Rahim - Kelainan Letak Uterus
Rahim atau peranakan atau uterus merupakan organ reproduksi nan hanya dimiliki kaum hawa, berbentuk menyerupai buah pir dan beratnya sekitar 30 hingga 50 gram. Di sinilah hasil konsepsi (pertemuan antara sperma dan ovum) ditampung.
Rahim memiliki struktur otot nan sangat kuat dan terdiri dari tiga bagian penting, yaitu korpus uteri (badan uterus nan berbentuk segi tiga dan merupakan loka tumbuh kembangnya janin), serviks uteri (leher uterus nan berbentuk silinder), serta kavum uteri (rongga uterus). Besar uterus pada masing-masing wanita berbeda, biasanya dipengaruhi usia serta frekuensi melahirkan. Sayangnya, tak semua wanita memiliki uterus nan normal. Ada sejumlah kelainan uterus nan sering kali dialami para wanita. Gangguan pada uterus ini bentuknya beragam.
Rahim - Kelainan Kongenital
Kelainan ini disebabkan stigma bawaan sejak lahir dan menyebabkan bentuk uterus tak sempurna. Deteksi dini buat kelainan kongenital sangat sulit dilakukan. Biasanya, penderita baru diketahui menderita kelainan kongenital jika ia mengalami gangguan menstruasi, tak mengalami menstruasi, sudah lama menikah namun belum juga memiliki keturunan, inspeksi pra nikah, serta inspeksi antenatal melalui USG. Hal nan termasuk kategori kelainan kongenital antara lain sebagai berikut.
1. Tidak Memiliki Rahim
Hal nan menyebabkan seorang wanita tak memiliki uterus yaitu sebab uterus tak tumbuh atau disebabkan pula sebab adanya kelainan kromosom. Karakteristik wanita nan mengalami kelainan ini yakni tak mengalami menstruasi. Meskipun belum ada tindakan nan mampu mengatasi gangguan tersebut, namun hal ini tak menghasilkan imbas nan membahayakan.
2. Memiliki Dua Rahim
Gejalanya nan ditunjukkan ialah gangguan penetrasi saat bersenggama sebab adanya sekat pemisah nan terdapat di dalam uterus. Wanita nan mengalami gangguan ini masih memungkinkan hamil. Jika terjadi konsepsi, maka uterus nan satu akan menjadi loka tumbuh bunga janin, sedangkan nan lainnya akan kosong. Jadi, proses persalinan dapat diupayakan normal selama tak terjadi masalah, seperti ukuran bayi nan terlalu besar atau sejumlah indikasi lain, misalnya partus tidak maju, gawat janin, dan penyebab lainnya.
Gangguan tersebut dapat diatasi dengan menghilangkan sekat nan muncul, yakni melalui tindakan operasi. Hanya saja tindakan operasi berpotensi menimbulkan komplikasi . Misalnya, adanya perlubangan ketika tindakan operasi sedang berlangsung.
3. Rahim Tidak Tumbuh atau Ukurannya Kecil (Kurang dari 5 cm)
Gejala nan nampak antara lain tak mengalami menstruasi atau mengalami menstruasi, namun kuantitasnya sangat sedikit. Penyebab kelainan ini biasanya ialah gangguan hormonal, yakni ovarium tak memiliki kemampuan buat memproduksi hormon kewanitaan seperti progesteron dan estrogen. Terapi hormonal dapat dilakukan buat membesarkan ukuran uterus hingga mencapai ukuran normal (sekitar 7 cm). Gangguan ini dapat menyebabkan wanita sulit hamil.
4. Bentuk Rahim Menyerupai Hati
Kelainan ini sulit dideteksi, namun bisa menyebabkan wanita susah hamil dan menghambat proses persalinan. Tindakan buat mengatasi kelainan ini ialah dengan jalan mengoperasi bagian nan berbentuk tonjolan.
5. Rahim Bertanduk
Pada kasus ini, uterus memiliki dua tanduk. Oleh sebab dapat menimbulkan gangguan pada proses nidasi, maka perlu dilakukan tindakan koreksi. Wanita nan mengalami kasus uterus bertanduk ini, sebaiknya segera mengonsultasikannya ke dokter buat dilakukan pengobatan.
6. Rahim Bersekat
Kelainan ini bisa menggangu proses nidasi sehingga perlu dilakukan tindakan koreksi melalui operasi. Setiap wanita niscaya tak ingin mengalami kasus uterus bersekat ini. Oleh sebab itu, segera periksakan diri Anda apabila mengalami kasus ini.
Rahim - Kelainan Letak Uterus
Posisi rahim nan normal terletak di bagian tengah rongga panggul serta bagian uterus paling atas menghadap ke depan. Penyebab kelainan ini antara lain dampak perlekatan, penyakit tumor maupun otot-otot dan jaringan penyangga uterus nan lemah. Dampaknya, uterus akan terdorong ke kiri atau ke kanan sebab adanya perlekatan maupun dorongan masa dengan arah nan berlawanan. Sejumlah kelainan letak uterus antara lain sebagai berikut.
1. Hyperretrofleksi
Hyperretrofleksi yakni letak uterus terlalu ke belakang. Hal ini dampak adanya perlekatan, gerak uterus nan labil, serta adanya dorongan. Adanya perlekatan umumnya disebabkan oleh infeksi. Kelainan ini biasanya dialami wanita nan sering melahirkan sehingga jaringan ikatnya menjadi lunak dan kendor. Keluhan nan timbul dampak kelainan ini antara lain kesulitan buang air kecil, nyeri saat buang air besar maupun saat bersenggama. Keluhan tersebut muncul sebab saluran kencing tertekan mulut uterus.
Hyperretrofleksi ini menyebabkan sperma kesulitan masuk ke dalam rongga uterus. Akibatnya, wanita menjadi sulit hamil. Namun selama tak terjadi perlekatan, wanita nan mengalami kelainan ini masih memungkinkan hamil. Oleh sebab itu, perlekatan harus dilepaskan melalui tindakan operasi.
2. Perut Gantung
Kondisi uterus nan semakin menonjol ke depan sebenarnya tak menimbulkan masalah serius. Hal ini lazim ditemukan pada wanita nan sering melahirkan sehingga jaringan ikat otot-otot perut telah mengendur. Akibatnya, saat hamil perut terlihat lebih condong ke depan. Hal nan perlu diwaspadai dari kondisi tersebut ialah partus berlangsung lebih lama dan kemampuan kontraksi menjadi kurang bagus. Oleh sebab itu perlu diberikan zat-zat penguat kontraksi.
3. Prolapsus Uteri
Prolapsus Uteri yakni kondisi rahim nan menonjol di vagina (turun). Penyebabnya antara lain lemahnya jaringan ikat nan terdapat pada rongga panggul (khususnya jaringan ikat transversal) atau dampak pertolongan persalinan nan kurang terampil sehingga sudah mengejan terlebih dulu padahal pembukaan belum lengkap. Akibatnya, terjadi luka pada jalan lahir sehingga akhirnya melemahkan jaringan ikat penyangga vagina.
Prolapsus Uteri juga biasa dialami oleh wanita nan sering melahirkan sehingga jaringan ikat di bawah panggul menjadi mengendur. Kelainan ini biasa pula dialami oleh wanita nan sedang menopause. Produksi hormon estrogen pada wanita nan menopause semakin berkurang sehingga menyebabkan elastisitas jaringan ikat kian berkurang serta otot-otot panggul mengecil. Akibatnya, sokongan nan diberikan pada uterus turut melemah.
Keluhan nan sering muncul dampak Prolapsus Uteri berupa adanya tonjolan di bagian depan vagina. Tonjolan ini sangat mengganggu saat digunakan buat beraktivitas atau berjalan. Pada bagian nan menonjol tersebut sering terjadi luka dampak gesekan dengan celana dalam maupun dengan benda nan diduduki. Luka nan ditimbulkan berpotensi menyebabkan infeksi.
Keluhan lain dari kasus ini berupa keputihan nan disebabkan luka dan sumbatan pembuluh darah pada daerah mulut rahim. Selain itu, Prolapsus Uteri juga menimbulkan rasa pegal dan sakit di sekitar pinggang. Hanya saja rasa sakit akan segera hilang jika digunakan buat berbaring.
Prolapsus Uteri umumnya disertai dengan turunnya vagina bagian depan (sistokel) dan bagian belakang (retokel). Sistokel menyebabkan sering buang air kecil sedikit-sedikit. Kandung kencing terasa penuh, sulit menahan kencing ketika mengejan atau batuk, serta kandung kencing membesar sebab kesulitan buang air kecil. Adapun retokel menyebabkan kesulitan buang air besar sebab feses terkumpul di dalam retokel.
Prolapsus Uteri dapat dicegah dengan memendekkan waktu persalinan, menggunakan donasi persalinan (vakum maupun forcep) atau dengan episiotomi. Untuk tindakan pengobatan yakni melalui operasi penguatan uterus atau dengan latihan otot-otot dasar panggul serta pengangkatan uterus. Namun jika dilakukan pengangkatan uterus, maka risikonya tak akan hamil lagi.
4. Inversio Uteri
Inversio uteri yaitu posisi uterus terbalik ke bawah. Kelainan ini terjadi saat proses persalinan, tali pusat bayi ditarik ke bawah padahal belum terjadi kontraksi. Akibatnya, letak uterus menjadi terbalik. Inversio uteri menyebabkan wanita mengalami syok pasca persalinan. Selain itu, juga terjadi pendarahan serta rasa nyeri hebat. Pendarahan nan hebat dapat menyebabkan kematian.
Tindakan nan harus segera diambil buat menangani Inversio Uteri ialah melakukan reposisi secepatnya. Pasien dibius umum, kemudian diberikan penguat kontraksi. Jika tindakan reposisi tak segera dilakukan, maka kemungkinan besar akan menyebabkan inversio menahun. Bila terlambat melakukan penanganan, komplikasi nan timbul ialah perdarahan nan banyak sehingga harus dilakukan operasi pengangkatan uterus.
Rahim mempunyai peranan krusial bagi seorang wanita. Dimana uterus merupakan loka janin buat tumbuh dan berkembang. Oleh sebab banyak sekali gangguan nan bisa terjadi pada uterus ini, maka seoorang wanita harus segera memeriksakan keadaan rahimnya kepada dokter apabila terdeteksi mengalami gangguan ini. Semoga informasi di atas bermanfaat bagi Anda.