Sunnah Wudhu
Sebagai rukun iman kedua, wajib hukumnya bagi orang islam mendirikan sholat. Sebelumnya sholat seorang muslim harus bersuci dengan cara berwudhu. Oleh karenanya tata cara wudhu harus dikuasai dengan benar.
Jenis Air buat Bersuci
Sebelum masuk pada tata cara wudhu , ada baiknya kita mengetahui jenis-jenis air nan boleh dan tak boleh digunakan buat berwudhu. Jenis air itu adalah:
- Air kudus mensucikan dan tak dimakruhkan. Contohnya: Air sumur, air hujan, air laut, air sungai, air kolam. Jenis air ini paling baik dipakai buat berwudhu. Namun jika tak ada bisa menggunakan air musammas.
- Air musammas atau air kudus mensucikan tetapi dimakruhkan buat bersuci. Contohnya ialah air dalam bejana nan terkena sinar matahari.
- Air kudus nan tak mensucikan. Air ini kudus dan tak najis, tapi tak absah digunakan buat berwudhu sebab sudah berubah rona rasa dan baunya. Contoh air teh, air susu, air kelapa muda.
- Air najis atau mutanajis (air sedikit nan terkena najis). Misalnya air seni, darah, ataupun air sedikit nan terkena barang najis.
Oleh karenanya hanya jenis air pertama dan kedua nan bisa digunakan buat berwudhu. Adapun air musta’mal atau air bekas buat berwudhu nan menetes dari anggota badan saat berwudhu hukumnya suci, tapi tak mensucikan dan tak absah buat bersuci.
Tata Cara Wudhu
Menurut pendapat jumhur ulama atau ulama kebanyakan, rukun wudhu ada enam. Pertama niat nan disertai lafadz “ nawaitul wudluua liraf'il hadatsil ashghari fardlallillaahi ta'aalaa ”.
Kedua membasuh muka secara merata. Ketiga membasuh tangan hingga kedua siku. Keempat mengusap kepala. Kelima membasuh kaki hingga kedua mata kaki. Keenam tertib.
Sunnah Wudhu
Akan lebih baik jika kita melaksanakan wudhu tak hanya rukunnya tapi disertai sunnahnya. Berikut ini sunnah dalam rangkaian tata cara wudhu.
- Menggosok gigi/bersiwak terlebih dahulu
- Tidak berbicara
- Mengulang tiap rukun sebanyak tiga kali
- Menghadap kiblat
- Membasuh tangan sebelum berwudhu
- Berkumur
- Memasukkan air ke hidung sebelum membasuh muka
- Mengusap sebagian kepala
- Mengusap kedua telinga (bagian luar dan dalam) sebelum membasuh kaki
- Membasuh kedua kaki hingga lutut
- Membaca doa setelah berwudhu.
Hal-hal nan Membatalkan Wudhu
Selain mengetahui tata cara wudhu, perlu kita ketahui pula hal-hal nan membatalkan wudhu. Sebab tak absah sholat kita jika setelah wudhu kita terkena hal-hal nan membatalkan wudhu, yakni:
- Keluarnya sesuatu dari kubul dan atau dubur. Contoh kencing, kentut, buang air besar, dan sebagainya.
- Bersentuhan kulit dengan laki-laki nan bukan mahromnya (beberapa imam berbeda pendapat tentang hal ini, oleh karenanya sebaiknya kita sesuaikan dengan madzhab kita)
- Hilang akal seperti mabuk, kelenger atau gila.
- Menyentuh dubur maupun kubul dengan telapak tangan. Baik kemaluan sendiri maupun orang lain.
- Tidur dengan posisi selain duduk. Atau tidur nan memungkinkannya kentut tanpa sadar. Tidak jadi masalah jika tidur dengan posisi duduk dan terbangun dengan posisi nan sama.
Sebagai rukun iman kedua, wajib hukumnya bagi orang islam mendirikan sholat. Sebelumnya sholat seorang muslim harus bersuci dengan cara berwudhu. Oleh karenanya tata cara wudhu harus dikuasai dengan benar.
Keajaiban Wudhu
Dengan tegas Al-Qur’an menyatakan bahwa wudhu ialah wajib hukumnya manakala Anda ingin mendirikan atau mengerjakan shalat. Bahkan, secara hakiki, wudhu merupakan kewajiban, sebab ia menjadi bagian krusial dalam melakukan penyucian diri.
Karena wudhu ialah kewajiban, sedangkan kewajiban dapat menjadi beban nan berat buat dikerjakan, maka wudhu pun akan berat buat dikerjakan. Wuudhu dari belenggu beban wudhu diantaranya ialah rasa enggan kita buat selalu berusaha dalam keadaan mempunyai wudhu.
Kita baru akan berwudhu pada saat akan mendirikan atau mengerjakan shalat. Sudah demikian, wudhu dikerjakan hanya sebatas gugur kewajiban belaka. Kita tak benar-benar memperhatikan wudhu kita dengan saksama dan sungguh-sungguh.
Kita hanya sebatas melakukan gerakan-gerakan wudhu belaka. Tidaka da imbas nan dapat kita rasakan dari wudhu nan kita lakukan. Kita mendapatkan fakta bahwa kita wudhu atau tak wudhu, apa nan kita rasakan sama saja.
Pernahkah Anda memerhatikan dan merenungkan kisah-kisah para alim, para bijak bestari, para ulama, para mulia nan lain, nan berkaitan dengan wudhu? Pada suatu ketika, Junaid Al-Baghdadi sakit mata, maka ia diberitahu oleh dokter, :Jika matamu ingin selamat, jangan sampai kena air”. Ketika dokter keluar, Junaid pun mengambil air wudhu, lalu shalat, kemudian tidur.
Ketika bangun, ia mendapati matanya telah sembuh. Ia mendengar suara, “Junaid telah berani mengorbankan matanya buat ridha-Ku, dan andaikan orang-orang pakar neraka jahanam meminta pada-Ku dengan semangat Junaid itu, pasti saya terima permintaan mereka”.
Kemudian ketika dokter datang kembali, ia melihat mata Junaid telah sembuh, dan kemudian bertanya, “Apa nan kamu kerjakan?”, Juanid menjawab, “Aku berwudhu, lalu shalat”. Dokter itu seorang Kristen, dan ia pun beriman seketika itu juga, sambil berkata, “itu obat Tuhan nan mencipta, bukan obat makhluk, dan akulah nan sakit mata, sedang kamu dokternya”.
Al-Yafii, dari Sahil bin Abdullah berkata, “Pertama nan saya lihat dari keajaiban, kebesaran, dan kekuasaan Allah ialah fenomena bahwa pada suatu hari ketika aku keluar ke loka nan sunyi, dan di sana aku merasa senang, dan hati pun benar-benar tertuju kepada Allah, tiba-tiba datang waktu shalat, dan sebab kebiasaanku memperbarui wudhu buat tiap shalat fardhu, maka saya pun merasa risau hati sebab tak ada air”.
Jika sedikit saja kita benar-benar merenungkan kedahsyatan wudhu, kita akan mendapatkan bahwa ajaran Islam nan satu ini demikian agung, tinggi, luhur, dan mulia. Dalam praktiknya, kewajiban nan disebut wudhu ini bukanlah praktik nan sulit. Anak-anak nan baru dapat belajar membaca ayat-ayat Al-Qur’an saja, apabila ia diajari cara berwudhu, akan dengan cepat dapat mengerjakan wudhu.
Bahkan, kalau kemudian lidah kita amat sulit menghafal niat wudhu nan berbahasa Arab itu, kita mendapatkan kemudahan buat melafalkan niat dengan bahasa nan kita gunakan sehari-hari.
Apabila Anda sekarang ini belum dapat mengerjakan wudhu, sediakan waktu sepuluh menit agar seseorang mengajarkan wudhu kepada Anda, aku jamin Anda akan dapat mengerjakan wudhu. Sekali lagi, secara praktik wudhu merupakan aktivitas nan tak sulit buat dikerjakan.
Wudhu dan Ekuilibrium Emosi
Energi wudhu sesungguhnya bisa menjaga kestabilan dan ekuilibrium emosi. Inilah inti rahasianya. Inilah hal nan ingin kita buktikan sekarang ini. Dan inilah wujud kekuatan wudhu terhadap emosi nan kita miliki.
Pertama-tama, harus kita katakan bahwa manusia bukanlah makhluk malaikat, makhluk setan, atau iblis. Dalam diri manusia, ada sifat-sifat malakiah dan juga sifat-sifat setaniah. Sifat nan pertama ialah sifat nan selalu baik, sedangkan sifat nan kedua ialah sifat nan selalu buruk.
Karena fenomena ini, terdapat dorongan nan kuat pada diri manusia buat bersikap dan berperilaku baik dan mulia. Karena fenomena ini pula, manusia terbagi menjadi beberapa macam, yakni:
- Orang nan selalu terlibat dalam kontradiksi antara baik dan jelek serta sahih dan salah.
- Orang nan mengalahkan kebaikan dan kebenaran di atas keburukan dan kesalahan.
- Orang nan mengalahkan keburukan dan kesalahan di atas kebaikan dan kebenaran.
Sebagian besar orang menunjukkan diri sebagai orang dari jenis pertama. Lalu, sebagian nan lebih kecil menunjukkan diri sebagai orang jenis kedua. Sedangkan bagian nan paling kecil menunjukkan diri sebagai orang dari jenis ketiga. Pertanyaannya, apakah kaitannya dengan emosi?
Emosi nan tak dikenali, disadari, dikelola, dimotivasi, dan diarahkan dengan sebaik-baiknya, akan menyebabkan ketidakstabilan dan ketidakseimbangan emosi itu sendiri.
Dalam keadaan emosi nan tak stabil dan tak seimbang, emosi terbesar nan menguasai seseorang ialah emosi nan bersifat negatif dan merusak, nan kemudian keberadaannya dikendalikan oleh nafsu dan amarah, lalu mendorong sikap dan perbuatan nan jahat, tercela, buruk, dosa, atau maksiat.
Orang nan selalu terlibat dalam kontradiksi atau konflik antara sahih dan salah di satu sisi, dan orang nan selalu mengalahkan kebaikan dan kebenaran di atas keburukan dan kesalahan di sisi lain, ialah orang nan memiliki ketidakstabilan dan ketidakseimbangan emosional.
Dengan kata lain, dalam bahasa neurologi, orang nan demikian ini ialah orang nan tak memiliki kecerdasan emosional. Energi wudhu dapat memberikan akibat ketenangan pada emosi, dan lebih generik lagi bagi ketenangan jiwa.