Prestasi dan Kondisi
Dilema dan Pilihan
Keberadaan jadwal sepakbola dunia khususnya Piala Afrika memang tak selalu sesuai dengan kebutuhan klub. Piala Afrika ialah turnamen nan diadakan selama dua tahun sekali sehingga berbeda dengan perhelatan Piala Eropa atau Piala Amerika Selatan nan ada 4 tahun sekali. Agenda Piala Afrika sendiri biasanya dimulai pada bulan Januari hingga Februari dimana jadwal sepak bola global khususnya kompetisi perserikatan sedang memulai masa persaingan nan sengit.
Resistensi banyak bermunculan dari pelatih-pelatih klub papan atas Perserikatan Inggris nan biasa disebut big four. Sebut saja klub asal London, Chelsea nan dihuni pilar-pilar krusial negaranya yaitu Didier Drogba dan Salomon Kalou (Pantai Gading), Michael Essien (Ghana), dan John Obi Mikel (Nigeria) harus mudik keasalnya. Anggota big four lainnya, Arsenal harus merelakan dua pemain mudanya Alex Song dan Emmanuel Eboue pergi memenuhi tugas negara.
Membela negara itu bagaimanapun merupakan sesuatu nan sangat berarti. Ketika mereka berlaga di klub raksasa nan ada di luar negeri, mereka mendapatkan banyak kesempatan mengembangkan ketrampilan dan karir juga uang. Tetapi kepuasan membela negara itu sangat berbeda. Mungkin uang tak seberapa. Apalagi adanya ancaman bagi para pemain dari penggemar fanatik. Jiwa terancam. Namun, perjuangan membela tanah loka dilahirkan ialah sesuatu nan akan terukir di dalam sejarah.
Bagaimana seorang pemain sampai rela melakukan banyak hal agar dapat berjuang bersama dengan teman-teman di timnas ialah sesuatu nan patut diacungi jempol. Pihak klub nan menaungi para pemain nan akan berlaga membela timnas masing-masing juga tak dapat dengan egosinya mempertahankan mereka. Siapapun akan goyah motivasi bertanding kalau tak diizinkan membela tim kesebelasan negaranya.
Efek kepergian pemain Afrika bagi klub memang cukup besar. Di tengah sengitnya persaingan antar klub memburu posisi teratas klasemen liga, klub harus ditinggal pemain pentingnya. Ketidakhadiran pemain pilar di klub berdampak secara langsung kepada stabilitas klub. Instruktur dituntut segera menemukan pemain pengganti nan sepadan dan mencari alternatif taktik tim sembari menjaga konsistensi hasil nan diraih klub. Hal ini memang menjadi satu dilema. Dilema selalu menantang. Dibalik semua tantangan itu niscaya ada hikmah nan sangat besar.
Lebih jauh lagi kekhawatiran nan semakin menakutkan instruktur klub-klub di Perserikatan Inggris ialah kondisi kebugaran pemain pasca penyelenggaraan Piala Afrika. Tidak sporadis penampilan pemain jauh menurun dibandingkan sebelum mengikuti turnamen dikarenakan perjalanan jauh lintas benua. Manusia terdiri dari gumpalan daging dan darah. Kelelahan niscaya ada. Mereka tentunya tak dapat langsung diturunkan sebelum memulihkan kondisi fisiknya. Tidak sporadis juga para pemain itu mengalami jetlag sehingga harus beristirahat beberapa hari.
Padahal klub sangat membutuhkan ketrampilan mereka dalam menggiring bola. Bahkan jika nasib sial sedang menimpa, pemain mengalami cedera sehingga harus absen dari beberapa pertandingan nan dijalani klubnya. Sebagai pihak nan menggaji pemain klub merasa sangat dirugikan sebab tak bisa mengoptimalkan tenaga pemainnya. Hal ini niscaya memberikan suasana nan tak menyenangkan baik bagi pemain apalagi bagi pengurus klub. Namun apa nan mau dikata. Kesabaran ialah satu hal krusial dalam menghadapi suasana ini.
Pemain selalu menghadapi situasi nan mengakibatkan dirinya bermain dengan tak cukup maksimal bagi negaranya. Saat berada di pemusatan latihan tim nasional mereka harus segera bisa beradaptasi dengan pola latihan baru bersama rekan-rekan senegara. Sungguh hal nan tak mudah sebab kelelahan mental dampak jadwal nan padat bisa menurunkan fokus di pertandingan selama turnamen berlangsung.
Tidak dapat selalu berharap setiap pemain bintang akan menunjukkan kebintangannya di setiap pertandingan. Manusia mempunyai kelemahan. Yang harus segera dilakukan ialah menggali dan menemukan sistem nan dapat membuat pemain bintang itu cepat menemukan sisi kebintangannya dalam waktu nan sangat singkat. Sangat disayangkan kalau kedatangan mereka ke tanah airnya malah tak dapat berbuat banyak demi harga diri dan kehormatan negaranya.
Para pendukung timnasnya niscaya sangat berharap akan menyaksikan permainan taraf global nan sering mereka saksikan lewat layar kaca. Mereka akan sangat kecewa kalau para pemain nan telah punya nama itu tak dapat menunjukkan kelas mereka. Kekecewaan ini terkadang berimbas kepada kerusuhan dan pengrusakan fasilitas publik. Mereka tak mau terima alasan apapun termasuk rasa lelah nan mendera para pemain nan baru saja melakukan perjalanan jauh itu.
Asal Usul Piala Afrika
Piala Afrika ialah kejuaraan sepak bola antar negera-negara Afrika nan tergabung dalam konfederasi sepak bola Afrika. Perhelatannya diadakan setiap dua tahun sekali pada akhir bulan Januari sampai awal Februari. Peserta Piala Afrika melalui termin kualifikasi sedangkan kampiun bertahan dan tuan rumah langsung lolos ke Piala Afrika edisi berikutnya.
Tim nan lolos babak kualifikasi akan dibagi menjadi kedalam beberapa grup buat mengikuti sistem setengah kompetisi. Dua tim masing-masing grup akan mengikuti babak selanjutnya dengan sistem gugur hingga mencapai babak akhir. Pada bulan Juni 1956, Piala Afrika terbentuk bersamaan dengan pembentukan Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) nan diajukan di Kongres ketiga FIFA di kota Lisbon, Portugal. Kemudian muncul gagasan membuat sebuah turnamen bagi negara-negara di benua Afrika.
Akhirnya pada bulan Februari 1957, Piala Afrika pertama kali diadakan di Khartoum, Sudan. Negara nan tercatat meraih gelar kampiun Piala Afrika terbanyak ialah Mesir dengan 7 gelar pada tahun 1957, 1959, 1986, 1998, 2006, 2008 dan 2010. Secara holistik Piala Afrika juga mencatat nama-nama pemain nan mencetak gol terbanyak selama partisipasinya di Piala Afrika. Ditempat pertama diduduki striker asal Kamerun, Samuel Eto'o dengan 16 gol, di posisi kedua ada Laurent Pokou (Pantai Gading) dengan 14 gol dan Rashidi Yekini (Nigeria) dengan 13 gol. Edisi ke-27.
Piala Afrika 2010 nan diadakan di Angola titel direbut oleh Mesir setelah mengalahkan Ghana dengan skor tipis 1-0. Hasil ini membuat Mesir sebagai satu-satunya negara nan sukses mencatat hattrick kampiun Piala Afrika secara beruntun sejak pertama kali diadakan. Pertandingan Piala Afrika ini cukup menarik sebab kualitas permainan mereka sudah lebih baik dibandingkan dengan kualitas permainan di Piala AFF buat wilayah Asia Tenggara.
Prestasi dan Kondisi
Jadwal sepakbola dunia termasuk Piala Afrika dapat saja dipermasalahkan. Tetapi, aksi para pemain di Piala Afrika ini cukup menghibur. Di antara ragam warta tentang benua Afrika nan menghiasi media pemberitaan, ternyata mereka masih mampu menyuguhkan permainan nan baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan orang mengira keadaan politik nan menimpa banyak negara di benua Afrikan ini akan sangat mempengaruhi keadaan dan persaingan dalam global sepakbola. Ternyata sangat berbeda dari perkiraan.
Bahkan beberapa pemain di benua hitam ini banyak nan merumput di klub Eropa. Ini membuktikan bahwa kualitas pertandingan di Piala Afrika cukup bagus. Para pemain nan baik akan berkembang kalau ada pertandingan nan bermutu. Mutu ini sangat terkait dengan pola pembinaan dan latihan nan didapatkan oleh para pemain. Bagaimana dapat bagus kalau kamp latihan tak mampu memberikan fasilitas nan bagus.
Nyatanya tak seperti itu. Mereka tetap berprestasi. Seandainya timnas Indonesia dapat seperti itu, maka alasan apapun tak akan menggoyahkan kekuatan timnas Indonesia buat berprestasi. Buktinya tim kesebelasan dari Palestina malah dapat mengalahkan timnas Indonesia. Padahal dari sisi kenyaman dan ketentraman hayati rasanya para pemain Indonesia mempunyai segalanya. Buktinya tim dari Palestina membuktikan bahwa perang tak dapat melunturkan niat dan tekad mereka buat berprestasi di bidang persepakbolaan.
Kalau ingin berprestasi, fasilitas tinggal fasilitas. Semua dapat diakali dan dibuat dengan apa nan ada di dekatnya saja. Memang tak dapat dipungkiri bahwa fasilitas ini penting. Tetapi nan lebih krusial lagi itu ialah tekad dan komitmen buat berprestasi.