Cara Mengatasi Konflik
Apa nan Anda bayangkan ketika mendengar kata konflik ? Tentunya akan ada banyak pendapat nan muncul. Ya, sebagai makhluk sosial, keberadaan konflik sangatlah dekat dengan keseharian manusia. Hampir setiap perjalanan atau kisah hayati seseorang dihiasi oleh konflik. Mulai dari konflik pribadi hingga konflik sosial. Lantas, apa sebenarnya konflik itu? Bagaimana pula cara buat meredakan konflik nan sedang dialami?
Nah, dalam artikel kali ini, penulis akan mengupas beberapa hal nan berkaitan dengan konflik. Penulis akan menghadirkandefinisi dari kata konflik, langkah nan dapat dilakukan buat meredakan konflik, hingga serba-serbi lain nan bersumber dari sebuah konflik. seperti apa bahasannya? Simak uraian berikut.
Sekilas Tentang Konflik
Kata konflik memiliki akar dari bahasa Latin. Sebuah kata kerja configere yang artinya 'saling memukul'. Konflik dapat dialami oleh tiap individu dan golongan, baik sebagai konflik pribadi maupun sebagai konflik sosial. Konflik pribadi muncul ketika ada persinggungan batin nan dirasakan seorang individu. Misal, ada keinginan nan belum dapat diwujudkan atau sejenisnya. Sedangkan konflik sosial muncul seiring dengan keberperanan kita dalam suatu sistem kehidupan, baik itu berkeluarga, bermasyarakat, maupun bernegara.
Jika dilihat secara ilmu sosial, konflik memiliki arti sebagai sebuah proses sosial nan terjadi antara perorangan atau kelompok. Ketika konflik terjadi, biasanya salah satu pihak selalu berusaha buat menyingkirkan pihak lawannya. Konflik nan terjadi di masyarakat biasanya selalu didasari oleh perbedaan. Disparitas dalam hal apapun. Sebuah disparitas nan tak disadari sebagai sebuah kekayaan, keunikan, dan keberagaman. Konflik akan pecah jika salah satu kelompok eksklusif merasa paling baik di antara kelompok nan lain.
Perbedaan tersebut biasanya berkenaan dengan cara pandang nan berbeda terhadap sesuatu hal, disparitas nan berkenaan dengan fisik, taraf kecerdasan, kepercayaan, adat istiadat, dan hal-hal nan malah cenderung sepele. Konflik juga dapat terjadi dampak perebutan atau persengketaan terhadap sesuatu, seperti tanah atau benda-benda bernilai lain.
Konflik ialah kericuhan dalam kegiatan bersosial masyarakat nan wajar terjadi. Tidak ada satu pun masyarakat atau kelompok masyarakat nan tak pernah mengalami konflik dengan angngota kelompok lain. Selama masih ada hubungan antara individu atau kelompok dalam masyarakat, konflik juga akan tetap ada. Konflik akan hilang jika masyarakat itu sendiri turut hilang.
Konflik sangat bertentangan dengan integrasi atau pembauran, percampuran. Konflik dan intergrasi ialah dua proses sosial nan beriringan dalam masyarakat. konflik dalam masyarakat nan terkontrol dengan baik akan mengintegrasi masyarakatnya menjadi satu. Namun, jika proses integrasi tersebut tak berjalan dengan baik, nan terjadi justru konflik.
Konflik Menurut Beberapa Ahli
Konflik telah menjadi kajian para pakar sosial dalam beberapa tahun kebelakang. Definisi tentang konflik pun pada akhirnya datang dari berbagai pakar sosial. Pendapat tentang definisi konflik nan paling terkenal dikemukakan oleh beberapa pakar sosial, di antaranya Robbin, Stoner dan Freeman, dan Myers. Mereka ialah pakar sosial di zamannya.
1. Definisi Konflik Menurut Robbin
Menurut Robbin, konflik bisa meningkatkan kinerja suatu kelompok tertentu. tetapi justru ada beberapa kelompok nan dengan sengaja menjauhkan konflik dari mereka. Pandangan tentang konflik menurut Robbin dibagi menjadi tiga.
- Pandangan tradisional atau The Tradisional View . Pandangan ini masih bersifat kolot. Menganggap konflik ialah hal nan jelek dan tak memiliki sisi positif.
- Pandangan interaksi manusia atau The Human Relation View. Pandangan ini menyatakan bahwa konflik ialah kenyataan nan wajar terjadi di masyarakat. Dalam pandangannya ini, konflik dianggap sebagai satu hal nan sama sekali tak bisa dihindari.
- Pandangan interaksionis atau The Interactionist View . Pandangan jenis ini justru mendorong kelompok masyarakatnya buat membuat suatu konflik. Konflik dianggap perlu terjadi pada satu kelompok nan statis, dinamis, dan kurang "seru".
2. Definisi Konflik Menurut Stoner dan Freeman
Lebih sederhana, Stoner dan Freeman membagi definisi konflik ke dalam dua poin. Pandangan tradisional dan pandangan secara modern.
a. Konflik dalam Pandangan Tradisional
Dalam pandangan tradisional konflik selalu dipandang sebagai suatu hal nan hanya bisa menimbulkan kerugian. Konflik ialah hal nan harus dihindari dalam kegiatan bermasyarakat. Konflik nan terjadi menurut pandangan tradisional hanya bisa disebabkan oleh faktor kesalahan dalam mengatur sesuatu.
Salah satu contoh konflik tradisional biasanya terjadi pada kaum buruh dan atasannya. Pihak buruh selalu dirugikan atas beberapa kebijakan nan diterapkan oleh atasannya. Seorang atasan cenderung bertindak semau gue dalam membuat sebuah kebijakan tanpa memikirkan akibat nan dirasakan para buruh nan menjadi karyawannya.
b. Konflik dalam Pandangan Modern
hampir sama dengan konflik dalam pandangan tradisional, dalam pandangan modern, konflik juga selalu dianggap sebagai sesuatu nan tak dapat dihindari. Namun, nan membedakan keduanya ialah penyebab dari lahirnya konflik nan bersangkutan. Pandangan tradisional menyebut bahwa kesalahan dalam mengatur sesuatu sebagai penyebab lahirnya konflik. Sedangkan dalam pandangan modern, adanya perbedaan, seperti disparitas visi dan misi serta disparitas persepsi-lah nan mengakibatkan terciptanya konflik.
3. Definisi Konflik Menurut Myers
Tidak terlalu beda jauh dengan definisi nan sudah lebih dulu dinyatakan oleh Robbin, Stoner, dan Freeman. Myers menyatakan bahwa konflik ialah hal nan tak dapat dihindari di masyarakat. Sebuah konflik akan semakin membesar jika melibatkan emosi dan hati.
Myers juga mengatakan bahwa konflik bisa merusak interaksi baik interaksi antarindividu di dalam masyarakat. Myers mengatakan pula bahwa seharusnya konflik bukan dianggap sebagai penghancur, melainkan sebagai wahana peningkatan kinerja suatu organisasi.
Cara Mengatasi Konflik
Selalu ada jalan keluar buat meredakan atau menghilangkan konflik nan muncul. Jika konflik nan muncul berupa konflik pribadi, maka cara nan paling baik buat meredakannya ialah dengan melakukan introspeksi diri. Sedangkan jika konflik nan muncul berupa konfliksosial, cara terbaik buat meredakannya ialah dengan duduk bersama dan membicarakan jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak.
Kedengarannya memang mudah, namun praktik di lapangannya tidaklah semudah nan diucapkan. Selalu ada faktor lain nan membuatkonflik sosial sulit buat diredakan, terlebih jika faktor tersebut ialah nan bersifat negatif. Alih-alih mereda, nan ada konflik tersebut akan semakin membesar atau meluas sehingga melibatkan lebih banyak pihak.
Diperlukan kebesaran hati dan sikap legowo ketika memusyawarahkan konflik nan tengah terjadi antara kita dan orang lain. Sine qua non salah satu pihak nan dapat melunak terkait konflik nan tengah dihadapi, dengan catatan harus diputuskan terlebih dahulu solusi terbaik buat kedua pihak nan terlibat konflik.
Ketika Konflik Tak Menemukan Titik Terang
Bisa Anda bayangkan apa nan akan terjadi ketika konflik nan dihadapi dua pihak tak menemui titik terang. Telah banyak contoh nan dapat dilihat ketika suatu konflik tidak menemukan titik terang. Sebut saja lepasnya Provinsi Timor-timor, konflik Poso, atau konflik nan terjadi antara Suku Dayak dan masyarakat Madura.
Suasana mencekam nan menghadirkan ketakutan luar biasa langsung bermunculan ketika sebuah konflik berakhir dengan bentrokan. Krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap pemerintahan pun mau tak mau akan diterima oleh pemerintah. Jika hal seperti ini dibiarkan, kita hanya tinggal mengucapkan selamat datang pada kekacauan.
Untuk itu, perlu disadari bersama, bahwa hanya dengan berpikiran positiflah suatu konflik dapat diredakan.