam populasi manusia. Endemi baru-baru ini influenza H5N1, terutama mewabah pada tahun 2008, telah menyebabkan keprihatinan besar, sebab hal ini strain influenza memiliki potensi buat menjadi penyakit epidemi nan sangat serius jika dibiarkan menyebar luas melalui populasi manusia.
Karena sangat berbahaya virus ini, disebut sebagai strain patogenik tinggi, merupakan obyek perhatian khusus, baik sebab kemampuannya buat mengurangi populasi unggas peliharaan dan sebab itu lebih cenderung buat menghasilkan gejala serius ketika menginfeksi manusia.
Influenza H5N1 umumnya ditemukan di antara burung-burung liar. Pada hewan-hewan, itu biasanya baik tanpa gejala atau penyebab dari gejala nan sangat ringan hanya. Virus ini menyebar dengan mudah di alam liar melalui kedua hewan ke hewan dan kontak melalui berbagai vektor lingkungan.
Hal ini bisa dengan mudah menyebar ke populasi unggas peliharaan juga, nan biasanya lebih rentan terhadap penyakit, terutama nan sangat dijinakkan keturunan. Berbagai sangat patogen dari influenza H5N1 menyebar dengan mudah sama melalui kedua populasi burung, tetapi memiliki imbas nan lebih serius pada host, sering menyebabkan penyakit nan parah atau kematian.
Avian influenza menimbulkan risiko besar terhadap produksi unggas di seluruh dunia, tetapi juga menimbulkan risiko serius kesehatan manusia. Meskipun strain influenza cenderung tetap dalam satu spesies tunggal atau jenis spesies, mereka bermutasi dengan beberapa keteraturan dan bisa melompat dari spesies ke spesies.
Salah satu endemi nan paling serius dari influenza nan tercatat dalam sejarah, pandemi tahun 1918, sering disebut influenza Spanyol, ialah asal burung. Ini pandemi influenza membunuh jutaan orang di global nan tak memiliki perjalanan udara dan jalan generik lainnya buat transmisi penyakit nan tersedia di global modern.
Waspada
Sejumlah langkah tanggap flu burung dilakukan pemerintah. Diantaranya melalui kampanye dan pengenalan tentang kewaspadaan terhadap gejala penyakit pada unggas nan ditimbulkannya, maupun melakukan inspeksi dan pengecekan langsung ke lapangan. Warga masyarakat nan mengetahui munculnya gejala flu burung pada unggasnya buat segera melaporkan ke RT/RW buat secepatnya diteruskan kepada pejabat daerah.
Langkah pertama bila ditemukan unggas nan tertular ialah dengan mengisolasinya, atau kalau perlu dengan membakarnya. Selain itu, semua jenis pekerjaan nan mengandung risiko tinggi tertular penyakit flu burung mendapatkan perhatian lebih. Berbagai kawasan dan pusat-pusat peternakan unggas, pedagang unggas, hingga pasar dan loka penjualan daging mendapat perhatian pemerintah. Bahkan Badan POM atau Pengawas Obat dan Makanan memantau peredaran berbagai produk olahan dari unggas.
Selain itu, sejak ditemukan kasus nan pertama kalinya, pemerintah telah melakukan vaksinasi anti flu burung terhadap puluhan jutaan unggas nan ada. Hal ini dilakukan terutama buat mencegah dan mematikan mata rantai penyebaran virus flu burung dari sejak sumbernya. Bahkan dengan vaksinasi ini pemerintah berharap Indonesia bisa mengatasi penyakit unggas tersebut dan segera terbebas dari endemi flu burung.
Penanganan Penderita
Sedangkan menyangkut penanganan warga masyarakat nan tertular flu burung dilakukan melalui puskesmas dan rumah sakit terdekat. Tanggap flu burung ini dilakukan dengan menyerukan rumah sakit pemerintah buat menyediakan ruangan spesifik dalam penanganan kasus penderita flu burung. Kalangan medis menjadi ujung tombak dalam penanganannya bila virus H5N1 menyerang manusia. Penanganan itu bukan saja dilakukan melalui penanganan intensif dan mencegah risiko kematian, namun juga dengan melokalisir agar tak menular.
Selain itu, berbagai pihak terkait, seperti Departemen Pertanian maupun Departemen Kesehatan membentuk posko di berbagai daerah buat melakukan monitoring bila terjadi kasus penyakit nan menyerang manusia. Terlebih buat daerah nan termasuk rawan kasus flu burung, seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Tengah.
Pendapat Global Pada Kasus Indonesia
Seorang juru bicara Organisasi Kesehatan Global (WHO) mengatakan bahwa tim peneliti di Jakarta, Indonesia, belum bisa menemukan sumber hewani dari infeksi flu burung nan menewaskan enam anggota keluarga ( pada tahun 2006).
Namun badan kesehatan PBB mengatakan bahwa kematian merupakan perkembangan nan paling krusial dalam penyebaran virus sejak tahun 2003, sebab tak ada unggas di daerah dinyatakan positif virus H5N1, dan keluarga tampaknya tak punya kontak dengan nan terinfeksi burung.
"Kami tak terkejut bahwa ada kemungkinan manusia ke manusia," kata Steven Bjørge, WHO pemimpin tim di desa Kubu Sembelang. "Yang kita cari ialah apakah itu berkelanjutan melampaui cluster langsung." Sejauh ini tak ada bukti bahwa virus mungkin telah bermutasi ke bentuk nan akan menyebar lebih mudah antara manusia, mungkin memicu pandemi.
Ada beberapa kasus terisolasi dari manusia ke manusia dari virus flu burung, termasuk satu di Thailand nan melibatkan seorang ibu dan anak, namun WHO pejabat mengatakan bahwa kasus tersebut tak menunjukkan strain flu pandemi. Ada indikasi bahwa belum ada orang di luar keluarga di Sumatera terinfeksi oleh virus. "Tidak peduli apa nan terjadi pada termin ini, itu ialah transmisi terbatas antara anggota keluarga nan sama," kata juru bicara WHO Peter Cordingley. "Apa nan kita cari ialah keluar buat tanda-tanda virus ini akan keluar ini cluster keluarga ke masyarakat umum, nan akan sangat mengkhawatirkan Kami belum melihat adanya tanda-tanda nan belum.."
Biorge mengatakan bahwa virus anggota keluarga meninggal dari itu genetis sama dengan strain ditemukan beredar di daerah nan sama pada tahun sebelumnya. Pengujian nan dilakukan pada unggas di desa sejauh ini negatif, tetapi antibodi nan ditemukan pada beberapa spesimen nan diambil dari ayam dan bebek. Namun, hewan-hewan dapat menjadi antibodi jauh lebih awal atau dikembangkan sakit setelah divaksinasi, tetapi tak ada catatan imunisasi nan tersedia.
Biorge mengatakan korban pertama dalam keluarga bekerja sebagai pedagang sayur di pasar di mana unggas hayati nan dijual, sehingga para pejabat berusaha buat menentukan apakah itu ialah di mana ia menjadi terinfeksi.
Wanita itu tak pernah diuji buat virus flu burung setelah dia meninggal, tapi dia ialah bagian dari cluster keluarga. 25-tahun saudara tuanya ialah anggota keluarga hanya tersisa masih hayati setelah terinfeksi. Beberapa sampel telah diambil dari desa di daerah, namun pemerintah daerah telah resisten buat bekerja dengan para pakar kesehatan di luar.
Flu burung sejauh ini telah menewaskan 124 orang di seluruh dunia, dengan lebih dari seperempat dari kematian nan terjadi di Indonesia. WHO telah meminta warga desa setempat buat membantu monitor buat siapa saja nan mengalami gejala mirip flu. Jika ada nan terlihat sakit, mereka akan dikarantina buat observasi dan diberi Tamiflu.