Liburan Asyik Bareng Keluarga
Keluarga ialah sebuah ruang, rumah, loka asal, dan loka kembali, seseorang dalam kehidupannya. Setiap manusia niscaya memiliki keluarga. Bagaimana mungkin seseorang tercipta bagaikan pertunjukan sulap, sim salabim langsung jadi. Manusia niscaya melalui proses eksklusif hingga ia hadir di dunia.
Keluarga ialah loka seseorang berasal. Adanya seorang anak tentu terlahir dari seorang ibu nan dibuahi oleh seorang bapak meskipun semuanya tak lepas dari kekuasaan Tuhan. Setelah ketiganya berkumpul dalam suatu ruang, misalnya rumah, kebersamaan itu bisa dikatakan sebagai sebuah keluarga.
Seorang anak nan dididik dengan baik sejak akan berkembang menjadi orang dewasa nan berakhlak baik, iya walaupun ada beberapa kasus dimana seorang anak nan baik sewaktu kecil berubah menjadi bermoral bejat sebab faktor eksternal keluarga. Tetapi kasus tersebut hanya sedikit nan terjadi di masyarakat. Sehingga tak ada kata menyerah dalam membina moral dan agama pada anak di rumah atau loka tinggal.
Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga
Seberapa Pentingkah Keluarga? Jika ada pertanyaan itu, jawabannya sangatlah kompleks. Keluarga ialah segalanya, bagian terpenting dari nan penting. Kehadiran teman maupun jalinan interaksi lain memang bisa menghadirkan kepentingan tertentu. Namun, keluarga ialah sebaik-baiknya loka kembali. Tak kenal pamrih dan tidak berbalas.
Sebagai makhluk sosial, manusia tentu harus berinteraksi dengan sesamanya melalui jalan komunikasi. Komunikasi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Namun, nan terpenting ialah dengan bahasa atau tuturan. Dengan bertutur, manusia bisa saling mengenal, memperhatikan, dan mengungkapkan perasaan.
Keluarga ialah kehidupan sosial nan paling kecil. Misalnya, hanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Seharusnya, kehidupan sosial mini ini bisa berlangsung dengan hangat sebab jumlah anggota masih sangat sedikit sehingga memungkinkan setiap anggota buat saling mengenal dan saling mempedulikan.
Komunikasi nan lancar akan menghadirkan suasana hangat dalam keluarga. Tidak ada perselisihan, kesalahpahaman, dan efek-efek jelek lain. Keadaan keluarga nan nyaman akan berpengaruh positif bagi perkembangan mental anak. Guru pertama anak-anak ialah orangtuanya. Apa nan dilakukan orangtua cenderung ditiru anak-anak.
'Papa Sibuk, Mama Kerja'. Pernah mendengar istilah ini? Inilah situasi "kekeluargaan" kini. Terutama, di kota-kota besar. Anak bahkan tidak lagi "mengenal" siapa ayah dan ibunya. Anak cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dengan pengasuhnya. Anak dibiarkan buat "dijaga" oleh seseorang nan tidak bertalian darah.
Padahal, anak membutuhkan afeksi dan perhatian lebih dari kedua orangtuanya. Anak merindukan sentuhan dan sapa lembut ibu. Anak menginginkan nasihat-nasihat dan kebijakan ayah. Namun, global kerja dan kemajuan zaman telah menggerus semua itu. Yang lebih krusial ialah kerja dan kerja demi "anak dan keluarga".
Dampak Kurangnya Komunikasi dalam Keluarga
Kurangnya perhatian nan diperoleh anak dari kedua orangtua akan memunculkan berbagai bentuk "perlawanan" nan cenderung merugikan. Anak akan melakukan hal-hal nan berada di luar norma. Alasannya hanya satu, ingin diperhatikan. Namun, jangankan diperhatikan, bertegur sapa dengan orangtua pun jarang. Bahkan, tidak.
Berikut ini beberapa imbas negatif dampak kurangnya komunikasi antar anggota keluarga serta solusi mengatasinya antara lain:
1. Keluarga akan diramaikan dengan pertengkaran sebab sering terjadi kesalahpahaman mencerna suatu hal.
Salah paham antara orang tua dan anak seringkali menimbulkan pertengkaran, umumnya ini terjadi setelah anak menginjak usia remaja. Usia remaja memang usia perkembangan mental nan draktis bagi seseorang nan akan menuju kedewasaan. Sehingga remaja nan semua pendiam di masa anak-anak, mereka akan bisa menyampaikan gagasan nan berbeda dengan anggota keluarga lain sesudah mereka remaja. Sehingga orang tua di rumah juga perlu mengetahui keadaan mereka sesungguhnya lewat komunikasi nan baik.
2. Hubungan antara anak dan orangtua cenderung menjauh.
Bila sang anak tak mendapatkan pengarahan lewat komunikasi nan baik, mereka akan cenderung tak puas dengan keputusan orang tua. Maka sebelum memutuskan sesuatu hal nan berkenaan dengan sang anak, sebaiknya sebagai orang tua membicarakannya dengan anak secara pelan-pelan tanpa emosi. Sehingga anak-anak akan memahami maksud atau tujuan dari orang tua.
3. Anak akan melakukan hal-hal negatif sebagai ajang cari perhatian.
Anak sering berbuat nakal kepada anggota keluarga nan lain, misalnya kepada adik-adinya. Ini sering kita temui, tetapi sesungguhnya mereka hanya meminta diperhatikan lebih orang tua. Orang tua harus mengerti tentang apa nan diinginkan oleh sang anak. Tentu saja hanya lewat komunikasi langsung dengan anak baru kita bisa mengetahuinya.
Ajaklah anak nan 'bermasalah' tersebut ke luar rumah, ke taman atau loka nan membuat dia rileks. Kemudian berkomunikasilah dengan dia tentang segala sesuatu nan terjadi akhir-akhir ini. Ini dilakukan sebab ada tipe anak nan malu buat berkomunikasi di depan anggota keluarga nan lain. Terutama di rumah.
4. Anak akan kehilangan rasa hormat dan cenderung takut pada orangtuanya.
Sikap hormat berbeda dengan rasa takut, itu nan harus kita pahami terlebih dahulu. Maka jangan berbangga hati bila anak di rumah ketakutan dengan kita, malah itu kita anggap sebagai rasa hormat mereka kepada kita. Sikap hormat bisa diartikan sikap mengagumi, sungkan, dijadikan tauladan, omongannya dipahami dengan baik.
Untuk memunculkan rasa hormat sang anak kepada orang tua, maka orang tua harus menjadi seseorang nan lebih dewasa dari anaknya. Perbaiki sikap kita di kehidupan keluarga seperti rajin mengerjakan ibadah, tak membohongi anak-anak, bersikap santun dan perhatian kepada anggota keluarga nan lain khususnya kepada istri, dan tindakan lain nan membangun akhlak kita menjadi lebih mulia.
5. Memicu pertengkaran suami istri sebab saling menyalahkan saat anak melakukan sebuah pelanggaran.
Anak berbuat salah itu hal nan wajar sebab global anak-anak ialah global eksperimen dan berpetuangan. Maka sikapilah kesalahan anak dengan pandangan nan benar, dan ajaklah anak berdiskusi sehingga mereka sadar telah berbuat merugikan orang lain.
6. Mencetak anak-anak broken home.
Anak broken home biasanya akan berbuat negatif di tengah-tengah lingkungan mereka. Maka buat mengembalikan mereka agar menjadi anak nan baik dan taat, hal nan paling krusial dilakukan ialah membangun sebuah suasana nan tenang dan serasi di tengah keluarga. Suami dan istri harus menyelesaikan permasalahan mereka dengan secepatnya, sehingga permasalahan anak juga akan tertuntaskan setelahnya.
Liburan Asyik Bareng Keluarga
Keluarga senang ialah surganya dunia. Loka berkumpulnya orang-orang nan dicintai, berbagi suka dan duka. Saling menumpahkan kasih dan sayang, saling beradu argumen tapi juga saling memaafkan. Dalam keluarga kebahagiaan selalu terasa setiap saat sebab ada keakraban dan kehangatan.
Apalagi saat semua anggota keluarga tengah berada dalam kondisi nan santai. Tapi kapan santainya, sebab semua anggota keluarga selalu terjebak dengan rutinitas nan tanpa disadari lama-kelamaan membuat benteng tersendiri di antara anggota keluarga.
Liburan Keluarga
Kepenatan sebab aktivitas sehari-hari wajib dibayar dengan rileks sejenak, dengan berlibur misalnya. Untuk mencari saat nan tepat buat berlibur bersama keluarga bukan hal nan mudah. Apalagi jika aktivitas anggota keluarga sangat tinggi. Ayah nan bekerja dari pagi sampai malam, atau bahkan bekerja di luar kota. Ibu nan juga berperan sebagai wanita karir. Anak-anak nan masih sekolah. Namun, jika Anda benar-benar ingin berlbur bersama semua dapat diatur.
Rapat Keluarga
Rapat keluarga ini perlu diadakan buat mengambil kesepakatan dan persyaratan menjadi peserta liburan. Terutama buat anak-anak, bahwa liburan ini tak perdeo tapi harus dibayar dengan rajin belajar misalnya.
Kesepakatan pemilihan loka sebaiknya para orang tua mengalah mengikuti selera anak-anak sebab jika anak-anak tak menikmati, liburan keluarga dijamin tak mengasyikkan.
Kenapa Harus Berlibur Bersama Keluarga?
Melepas kepenatan setelah beraktivitas rutin sangat krusial buat meningkatkan kinerja di masa datang. Kebutuhan berekreasi bukanlah kebutuhan sekunder tapi sudah menjadi kebutuhan primer.
Apapun bentuknya nan krusial lepas sejenak dari rutinitas sehari-hari. Dan bila itu dilakukan bersama-sama keluarga tentu saja akan semakin menambah keakraban dan keharmonisan dalam keluarga.
Memilih Lokasi Berlibur Keluarga
Minat setiap orang tidaklah sama, demikian pula dalam satu keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai selera nan berbeda. Nah, buat menyiasatinya, mungkin dapat dicari loka berlibur nan mempunyai fasilitas lengkap. Misalnya selain ada loka berenang, ada juga loka bermain tenis, loka karaoke keluarga, atau ada loka makan nan menunya beragam.
Boleh juga memilih loka nan biasa-biasa saja, tapi dikemas dengan acara-acara nan asyik dan melibatkan seluruh anggota keluarga. Yang krusial semua anggota keluarga tampak menikmati acara liburan ini. Jika salah satu ada anggota keluarga nan resah dengan masalahnya, harus dibereskan terlebih dahulu, supaya semua tampak rileks dan asyik.
Mungkin peralatan kerja ditinggalkan dahulu agar tak ada godaan buat menyelesaikan pekerjaan nan tertunda misalnya. Jika perlu telepon seluler pun dapat dimatikan sejenak.
Waktunya Liburan Keluarga
Waktu nan tepat buat liburan keluarga ialah saat liburan sekolah anak-anak. Karena anak sekolah tak dapat mengajukan perlop dua tiga hari. Sementara pekerja kantor dapat saja mengajukan perlop dua tiga hari. Apalagi pengusaha kantor swasta, asal dengan perencanaan nan matang sebelumnya. Jadi, jadwal liburan dapat disesuaikan dengan jadwal libur anak sekolah.
Selamat berlibur!