Jenis Royalti
Siapa bilang menulis buku ialah pekerjaan madesu alias masa depan suram? Pastilah nan mengatakan hal tersebut ialah orang-orang zaman dulu nan belum tahu bagaimana saat ini penulis sudah menjadi profesi nan sangat menguntungkan dari sisi penghasilan. Kalau tak percaya, lihat saja Andrea Hirata sang penulis novel tetralogi Laskar Pelangi nan laris manis di pasaran hingga mencapai jutaan eksemplar.
Penghasilannya sebagai karyawan telkom sangat jauh berlipat-lipat di bawah royalti atau honor dari hasil menulisnya. Hal itu masih ditambah dengan royalti menulis buku nan tak kalah besarnya saat Laskar Pelangi kemudian difilmkan.
Hal senada juga terjadi pada Habiburrahman El-Shirazy nan sukses membeli tanah dan membangun pesantren nan cukup luas hasil kerjanya menulis novel Ayat-ayat Cinta . Bukan hanya novel Ayat Ayat Cinta saja nan best seller di pasaran, tetapi juga novel karya Kang Abik, panggilan akrab Habiburrahman El-Shirazy, nan lain seperti Ketika Cinta Bertasbih juga laris di pasaran. Selain Andrea Hirata dan Kang Abik, masih banyak penulis lain nan berhasil secara finansial lewat menulis buku, baik itu fiksi maupun nonfiksi.
Jadi, profesi menulis buku jika dijalani dengan serius, tentunya akan memberikan hasil nan dapat menghidupi penulis. Bukan hanya hasil dalam segi materi saja, tetapi dari segi lainnya. Misalnya saja Ayat Ayat Cinta nan berisi tentang romansa nan Islami dan berisi tentang ajaran-ajaran Islam, akan membawa pembaca buat senantiasa berjalan di jalan Islam. Juga Laskar Pelangi nan merupakan novel motivasi agar setiap orang nan membacanya selalu bersemangat dalam mengejar ilmu dan tak mudah menyerah bagaimanapun keadaannya.
Tapi, apa sahih dengan menulis dapat menjadi sekaya itu? Mungkin saja Andrea Hirata dan Kang Abik mempunyai usaha lain. Memang kedua penulisa tersebut mempunyai usaha lainnya, tetapi kesuksesan mereka dalam menulis novellah nan mengantarkan mereka kepada kebebasan finansial nan sebenar-benarnya. Dikabarkan, Andrea Hirata dapat membuat sekolah dengan uang hasil penjualan novel Laskar Pelangi tersebut dan mendirikan yayasan nan bergerak dalam bidang pendidikan.
Mungkin sebagian Anda akan bertanya atau masih buram bagaimana proses penulis dapat mendapatkan uang sebanyak itu. Mari simak terus artikel selanjutnya.
Hitung-hitungan Royalti
Pertanyaan pertama Anda tentu berapa sih royalti seorang penulis buku sehingga dapat membuat penulis itu menjadi kaya secara materi?
Jawabannya akan bervariasi, bergantung pada kebijakan masing-masing penerbit. Namun, kisarannya ada pada 5 %-15 % dari harga jual buku di pasaran setelah dipotong pajak 15 %. Untuk mempermudah, diambillah angka royalti pertengahan bagi penulis, yakni 10 % sebagaimana lazim terjadi saat ini.
Mari kita berhitung sejenak. Andai saja buku Anda siap diberi dengan harga Rp 50.000,-, Anda sebagai penulis pun bersiap mendapatkan maksimal 10% dari harga jual buku. Jadi penulis akan mendapatkan 10% X Rp 50.000,- yaitu Rp 5.000,- buat satu esksemplar buku. Ini merupakan jumlah maksimal nan didapatkan oleh penulis sebab penerbit biasanya memberi diskon bagi toko buku sebesar 30 % hingga 50 %.
Dan jika memang diskon ini diberikan buat toko buku, maka sebagai penulis, Anda mendapatkan 10% dari harga jual buku setelah dipotong diskon tersebut. Jadi, bukan harga jual awal nan digunakan buat menghitung bagian Anda, tetapi bagian Anda dihitung dari harga buku setelah dipotong diskon tersebut.
Contoh, jika diskon 50 % dari harga jual awal, maka harga jual buku Anda ialah 50% X Rp 50.000,- menjadi Rp 25.000,-. Nah, bagian 10 % untuk Anda akan menjadi 10% X Rp 25.000,- = Rp 2.500. Apakah hanya sampai di situ saja perhitunganya? Tentu saja tidak. Mari kita terus menghitung penghasilan Anda dari menerbitkan buku.
Biasanya, penerbit buku besar akan menerbitkan buku antara 4.000 hingga 5.000 eksemplar. Jika buku Anda seharga Rp 50.000,-, Anda berhak mengantongi Rp 5.000,- per buku. Kecil memang jika seluruh buku tersebut habis terjual.
Penghasilan Anda ialah 4.000 x Rp 5.000,- yaitu Rp 20.000,-. Namun, silakan dihitung jika buku Anda laris-manis di pasaran dan terjual 500.000 eksemplar atau bahkan satu juta eksemplar. Anda akan mendapatkan 2,5 milyar rupiah sudah siap masuk kantong Anda. Lebih dari lumayan bukan?
Tentu ini ialah sebuah penghasilan nan sangat besar buat seorang penulis. Kenapa? Karena ketika kita menulis, kita hanya bekerja satu kali dan akan mendapatkan penghasilan nan terus menerus setiap enam bulan sekali. Kenapa enam bulan sekali? Karena pembayaran bagian penulis ialah 6 bulan sekali atau 3 bulan sekali.
Jumlah pendapatan sebesar itu hanya jika satu buah buku nan diterbitkan. Kalau misalkan buku nan kita tulis tersebut sebanyak 10 buku dan masing-masing laris di pasaran. Tentu Anda akan dapat membeli apapun nan Anda inginkan. Bahkan memberangkatkan umrah satu kampung jika perlu.
Jenis Royalti
Ada dua sistem royalti dalam sebuah penerbitan buku. Hal ini perlu diketahui oleh para penulis sebab hal ini biasanya sangat sensitif . Oleh karena itu, ada baiknya dibicarakan di awal agar tak terjadi kontradiksi ketika sebuah buku tersebut laris manis. Jenis royalti tersebut ialah sebagai berikut:
• Sistem Jual Putus
Anda seperti menjual telur. Jika sudah sepakat, Anda langsung mengambil pembayarannya dan tak perlu menunggu lama buat mendapatkan pembayaran. Tetapi, Anda tak akan lagi mendapatkan royalti dari buku tiap 3 atau 6 bulan sekali sebab memang sudah dibayar di muka.
Biasanya, negosiasi harga mempertimbangkan nama besar penulis dan jumlah halaman. Sisi untung dari sistem ini ialah jika buku Anda tak laku di pasaran, Anda tetap tenang sebab sudah mendapatkan uang. Namun, jika buku Anda ternyata laris-manis, Anda akan gigit jari.
Jika memang Anda memilih buat menggunakan sistem jual putus ini, ingatlah buat meminta lama waktu perjanjian buku tersebut. Misalnya saja hak penerbitan akan kembali ke Anda setelah lima tahun dari tanggal perjanjian awal. Ini sangat krusial sebab walaupun kita menjual putus, kita tetap berhak atas copyright dari buku tersebut. Jadi ketika buku tersebut sudah habis masa kontraknya, kita dapat menerbitkan buku tersebut kembali di penerbit lain.
• Sistem Royalti
Anda akan selalu mendapatkan pembagian hasil sinkron dengan hasil penjualan. Biasanya, pada termin awal, penulis akan mendapat uang muka buat sistem ini. Besarnya uang muka tergantung dari kebijaksanaan penerbit. Selanjutnya, Anda akan mendapatkan bagian dari hasil penjualan nan sudah disepakati akan dibayar per 3 ataupun 6 bulan sekali.
Untung ruginya ialah Anda akan kaya raya jika buku Anda laris-manis, tetapi Anda akan gigit jari jika buku Anda tak laku. Sama halnya dengan sistem jual putus, kita juga perlu memperhatikan berapa lama kontrak penerbitan tersebut berlaku. Seumpama masa kontrak sudah habis dan buku kita tak laku, kita masih dapat menarik buku tersebut buat diterbitkan di loka lain.
Nah, jika Anda sudah tahu infonya dan siap menulis buku, silakan memilih jenis royalti menulis buku nan Anda sukai. Keduanya mempunyai resiko masing-masing.