Aspek-Aspek Krusial Menanam Tanaman Hidroponik
Belakangan, ketersediaan tanah harus diakui semakin berkurang. Tanah kini lebih banyak dijadikan loka buat “menanam” berbagai gedung-gedung megah. Keberadaan tanaman terlebih tanaman nan memiliki bentuk nan tak terlalu besar, seperti paprika pun menjadi terabaikan. Untuk menyiasati hal tersebut, kini mulai banyak para petani nan memberlakukan sistem tanaman hidroponik buat tanaman-tanaman “mungil” mereka.
Apa Itu Tanaman Hidroponik?
Seperti namanya, hydro nan artinya air, sistem penanaman hidroponik memang mengandalkan air sebagai media utamanya. Akan tetapi, tentu saja bukan hanya air nan dibutuhkan, unsur lain nan bisa digunakan biasanya berupa pasir, pecahan batu karang dan batu bata, sabut kelapa, kerikil, busa, potongan kayu, batu apung, dan bahkan dawai kasa nilon. Intinya, hidroponik berarti menanam tanpa tanah.
Menanam tanaman tanpa tanah masih menjadi hal nan asing bagi sebagian masyarakat. Keidentikan tanah memang tak dapat lepas dengan mudah dari tanaman. Kekhawatiran berkenaan dengan hasil tanam merupakan permasalahan primer nan menghambat berkembangnya penanaman dengan sistem hidroponik. Terlebih karena, menanam secara hidroponik memang hanya cocok dikenakan pada tanaman nan biasa dibudidayakan, seperti paprika, tomat, melon, dan selada.
Tanaman hidroponik ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang peneliti dari Universitas California bernama Dr. W. F. Gericke pada 1930-an. Tanaman nan menjadi percobaannya saat itu ialah tomat. Semenjak itu, temuannya mengenai tanaman “praktis” tersebut terkenal hingga lintas benua. Tanaman hidroponik pun banyak berkembang dan dibudidayakan di negara Jepang, India, Israel, dan Hawaii.
Sebenarnya, hal terpenting dalam pertumbuhan tanaman ialah unsur hara. Tumbuhan membutuhkan dua jenis unsur hara dalam pertumbuhannya, yaitu unsur hara makro nan dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah nan besar, dan unssur hara mikro nan lebih sedikit dibutuhkan oleh tanaman.
Dalam proses penanaman, tanah sebenarnya berfungsi sebagai penahan tanaman dan air. Sedangkan pelarut unsur hara ialah air. Pada sistem hidroponik, tanah nan berfungsi sebagai penyangga tersebut kemudian digantikan dengan media lain.
Unsur hara nan krusial dan sangat dibutuhkan oleh tanaman ialah unsur Karbon, Nitrogen, Oksigen, Fosfor, Kalium, Kalsium, Besi, Belerang, Tembaga, Hidrogen, Mangan, Seng, Tembaga, Klor, Boron, dan Mo.
Jenis-Jenis Metode Penanaman Tanaman Hidroponik
Berdasarkan media nan digunakan, ada beberapa macam metode penanaman hidroponik, yakni:
1. Hidroponik kultur agregat
Metode hidroponik ini memanfaatkan kerikil, arang sekam padi, pasir, dan bahan lain nan sudah disterilkan sebagai media tanamnya. Pemberian unsur hara dilakukan dengan mengairi media tanam atau dengan melarutkan hara di dalam tangki atau drum lantas dialirkan ke tanaman menggunakan selang.
2. Hidroponik kultur air
Ini ialah metode penanaman hidroponik nan paling populer dan dikenal sejak lama; bahkan suku Indian Aztec di pertengahan abad ke-15 sudah mempraktikkannya. Dalam hidroponik kultur air, tanaman ditanam di sebuah media nan pada bagian dasarnya diletakkan larutan hara makro dan mikro, sehingga akar tanaman menyentuh dan menyerap larutan nan penuh nutrisi itu.
3. Hidroponik nutrient film technique
Pada teknik penanaman hidroponik nan ini, tanaman ditanam di selokan panjang lagi sempit nan terbuat dari selempeng logam tipis dan tahan karat. Selokan itu dialiri air nan mengandung nutrisi hara, sehingga di sekitar akar tanaman muncul lapisan tipis (film) nan merupakan makanan tanaman itu.
Aspek-Aspek Krusial Menanam Tanaman Hidroponik
Ada beberapa aspek krusial nan harus Anda pahami dan perhatikan sebelum mulai menanam secara hidroponik, antara lain:
1. Media tanam
Media tanam nan baik akan membuat tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Media tanam nan ideal ialah nan mampu menjaga kelembaban, memiliki drainase nan baik, dan menjaga ketersediaan unsur hara. Media tanam nan baik juga harus bebas dari zat beracun nan berbahaya bagi tanaman.
Media tanam nan biasa digunakan dalam teknik penanaman hidroponik ialah kerikil, pasir, arang sekam, spons, pecahan batu bata, dan lain-lain. Pemilihan bahan memengaruhi sifat lingkungan media. Arang sekam atau kuntan ialah media tanam nan cukup banyak digunakan. Ini merupakan sekam bakar hitam nan didapatkan dari proses pembakaran tak sempurna. Arang sekam mengandung 52% SiO
Arang sekam banyak dipilih sebab teksturnya nan ringan dan kasar. Tekstur tersebut menyebabkan banyaknya pori-pori di permukaan arang sekam sehingga sirkulasi udara menjadi tinggi dan kapasitas menahan airnya baik. Rona hitamnya mampu menyerap sinar matahari dengan efektif, taraf keasamannya pun tinggi (sekitar 8,5 - 9,0), dan ia memiliki kemampuan menyingkirkan penyakit dampak gulma dan bakteri.
2. Air
Karena hidroponik bergantung pada air, air menjadi aspek krusial kualitas tumbuhnya tanaman hidroponik . Air nan baik buat menanam tumbuhan secara hidroponik ialah nan taraf salinitasnya tak lebih dari 2.500 ppm (atau nilai EC-nya tak lebih dari 6,0 mmhos per cm), juga tidak mengandung logam berat dalam jumlah banyak.
3. Unsur hara
Untuk bisa tumbuh dengan baik dan mendapatkan cukup nutrisi, larutan hara sebaiknya diberikan secara teratur. Hal ini terutama sebab media tanam hidroponik hanya berguna sebagai penopang tanaman dan fasilitas buat meneruskan berlebihannya jumlah air nan masuk; bukan menutrisinya. Larutan hara bisa dibuat dari campuran garam-garam pupuk dan air.
Larutan hara tersedia dalam pH sebesar 5,5 - 7,5. Akan tetapi nan paling ideal ialah nan pH-nya 6,5, sebab hara dengan pH tersebut berada pada kondisi paling baik. Larutan unsur hara makro diperlukan tanaman dalam jumlah nan besar dan konsentrasi larutan nan nisbi tinggi. Yang termasuk unsur hara makro adalah K, P, N, Mg, S, dan Ca.
Sementara itu unsur hara mikro dibutuhkan dalam konsentrasi rendah. Yang termasuk unsur hara mikro ialah Zn, Mn, Fe, B, Cu, Mo, dan Cl. Meski demikian, kebutuhan tanaman akan unsur haranya berbeda-beda, tergantung pada jenis tanaman dan taraf pertumbuhannya.
4. Oksigen
Oksigen ialah aspek krusial penanaman tanaman secara hidroponik. Kadar oksigen nan rendah bisa mengakibatkan menurunnya permeabilitas membrane sel sehingga dinding sel sulit ditembus. Hal ini akan berakibat tanaman kekurangan air dan layu.
Jumlah oksigen nan terdapat dalam pori-pori media tanam juga memengaruhi perkembangan akar. Asupan oksigen bisa dipenuhi melalui majemuk cara, misalnya mengganti larutan hara berulang-ulang, memberi gelembung udara (oksigen) pada larutan, mencabuti atau mencuci akar nan terekspos larutan hara, dan memberi lubang jendela di lubang penanaman (pada metode hidroponik kultur agregat).
Persiapan Melakukan Penanaman Tanaman Hidroponik
Hal primer nan harus disiapkan ialah menyediakan bahan dan perlengkapan. Bahan dan perlengkapan nan dibutuhkan buat membudidayakan cara tanam menggunakan sistem hidroponik ialah pot, air, berbagai media tanam, dan tanaman nan sudah terlebih dulu diletakkan dalam polybag.
Ukuran pot nan digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Pot dengan ukuran besar dan pot dengan ukuran kecil. Anda juga dapat memilih jenis pot nan akan digunakan, pot berbahan tanah liat atau pot berbahan dasar plastik. Kedua pot tersebut memiliki kelemahan dan keunggulannya masing-masing.
Tanaman hidroponik menjadi unggul. Bukan hanya dikalangan pebisnis tanaman dan sayuran, tapi juga dikalangan masyarakat biasa nan hobi bercocok tanam tetapi tak memiliki media tanah nan memadai.
Keunggulan nan dimiliki oleh metode menanam secara hidroponik bukan hanya berkenaan dengan media tanam nan lebih praktis, tapi tanaman hidroponik juga unggul dalam hal hasil tanam. Buah akan menjadi lebih cepat matang dengan ukuran nan besar. Pupuk dan air yaanng digunakan pun dapat digunakan lebih dari satu kali.