Beberapa Faktor Penyebab Korupsi
Patut kita jajak kembali apa nan disebut korupsi dan faktor penyebab korupsi itu sendiri. Secara umum, korupsi ialah setiap penyalahgunaan, artinya baik dalam bentuk jabatan, uang, waktu dan lain-lain jika disalahgunakan oleh seseorang nan diberi wewenang memegang amanah ternyata ia justru menyalahgunakan demi kepentingan dirinya sendiri, keluarga, atau kelompoknya.
Jika korupsi diartikan secara generik setiap penyalahgunaan, maka secara praktis, seorang guru atau dosen nan mengajar kurang dari waktu nan telah ditetapkan, maka korupsi waktu artinya. Seorang manager keuangan menggunakan sejumlah uang perusahaan untukkepentingan pribadi, maka korupsi uang namanya, atau seorang manajer SDM tiba-tiba saja memasukan seseorang perusahaan sebab nan dimaksud ialah saudaranya maka korupsi jabatan artinya.
Begitulah korupsi, begitu mudah dilakukan bahkan kerapkali pelakunya tidak merasa telah korupsi, dapat sebab memang tidak tahu, atau dapat juga sebab korupsi telah membudaya di lingkungannya. Lantas nan jadi pertanyaan ialah apa faktor penyebab korupsi nan kian mengkhawatirkan ini?
Faktor Penyebab Korupsi ialah Warisan Turun Temurun
Budaya tidak selamamnya baik. Ada kalanya budaya justru menjadi "rantai setan" nan membelit dan sulit lepas dari korbannya. Budaya diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya melalui pembelajaran langsung maupun tak langsung. Dalam sebuah kantor misalnya, jika karyawan seniornya sering datang terlambat atau pulang lebih cepat dari nan telah ditetapkan perusahaan, maka secara langsung atau tak langsung telah mentransfer budaya korupsi waktu kepada karyawan juniornya.
Jika hal ini terus menerus dibiarkan tanpa adanya teguran dari atasan sekaligus memberikan contoh nan baik dengan ontime (tepat waktu) bekerja, maka lambat laun akan menjadi budaya perusahaan nan offtime (terlambat). Berangkat dari kenyataan korupsi nan telah lama sekali membelit bangsa nan kita cintai, kiranya warisan budaya tersebut harus diakhiri dengan pendidikan, karena pendidikan ialah pondasi nan akan membangun karakter generasi bangsa nan akan melanjutkan generasi sebelumnya.
Faktanya masih dapat dihitung dengan jari, universitas nan telah memasukan pendidikan anti korupsi ke dalam kurikulum pendidikannya, masih minim pencerahan dan implementasi buat mengikis budaya korupsi melalui pendidikan. Padahal, melalui pendidikanlah faktor penyebab korupsi setahap demi setahap dikikis.
Pendidikan akan efektif manakala ditanamkan sedini mungkin, meskipun bukan berarti terlambat jika mulai diterapkan bagi seseorang nan telah lama mengenyam pendidikan. Bukanlah ide nan jelek jika pendidikan anti korupsi ditanamkan sejak Sekolah Dasar.
Bahkan, kalau perlu dimasukan kepada kurikulum pendidikan. Sebab Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) nan digalakan sejak sepuluh tahun silam tanpa diimbagi oleh pendidikan dasar anti korupsi dapat jadi memicu faktor penyebab korupsi. Mengapa? Karena orientasinya hanya kepada hasil akhir, bagaimana seorang siswa dapat mencapai kesuksesan akademik tanpa ditopang bagaimana proses siswa tersebut meraih kesuksesan akademik secara halal.
Kalaupun pendidikan anti korupsi belum menjadi kurikulum di Sekolah Dasar, padahal kekinian krusial artinya, maka sebagai orangtua atau masyarakat generik dapat melakukan beberapa hal berikut ini.
- Mengenalkan kepada anak sedini mungkin apa itu korupsi dan bagaimana seseorang bisa dikategorikan korupsi.
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sebenarnya pernah membagikan pocket book (buku saku) tentang korupsi nan didisasin menarik sebab segmentasinya ialah kaula muda. Kiranya buku tersebut dapat dijadikan panduan. Kalau Anda belum mendapatkannya, dapat dicari informasinya di: www.kpk.go.id
- Menanamkan konduite jujur kepada anak-anak atau kepada generasi muda.
Dalam sebuah talkshow seorang psikolog mengatakan ciri-ciri koruptor sebenarnya dapat diditeksi sedini mungkin, misalnya saja Norma seorang anak nan suka mengambil makanan kakaknya, adiknya, atau orang lain. Saat itulah Norma buruk tadi harus segera diubah dan diluruskan oleh orangtuanya atau kerabat terdekat.
- Mendorong pemerintah atau forum pendidikan buat memasukkan pendidikan anti korupsi mulai pendidikan dasar.
Tujuan dari cara ini ialah supaya pemahaman tentang anti korupsi lebih membekas dan membangun karakter. Cara pelaksanaannya tentu saja dengan kemasan nan sinkron dengan global anak atau pendidikan dasar, misalnya melalui maskot anti korupsi, pameran pendidikan, dan simulasi.
Beberapa Faktor Penyebab Korupsi
Korupsi sangat sering dilakukan tak hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai negara. Faktor penyebab korupsi juga sangat beragam. Berikut ialah contoh-contoh penyabab korupsi nan terjadi di sekitar kita.
- Faktor penyebab korupsi nan pertama ialah faktor internal, yaitu dorongan nan berasal dari dalam diri sendiri.
- Faktor penyebab korupsi nan kedua ialah faktor eksternal, yaitu dorongan nan berasal dari luar atau kondisi lingkungan.
1. Faktor Enrichment
Korupsi dapat saja dilakukan sebab adanya willingness serta opportunity (faktor internal dan faktor eksternal). Faktor internal berhubungan dengan kualitas moral seorang individu. Individu nan memiliki moral tinggi lebih condong buat tak melakukan korupsi.
Tapi iman seseorang kadang naik dan terkadang turun sehingga menggantungkan proses governance hanya pada seorang pemimpin dianggap tak cukup. Faktor nan diperlukan ialah sistem nan bisa mencegah terjadinya perbuatan korupsi. Sistem nan pertama membatasi discretionary seorang individu, kedua mencegah berlangsungnya monopoli, dan mendorong akuntability . Sistem ini akan mampu menurunkan taraf korupsi.
2. Faktor Internal
Berikut ini ialah faktor penyebab korupsi nan bersifat internal.
- Persepsi nan muncul terhadap korupsi.
- Kualitas moral serta integritas setiap individu.
Sebelum membahas faktor-faktor penyebab korupsi di atas, kita bahas dulu masalah internal inrichment yang berhubungan juga dengan faktor penyebab korupsi. Internal inrichment ini seperti ada sebuah budaya ketimuran nan memandang pemberian hadiah pada atasan kerja sebagai bagian dari rasa hormat. Hal ini sebetulnya bisa disebut sebagai perbuatan nan mengarah pada korupsi.
Keadaan seperti ini mengakibatkan perang terhadap korupsi jadi lebih seru dan lebih menantang. Alasannya kerena nan harus dihadapi tak hanya konduite korup dari para pelaku korupsi, tetapi juga nan dihadapi ialah sebuah benteng budaya.
Baiklah, sekarang saatnya membahas seputar faktor penyebab korupsi nan bersifat internal.
A. Persepsi Terhadap Korupsi
- Pengertian setiap individu atau setiap orang tentang korupsi tidaklah sama. Artinya, setiap orang memiliki pandangan nan bhineka tentang korupsi dan juga faktor penyebab korupsi.
- Salah satu faktor masih belum hilangya konduite permisif terhadap korupsi ialah sebab belum dapat memetakan istilah serta artikulasi definitif terhadap konduite korupsi sehingga terjadi bermakna ganda ketika memandang perbuatan korupsi.
- Korupsi nan terjadi di global pendidikan pun sering terjadi, seperti adanya istilah petty corruption nan artinya memberikan tips kepada guru buat tambahan pelajaran privat siswa. Ada juga istilah nan disebut medium corruption nan artinya defleksi distribusi serta pengalokasian scholarship . Ada juga istilah nan disebut dengan grand corruption nan artinya defleksi dana donasi pembangunan gedung sekolah atau buat universitas.
- Penyimpangan beberapa konduite nan mengarah pada perbuatan korupsi dan nan terkait dengan indisipliner dosen, karyawan, serta juga mahasiswa masih sangat tinggi.
B. Oralitas dan Integritas Individu
Berikut ini ialah oralitas dan intergritas individu nan berkaitan dengan faktor terjadinya korupsi.
- Greedy atau jika diterjemahkan artinya menjadi keserakahan.
- Adanya permasalahan ekonomi, seperti pendapatan lebih kecil daripada kebutuhan nan semakin meningkat dari hari ke hari.
- Latar belakang kebudayaan, kultur di lokasi kerja atau lingkungan loka tinggal juga sangat berpengaruh terhadap korupsi.
- Faktor terjadinya korupsi nan terakhir ialah self esteem nan rendah.
Itulah beberapa faktor penyebab korupsi. Semoga bermanfaaat!