Einstein Mengakui Teori Big Bang

Einstein Mengakui Teori Big Bang



Alam Semesta di Mata Masyarakat Abad ke-19

Abad ke-19 ialah abad nan menganut paham materialis. Mereka meyakini bahwa alam ini tak diciptakan dan akan terus menerus ada selamanya. Hal ini bisa dipahami dari goresan tinta Goerge Plitzer dalam bukunya “Principes Foundamentaux de Philosophie”. Ia menuliskan dengan jelas bahwa alam ini bukanlah bagian dari nan diciptakan. Andaikata ia diciptakan, ia sudah niscaya diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan.



Pandangan Astronom Tentang Alam

Keyakinan masyarakat pada saat itu sepakat menyatakan bumi ini statis. Hingga akhirnya, para astronomi menemukan hal nan aneh. Mereka melihat bahwa bintang-bintang bergerak berdasarkan amatan mereka dengan menggunakan teleskop raksasa. Bintang-bintang nan disaksikan memiliki rona merah sinkron dengan jaraknya.

Dengan inovasi ini, mereka mengaitkannya dengan kajian ilmu fisika nan menunjukkan bahwa bintang-bintang itu bergerak menjauhi. Dengan berani, Hubble, astronomi Amerika menjustifikasi jika cahaya dari bintang-bintang cenderung ke rona merah, maka itu menunjukkan bahwa bintang-bintang itu menjauhi manusia. Artinya, bumi ini bergerak dan terus menerus mengembang.



Einstein Mengakui Teori Big Bang

Dalam buku “Berpikirlah Sejak Anda Bangun Tidur” nan merupakan terjemahan dari buku Harun Yahya dimaktubkan bahwa Albert Einstein mengakui bahwa bumi ini tak statis. Hanya saja, Einstein tak berani mengungkapkan analisisnya tersebut lantaran masyarakat pada saat itu meyakini bahwa bumi ini statis.

Einstein juga mengakui bahwa bumi ini mengembang. Artinya, jika alam ini ditarik mundur ke belakang, niscaya memiliki satu titik tunggal. Hal ini berdasarkan perhitungan nan menunjukkan bahwa titik tunggal tersebut berisi semua materi alam semesta dan mesti memiliki volume nol dan kepadatan tidak terhingga. Alam ini terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol. Ledakan itu dikenal dengan nama Big Bang.

Dari teori Big Bang nan diungkapkan oleh para astronomi dan fisikawan menunjukkan bahwa bumi ini ada nan menciptakan. Karena, volume nol menunjukkan bahwa bumi awalnya tak ada, kemudian diadakan. Sayangnya, fakta ini baru ditemukan pada abad ke-20. Meski demikian, teori Big Bang mengingatkan manusia bahwa bumi tak tidak aktif dan ada nan menciptakannya. Yaitu, Tuhan.



Teori Big Bang dalam Al Quran

Di dalam kitab kudus Al Quran sendiri, teori ini tidaklah luput sehingga Anda dapat melihat Surat Al Anbiya’ nan berbunyi :

“Dan apakah orang-orang nan kafir tak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu ialah suatu nan padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu nan hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS Al-Anbiya’ : 30)

Ayat lain nan menggambarkan teori Bing Bang ini ialah : “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)

Dua ayat di atas memperlihatkan bahwa adanya sesuatu nan tak ada dan menjadi sesuatu nan ada sebagai alam semesta ini terjadi bukan sebab tak ada nan menggerakkan. Bahkan jika pada awalnya para ilmuwan tak emmercayai kehendak Tuhan, maka dengan kejadian dentuman besar tersebut maka terbuktilah bahwa ada Sesuatu Yang Menggerakkan dan mengubah Alam Semesta ini sehingga tak bersifat statis.



Teori Big Bang dalam Pengalaman Para Ilmuwan

Setelah terjaidnya dentuman besar seperti itu, alam semesta mekar secara terus menerus dan memiliki kecepatan nan sangat dahsyat sehingga para ilmuwan menyamakan peristiwa perkembangan tersebut dengan permukaan balon nan sedang ditiup.

Teori ini juga didukung oleh berbagai inovasi terkini dari Hubble nan sukses melakukan observasi buat menunjukkan bahwa galaksi-galaksi di angkasa mendapat spektrum cahaya pada ujungnya serta bergerak menjauh dan mendekat satu sama lainnya.

Spektrum cahaya tersebut bergerak menjauhi loka observasi cenderung mendekati rona merah. Pengamatan tersebut memberi sebuah simpulan bahwa berbagai galaksi saling menjauh dengan kecepatan sampai beberapa ribu kilometer per detiknya. Hal tersebut berarti bahwa bahwa alam sedang berekspansi atau mengalami perubahan nan ebrsifat dinamis.

Bukti selanjutnya nan dapat membenarkan teori Bing Bang ini ialah hasil hitungan cermat Albert Einsten nan menyimpulkan bahwa alam semesta dinamis, tak tidak aktif dan artinya alam semesta terus berkembang. Meskipun pada mulanya ia memiliki persepsi bahwa alam itu statis, ia pun kemudian mengembangkan formula matematisnyanya dan berusaha melukiskan bahwa alam benar-benar statis. Akan tetapi, nan terjadi justru sebaliknya, hal itu menggambarkan bahwa alam itu dinamis.

Bukti selanjutnya ialah persepsi George Gamov mengenai setelah ledakan dahsyat ini akan ada radiasi nan tersebar merata dan melimpah di alam semesta nan disebut dengan radiasi kosmos. Hal tersebut juga ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson pada tahun 1965 nan kemudian keduanya mendapatkan hadiah nobel dari inovasi tersebut.

Bukti keempat dari teori Big Bang ini ialah adanya jumlah unsur hydrogen dan helium di alam semesta nan sinkron dengan perhitungan konsentrasi hydrogen-helium nan merupakan residu dari ledakan dahsyat tersebut. Kalau saja alam ini bersifat statis, maka hydrogen di alam semesta telah habis berubah menjadi helium.

Teori Big Bang nan pada awalnya dianggap hanya sebagai sebuah persepsi subjektif belaka kini telah menjadi suatu keyakinan ilmiah bagi para ilmuwan. Dengan demikian, barulah diketahui bahwa galaksi-galaksi saling menjauh dengan kecepatan kira-kira 32 kilometer/ detik buat setiap jeda satu juta tahun cahaya. Dengan begitu, bisa diperhitungkan pula bahwa alam semesta ini tercipta dengan proses Big Bang antara 15-20 milyar tahun nan lalu.

Dari klarifikasi di atas, bisa disimpulkan bahwa teori Big Bang nan pada awalnya hanya dianggap sebagai sebuah asumsi nan subjektif dapat membuktikan dirinya melalui berbagai cara, baik itu secara ilmiah maupun religius.