Sejarah Awal Arab (4 – 6 SM)

Sejarah Awal Arab (4 – 6 SM)

Bangsa Arab ialah salah satu bangsa nan besar di dunia, nan terkenal dengan kekhasan budayanya serta sebagai loka lahirnya salah satu agama besar di global yaitu Agama Islam. Kata Arab pertama kali muncul pada Abad ke-9 sebelum Masehi. Menurut bahasa Arab, Arab sendiri berarti padang pasir nan gersang, tak ada air dan tanaman, serta dengan tanah nan gundul.

Karena itu kelompok masyarakat atau kelompok suku nan tinggal di area padang pasir ini disebut Bangsa Arab. Bangsa Arab atau bangsa padang pasir ialah sebutan nan diberikan kepada kelompok suku nan bermukim di jazirah Arab sepanjang Timur Tengah dan Afrika Utara. Bicara tentang Bangsa Arab dapat saja terdiri dari orang Yahudi dan Kristen, tak selalu identik dengan umat Islam.



Letak Geografis Arab

Secara geografis, kawasan Semenanjung Arab terletak di bagian barat daya benua Asia, nan sebagian besar terdiri dari gurun nan terhampar luas di tengah-tengah Semenanjung. Suhu di Semenanjung Arab sangat tinggi dengan iklim nan sangat panas.

Untuk bisa disebut sebagai bangsa Arab, seseorang harus memenuhi beberapa persyaratan nan mengacu pada kesepakatan Perserikatan Arab Tahun 1946 yakni:

  1. Secara Politik; seseorang dikatakan sebagai orang Arab bila ia memiliki kewarganegaraan atau berkebangsaan di salah satu negara di jazirah Arab.
  2. Secara Bahasa; seseorang dapat disebut sebagai orang Arab bila ia dapat berbahasa Arab menuturkan Bahasa Arab atau menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa ibu. Syarat ini banyak mendapat kontradiksi dari warga Mesir.
  3. Secara Genealogi: seseorang bisa mengaku dirinya seorang Arab ialah bila ia memiliki keturunan dari Arab atau nenek moyang/leluhurnya tinggal di salah satu negara di Arab.
  4. Secara Pengetahuan: seseorang dikatakan sebagai orang Arab bila ia memiliki segala pengetahuan tentang Arab.
  5. Secara Sosial: seseorang bisa disebut sebagai orang Arab bila ia peduli terhadap nasib bangsa Arab secara holistik dan secara spesifik pada negara-negara Arab.


Silsilah Kaum Arab

Para sejarawan membagi kaum-kaum Arab menjadi tiga bagian, berdasarkan cikal bakal dan silsilah keturunannya yakni:

  1. A rab Musta'ribah ialah kaum-kaum Arab nan berasal dari keturunan Nabi Isma'il AS nan mendiami kawasan Hedzjaz dandisebut pula ‘Adnaniyah sebab salah seorang dari keturunan Nabi Ismail AS ada nan bernama Adnan. Disebut Musta’rabah atau Muta’arribah sebab Nabi Ismail AS, nenek moyang mereka nan pertama, berbahasa Ibrani atau Suryani dan tak berbahasa Arab.
  2. Arab 'Aribah disebut pula Qahthaniyah yaitu kaum-kaum Arab nan berasal dari keturunan Ya'rib bin Yasyjub bin Qahthan. Arab Aribah ialah keturunan dari Qahtan nan di dalam Taurat disebut Yaqzan. Menurut catatan sejarah, di wilayah Yaman, mereka sukses membangun kota-kota dan mendirikan istana-istana megah dengan arsitektur nan sangat tinggi mutunya. Mereka juga sudah mempunyai angkatan perang nan tangguh, mengadakan interaksi dagang dengan kerajaan-kerajaan tetangga, mampu mengolah pertanian dengan sistem irigasi, pakar dalam seni ukir terutama memahat patung, pakar ilmu nujum atau perbintangan. Kabilah-kabilah Arab Aribah ini antara lain ialah kabilah Jurhum, Kahlan, dan Himyar.
  3. Arab Ba'idah diduga sebagai keturunan orisinil Bangsa Semit nan terdiri atas kaum ʿĀd, Tsamud, Thasm, Judais, 'Imlaq dan lain-lainnya nan telah ada jauh sebelum Islam. Namun kaum-kaum Arab terdahulu ini sudah punah dan sudah tak ada lagi keturunannya. Walau begitu, sejarah mereka bisa dilacak dengan rinci dan jelas. Cerita tentang Arab Bai’dah nan merupakan keturunan orisinil Bangsa Semit ini bisa diketahui dari Syair Arab Jahili dan kitab sawami seperti Al Quran. Menurut sejarah, keberadaan suku Arab Ba’idah ini bisa dilacak dari jejak arkeologi di Semenanjung Arab bagian utara serta di Asia kecil khususnya wilayah Babil dimana mereka lama bermukim dan membangun peradaban di kedua loka tersebut.


Sejarah Awal Arab (4 – 6 SM)

Orang Arab secara historis merupakan keturunan Bangsa Semit. Awalnya Bangsa Semit ini ialah bangsa nan besar dan kuat nan terdiri atas Bangsa Minean, Asiria, Akkadia, dan Aram, terbukti mereka mampu membangun peradaban di Syria dan Mesopotamia . Namun, sebab hasrat berkuasa nan besar pada masa itu dari Bangsa Non Semit dan Bangsa Nomad Semit, maka Bangsa Semit pun perlahan-lahan kehilangan penguasaan politiknya. Kemudian pada 330 SM dampak agresi Persia dan kedatangan Bangsa Yunani, akhirnya Bangsa Semit benar-benar kehilangan kekuasaannya dan harus menyerah kalah.

Penyerangan itu mengakibatkan Bangsa Semit terusir dan harus keluar dari daerah nan selama ini mereka diami. Mereka pun berpindah ke daerah selatan dan daerah utara Mesopotamia nan merupakan wilayah padang pasir. Di daerah nan baru mereka kembali membangun peradaban Arab (peradaban padang pasir) nan di Utara dinamakan Peradaban Arab Nabatea, sementara di Selatan mereka membentuk kafilah-kafilah nan kemudian mendirikan sebuah kerajaan di daerah Yaman nan oleh Bangsa Yunani disebut Arabia Felix atau Kawasan Arab nan Beruntung.

Seperti halnya orang-orang Arab, bangsa-bangsa di global pun terus berkembang. Termasuk Kekaisaran Romawi nan terus menginvasi dan menaklukkan banyak daerah gurun di Timur diantaranya Syam nan lalu disebut Arab Petra atau Arabi. Penaklukkan itu menyebabkan banyak kabilah-kabilah nan berpindah pada abad pertama Masehi diantaranya Kaum Kindi, Kaum Lakhm, dan Kaum Ghassan nan berpindah ke Arab Petra.

Kabilah-kabilah tersebut terus berkembang di mana Kabilah Kindi berpindah ke Utara lalu berpindah lagi ke Bahrain lalu bermukim di Yaman. Kaum Lakhm mendiami di pertengahan Sungai Tigris dan bersekutu dengan Sassanid melawan Kabilah Ghassan dan Kekaisaran Bizantium lalu mengontrol Arab bagian tengah. Sementara Kabilah Ghassan berpindah dan menguasai Syria hingga kedatangan kaum Muslimin di loka itu lalu bermigrasi ke daerah Levantine (Palestina dan Lebanon) dan kawasan Hurran.



Perkembangan Arab Pra-Islam

Kata A'raab merupakan istilah bangsa Asiria terhadap bangsa-bangsa nan pernah mereka taklukkan. Kata Arab semakin dikenal buat menyebut kabilah gurun nomaden nan disebut A'raab serta buat menyebut kaum Muslimin nan bermukim di Madinah. Dalam Al-Qur'an kita tak akan menemukan kata ʿarab, sebab di dalam Al-Qur’an nan digunakan ialah kata sifatnya yaitu ʿarabiyyun.

Mengacu pada terminologi Islam , kata ʾaʿrāb buat kaum Arab Badui dan ʿarab menunjukkan bahasa. Kata benda netral ʾaʿrāb memiliki makna nan dekat dengan suku Badui Quraisy nan melawan Nabi Muhammad SAW, hal ini dapat kita temukan pada surat At-Taubah ( ʾaʿrābu ʾašaddu kufrān wa nifāqān : Mereka (suku Quraisy) semakin kafir dan nifaq"). Karena itu, Al-Qur'an menjadi contoh nan paripurna bagi bahasa Arab atau al-ʿarabiyya.

Berdasarkan cerita sejarah, Nabi Ibrahim a.s membawa Siti Hajar dan Ismail a.s pergi ke Mekkah. Dalam cerita, disebutkan bahwa keluarga kecil itu mampu menyesuaikan diri dengan kabilah Jurhum nan merupakan keturunan dari Qahtan. Bani Qahtan ini sudah menetap lebih dulu daripada Ibrahim dan keluarganya. Beranjak dewasa, Ismail a.s pun menikah. Beliau menikahi wanita dari kabilah Jurhum tersebut. Bersama wanita itu, beliau memiliki 12 orang putra dan putri. Keduabelas putra dan putri Ismail a.s ini lah nan menjadi nenek moyang dari Suku Quraisy, nan sama-sama kita ketahui merupakan nenek moyang dari Nabi Muhammad Saw.

Kaum Arab dapat dibedakan menjadi penduduk perkotaan dan penduduk pedalaman bila mengacu pada faktor loka tinggal. Penduduk Arab perkotaan ialah mereka nan memiliki kemampuan bertani nan baik dan cara berdagang nan cukup maju serta telah mempunyai loka tinggal nan permanen di kota-kota.

Sementara penduduk Arab pedalaman ialah mereka nan hayati berpindah-pindah (nomaden) sambil membawa binatang ternak dari satu daerah ke daerah lain buat mencari padang rumput dan sumber mata air, sebab itu mereka tak memiliki perkampungan permanen atau kediaman tetap. Sebelum kelahiran Islam, daerah Arab dilanda peperangan monoton sebab kaum Arab baik nan menetap maupun nan nomad hidupnya berkabilah-kabilah sehingga rentan menimbulkan kontradiksi dan perselisihan.



Perkembangan Pasca Islam

Sejak zaman prasejarah , manusia telah meyakini bahwa terdapat kekuatan di alam semesta nan lebih besar dari dirinya. Hal ini terbukti dengan ditemukannya berbagai altar persembahan, kuil-kuil ibadah, dan bangunan lain loka manusia melakukan persembahan kepada sesuatu nan mereka yakini sebagai Tuhan. Walaupun saat itu agama nan berkembang ialah animisme. Begitupun dengan Kaum Arab nan ketika masa Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS sudah memiliki keyakinan semacam ini.

Pada dasarnya baik ajaran Nabi Ibrahim AS dan Ismail As telah menegaskan dengan jelas bahwa Tuhan ialah esa yaitu hanya Allah SWT. Penyembahan kepada Tuhan hanyalah ditujukan kepada satu-satunya Zat nan memiliki kekuatan buat menciptakan dan mengatur alam semesta yaitu Allah SWT. Pada saat itu Agama Islam belum dikenal, dan ajaran nan dibawa oleh Nabi Ibrahim AS dan Ismail As disebut hanif.

Seiring berjalannya waktu, fitrah manusia dengan pikirannya dan pilihan sikapnya buat bertindak telah membawa Kaum Arab jauh dari ajaran hanif bahkan cenderung menyekutukan Allah SWT. Mereka menyembah banyak Tuhan melalui batu nan telah memiliki bentuk maupun batu nan tak memiliki bentuk. Penyembahan kepada batu ini melahirkan agama nan dikenal sebagai agama Wasaniyah.

Kaum Arab Jahiliyah sesungguhnya meyakini keberadaan Tuhan atau sang pencipta pada masa itu, namun mereka merasakan tak adanya penghubung langsung antara manusia dengan Tuhannya tersebut. Contohnya, ketika berdoa mereka bingung kepada siapakan doa tersebut dialamatkan dan bagaimana Tuhan harus disebut. Oleh karenanya, mereka merasa membutuhkan mediator buat menghubungkan mereka dengan Tuhannya.

Mereka merasa memerlukan sesuatu nan dianggap dapat menjadi media dalam menyampaikan doa dan segala pengharapan. Pemikiran seperti ini lalu menggerakkan Kaum Arab Jahiliyah buat membuat patung-patung sesembahan nan disebut berhala. Kebutuhan spiritual manusia buat bersandar atau bergantung pada sesuatu nan lebih besar di luar dirinya pada Kaum Arab Jahiliyah kala itu, mengakibatkan ritual atau tradisi menyembah berhala di setiap keluarga dan kabilah. Penyembahan berhala tak hanya dilakukan di loka ibadah tetapi juga dilakukan di rumah dengan waktu-waktu terntu nan diatur dengan kesepakatan bersama.

Selain itu, sebagian lagi Kaum Arab Jahiliah tak terikat dengan moral nan ketat dimana minum arak, berjudi, berzina, mencuri, dan merampok dipandang sebagai hal nan lumrah. Kaum wanita dianggap sebagai harta nan bisa diwariskan maupun diperjualbelikan dan dipandang rendah. Bahkan ada kabilah eksklusif nan menganggap memelihara anak perempuan sampai dewasa dipandang sebagai beban dan bisa menimbulkan aib bagi kabilahnya sehingga dibenarkan buat mengubur anak perempuan hidup-hidup.

Perjuangan Nabi Muhammad SAW buat menyadarkan Masyarakat Mekah agar tak lagi menyembah berhala seperti Uzza, Manata, Latta, dan Hubah pada saat masa itu ialah kisah nan penuh darah dan airmata. Mekah nan merupakan loka kelahirannya justru memberikan perlawanan nan keras buat menerima agama Islam.

Berbeda dengan masyarakat Madinah nan lebih mudah dan memeluk agama Islam. Ketika Nabi Muhammad SAW menaklukkan Kota Mekah. Mulai dari pendekatan nan halus hingga cara nan represif dilakukan oleh Rasulullah salah satunya ialah dengan menghancurkan sejumlah berhala nan dipajang di seputar Ka’bah dengan dukungan tentara muslimin.

Meskipun pada masa itu agawa Wasaniyah berkembang pesat, namun tak semua kaum Arab menganut agama tersebut. Banyak kaum Arab juga telah memeluk agama Kristen sejak Kristen masuk ke jazirah Arab pada abad ke-1 Masehi nan tersebar di Syam dan Mesir, termasuk diantaranya keluarga Nabi Muhammad SAW. Sebagian lagi memeluk agama Yahudi. Hingga di abad ke-6 Masehi, lahirlah agama Islam dan hingga kini agama Islam di Arab terbagi atas Syi’ah, Sunni, dan Ibadiah.

Perkembangan Islam semakin pesat pada abad ke 7 Masehi ketika kaum Muslimin menduduki Persia dan Syam. Penduduk Adnan dan Qahtan di Syam dan Persia tanpa perlawanan segera memeluk agama Islam. Bangsa Arab juga mencapai kejayaannya pada abad ke-8 Masehi sebab sukses menguasai Bangsa Finisi dan Kartago di Afrika Utara dan Semenanjung Iberia. Kemudian dengan donasi Kaum Berber, Khalifah Arab dapat menguasai Spanyol hingga abad ke-17. Pada Abad Pertengahan, kejayaan kekhalifahan Arab Islam ini tersebar dari Pegunungan Pirenia sampai ujung Teluk Persia. Karena kemasyhurannya, kekhalifahan Arab Islam ini disebut sebagai “Saracen” oleh Kaum Kristen Eropa dan disebut pula Bangsa Moor oleh Kaum Kristen di Iberia.

Bangunan kudus Ka’bah ialah salah satu bukti kebudayaan dan kejayaan peradaban Arab masa lalu nan hingga kini masih dapat dilihat dan dikunjungi oleh Umat Islam di seluruh dinia. Begitupun dengan makam-makam nabi seperti makam Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammah SAW. Selain itu banyak-banyak bangunan nan sarat dengan sejarah dan perkembangan Islam seperti Masjid Al-Aqsha nan merupakan saksi peristiwa Isra’ Miraj Nabi Muhammad SAW serta Masjid Nabawi Madinah nan menjadi ikon ketika Rasulullah memegang tampuk kepemimpinan dalam penyebaran Islam.