Akhir Hayat H. Samanhudi

Akhir Hayat H. Samanhudi

Membahas tentang Biografi H Samanhudi . Mungkin di zaman sekarang ini tak banyak lagi nan mengenal beliau. Bahkan mendengar namanya pun mungkin terasa asing. Sebenarnya siapakah Haji Samanhudi itu? Mengapa orang harus membuat biografi tentang beliau?

Tentu kita tahu, seseorang nan dituliskan biografi tentang dirinya pastilah seorang nan memiliki pengaruh. Atau, dapat dikatakan seorang nan telah menorehkan hal nan berarti di dalam catatan perjalanan hidupnya dan goresan itu memberi rona pada kehidupan banyak orang.

Haji Samanhudi atau bernama lengkap Kyai Haji Samanhudi ialah seorang tokoh nan dilahirkan di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, tepatnya pada tanggal 8 Oktober 1879.

Pria dengan nama kecil Sudarno Nadi ini hanya dapat melanjutkan pendidikan setingkat sekolah dasar di zaman Belanda. Maklum pada zaman penjajahan tak banyak orang nan dapat bersekolah tinggi, kecuali bagi kaum bangsawan dan keluarga kaya raya.

Sudarno Nadi nan juga bernama Wiryowikoro ini tak sampai menamatkan sekolahnya sebab keterbatasan nan disebabkan oleh kebijakan penjajah Belanda di zaman itu jualah nan menjadi penyebabnya. Akhirnya pemuda Sudarno Nadi memutuskan buat pergi ke Surabaya buat berdagang sambil mendalami ilmu agama.



Sarekat Islam

Biografi H Samanhudi menjadi krusial buat diketahui sebab jasa-jasa beliau dalam berdirinya Sarekat Dagang Islam. Sarekat Dagang Islam ialah sebuah organisasi dagang Islam nan pada mulanya menjadi loka berkumpul bagi para pedagang dan usahawan batik di kota Surakarta.

Pemicunya ialah sebab pemuda Sudarno Nadi atau Samanhudi merasakan bahwa penjajah Belanda melakukan tindakan nan berbeda terhadap para pedagang pribumi.

Belanda lebih menganakemaskan pedagang Tionghoa sebab perlakuan nan dirasa tak adil itulah, makanya Samanhhudi berinisiatif membentuk sebuah wadah agar para pedagang pribumi dapat berkumpul dan bersatu, yaitu sebuah organisasi sendiri agar dapat membela dan mendahulukan kepentingan pedagang pribumi.

Tepatnya pada tahun 1911 Samanhudi mendirikan organisasi Sarekat dagang Islam di kota Solo. Samanhudi atau KH Samanhudi saat itu ialah seorang desainer batik nan juga pedagang batik.

Memang politik penjajah Belanda nan menganut sistem devide et empera atau ‘pecah belah dan jajahlah’ memang sengaja mereka terapkan dengan memecah belah antara pedagang pribumi dengan pedagang keturunan Tionghoa atau Cina dengan cara mendukung pedagang Cina dengan cara memberikan hak monopoli pada mereka.

Sementara, pedagang pribumi mendapat banyak tekanan, sehingga tak leluasa dalam berdagang. Akibatnya, mereka kesulitan mengembangkan usaha perdagangan mereka.

Adapun alasan fundamental nan menjadi latar belakang dalam pendirian organisasi, nan pertama, yaitu persaingan, karena adanya persaingan nan meningkat dalam bidang perdagangan batik khususnya nan dilakukan oleh orang-orang Cina nan mempunyai sifat superior kepada para orang pribumi.

Latar belakang kedua ialah sebab adanya tekanan dari para kaum bangsawan. Hal ini lah nan menyebabkan H. Samanhudi tergerak buat maju dan membantu kaum pedagang pribumi nan notabene ialah warga pemilik negeri ini. Caranya ialah dengan menyusun kekuatan di dua bidang, yaitu sebagai berikut.

  1. Bidang agama
  1. Bidang perdagangan

Organisasi ini mendapat sambutan nan hangat dari seluruh pedagang, bahkan bukan hanya para pedagang saja nan bergabung. Masyarakat awam juga bergabung dengan SDI. Hingga cabang-cabang SDI dibuka di mana-mana ibarat cendawan tumbuh di musim hujan. Bahkan cabang-cabang SDI juga dibuka di luar kota solo.

Hal ini tentu saja menimbulkan kecemasan di hati penjajah Belanda. Apalagi atas dorongan sejumlah pemuda dan pengurus, SDI berubah menjadi partai politik. Tepatnya, pada tanggal 10 di bulan September 1912, Sarekat Dagang Islam pun berubah menjadi Sarekat Islam.

Sejak itu, jumlah anggota SI terus bertambah bahkan saat menjelang Kongres I (pertama) SI di Surabaya, jumlah anggota SI sudah mencapai sekitar 80 ribu orang. Kongres pertama SI pun digelar pada 25-26 Januari 1913, di kota Surabaya.

Tiga tahun kemudian, anggota SI bertambah menjadi 360 ribu orang dan terus bertambah menjadi 450 ribu orang pada tahun 1918. Jadi, sepanjang periode 1916-1921, proses penyusunan AD (anggaran dasar), mencari pimpinan organisasi dan pengaturan interaksi antara organisasi di pusat dan daerah pun beres. Tujuan oraganisasi ini ialah sebagai berikut.

"Akan berikhtiar, agar para anggota akan berteman satu sama lain seperti layaknya saudara agar adanya kerukunan serta sikap saling tolong menolong antara sekalian kaum muslimin, juga dengan segenap daya dan upaya nan halal serta tak menyalahi undang-undang, juga berikhtiar buat mengangkat derajat, supaya timbulnya kemakmuran, kebesaran negeri, dan kesejahteraan"



SI Dibekukan

Karena pesatnya perkembangan SI bahkan sampai ke daerah-daerah di luar Jawa, termasuk kegiatan para anggotanya nan tak bisa selalu diawasi membuat Residen Surakarta sebagai penguasa zaman itu mengambil keputusan. Sarekat Islam dibekukan.

Keputusan Residen Surakarta ini menimbulkan huru hara dan kerusuhan sebab aksi penolakan rakyat. Akhirnya pada 26 Agsutus 1912 penjajah Belanda mencabut surat keputusan pembekuan SI tentu saja dengan beberapa catatan, seperti wilayah organisasi Sarekat Islam dibatasi hanya di wilayah Surakarta saja.

Untuk kelanjutan organisasi agar mampu bertahan menghadapi penjajahan Belanda, H.Samanhudi menyadari bahwa organisasi SI butuh dipimpin oleh seorang pemimpin nan cersdas dan handal.

KH Samanhudi lalu menugaskan HOS Cokroaminoto nan telah bergabung dengan SI sejak tahun 1912 buat melakukan penyusunan aturan dasar. Dengan mengabaikan batasan nan diberikan Residen Surakarta, HOS Cokroaminoto lalu menuyusun aturan dasar nan baru buat SI seluruh Indonesia.

Dia juga meminta pengakuan dari pemerintah demi menghindari timbulnya "pengawasan preventif dan represif secara administratif". Akhirnya pada rendezvous SI di Yogyakarta, 18 Februari 1914, diambillah keputusan membentuk pengurus pusat. Pengurus pusat ini terdiri dari berikut ini.

  1. Haji Samanhudi menjabat Ketua Kehormatan
  1. HOS. Cokroaminoto diangkat sebagai ketua Sarekat Islam
  1. Gunawan menjadi Wakil Ketua Pengurus Central (Pusat)

Pada 18 Maret 1916, yaitu 5 tahun setelah berdiri, Sarekat Islam pun diakui pemerintah Belanda. SI semakin berkembang pesat dan akhirnya menjadi sebuah partai massa saat dipimpin oleh Haji Oemar Said Cokroaminoto.

SI tak semata berjuang buat kepentingan dagang anggotanya saja, tapi juga berjuang secara politik buat kemerdekaan bangsanya.



Akhir Hayat H. Samanhudi

Seiring dengan usia nan bertambah dan kesehatan nan mulai terganggu, sejak tahun 1920, H.Samanhudi non aktif dari kepengurusan Partai SI. Hal itu juga berimbas pada usaha dagangnya nan juga mengalami penurunan.

Namun, sokongan H.Samanhudi buat kemerdekaan bangsa tidak pernah surut. Bahkan setelah Indonesia merdeka pun saat serangan militer kedua Belanda dilancarkan, H. Samanhudi tetap berjuang bahu membahu dengan para pemuda buat membendung agresi Belanda dan tentara sekutu.

Dengan membentuk laskar bernama Gerakan Kesatuan Alap-Alap. Tugas mereka ialah menyediakan pelengkapan terutama pasokan makananan buat para pejuang di medan perang.

H. Samanhudi juga mendirikan Gerakan Persatuan Pancasila dan Barisan Pemberontakan Indonesia Cabang Solo buat membela Republik Indonesia nan saat itu sedang menghadapi ancaman dan agresi dari Belanda.

KH Samanhudi ialah seorang leader nan hebat, dia mampu merintis dan mendirikan sebuah organisasi besar, selamat dalam menjalani rintangan dan sukses mendelegasikan kepemimpinanannya pada orang nan tepat.Terbukti pada saat beliau memutuskan memilih HOS Cokroaminoto sebagai pemimpin SI penggantinya.

Ia tahu bahwa SI butuh seorang pemimpin nan berpendidikan tinggi, cerdas, berani, dan teguh dalam pendirian, serta agamis. Dan, pilihan KH Samanhudi tak salah. HOS sukses membawa SI berkembang semakin pesat.

H. Samanhudi mati tanggal 28 Desember 1956 di Klaten. Beliau dimakamkan di Desa Banaran, Kecamatan Grogol-Sukohardjo, Jawa Tengah.

Berdasarkan pada Surat Keputusan Presiden RI No. 590 tahun 1961, maka atas prestasi dan jasa-jasanya membuat H. Samanhudi dianugerahi gelar Pahlawan Konvoi Nasional pada tanggal 09 November 1961.

Demikian sekilas mengenai biografi H Samanhudi di masa perjuangannya memperjuangkan kesejahteraan para pedagang. Semoga uraian tersebut bermanfaat dan menambah wawasan Anda.